Semua Bab Penyamaran Saudara Kembar: Bab 1 - Bab 10

47 Bab

Gadis dengan Kelainan Langka

"Mas, kamu yakin mau menikah dengan Kintan?" tanya Talita, seorang asisten cantik dengan bulu mata lentik.Devan, seorang manager dengan karir gemilang sekaligus atasan Talita itu tampak berpikir sejenak."Kurasa begitu. Kintan baik dan pengertian. Dia berusaha memahami pekerjaanku yang harus sering kunjungan lapang seperti sekarang."Devan bergeser karena Talita duduk di sebelahnya tanpa menyisakan jarak. Aroma parfum vanila mengusik indra penciuman Devan dan membuat debaran jantungnya tidak beraturan."Meskipun Kintan penyakitan?"Talita mengucapkan itu lirih sambil mencondongkan tubuhnya. Bulu kuduk Devan meremang karena dia dapat merasakan embusan napas Talita di telinganya."Kintan tidak penyakitan. Dia hanya ... Hanya tidak bisa mengenali wajah orang lain," jawab Devan agak terbata-bata."Lalu apa yang bisa Mas Devan harapkan dari perempuan seperti itu?" Talita mulai gusar. "Aku tahu Kintan pintar dan mandiri, tapi coba bayangkan suatu saat nanti dia harus ketemu keluarga besar
Baca selengkapnya

Kebohongan Demi Kebohongan

Dejan tidak bisa menyembunyikan kekagetannya. Kehadiran Kintan saat Devan sudah berangkat ke bandara menjadi bukti bahwa perempuan itu sama sekali belum mengetahui kabar kepindahan Devan. Gadis itu ada di hadapannya, berdiri sambil tersenyum manis hingga membuat jantungnya berdebar kencang.Kintan mengerutkan kening. "Suara Mas Devan agak beda. Mas lagi sakit?"Kintan yang buta wajah sama sekali tidak menyadari bahwa laki-laki di hadapannya bukanlah Devan. Memang dari segi perawakan, mereka sangat mirip. Namun, nada suara Devan lebih renyah sedangkan suara Dejan cenderung lembut."Em, iya, kecapekan aja mungkin," jawab Dejan sekenanya. Dalam hati dia merutuk, mengapa harus berbohong dan pura-pura menjadi Devan."Silakan masuk, Tan." Dejan mematikan keran dan berjalan terlebih dahulu memasuki rumah.Kintan memasuki halaman dan memperhatikan sekeliling. "Sejak kapan Mas Devan suka berkebun?"Dejan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Iseng aja, lagi gabut.""Bagus, deh, kalau gitu. Ka
Baca selengkapnya

Dinner dengan Kekasih Orang

Orang tua Dejan kembali dari bandara tak lama setelah Kintan pergi dari sana. Lelaki itu lega karena mereka tidak sempat bertemu. Dia pun mengingatkan Mbok Darmi sekali lagi agar tidak membberitahukan kedatangan Kintan kepada siapa pun."Dek, habis ada tamu? Kok ada gelas di depan?" tanya Bu Dian."Oh, itu ... Tadi Dejan yang minum, Ma. Seger aja gitu minum es sambil baca berita." Dejan makin lihai mencari alasan.Bu Dian manggut-manggut lalu berlalu menuju kamar. Sementara itu, Dejan mengajak ayahnya untuk mengobrol di gazebo belakang karena ada sesuatu yang ingin dia tanyakan. Dia membawa kue dari Kintan untuk dimakan bersama sambil menyesap kopi."Pa, jadi sebenarnya hubungan Devan sama Kintan itu kayak gimana, sih?" tanya Dejan tanpa basa-basi. Dia belum mengatakan bahwa Kintan baru saja berkunjung ke sana."Tumben kamu kepo sama urusan orang. Biasanya yang kamu pikirin cuma kerja, kerja, dan kerja."Dejan hanya terkekeh dan beralasan bahwa dia juga ingin tahu permasalahan saudara
Baca selengkapnya

Berdua Saja

"Jadi, kita mau makan di mana?" tanya Dejan sambil memasang sabuk pengaman."Sebenarnya aku belum ada ide, sih. Ke tempat biasa juga boleh, Mas."Muka Dejan mendadak tegang. Mana dia tahu tempat biasanya mereka itu di mana?"Gimana kalau ganti suasana? Biar enggak bosan aja," usul Dejan. Dia benar-benar cerdik menghindari bahaya."Ikut ke mana Mas Devan suka aja, deh, kalau begitu."Dejan menyalakan mesin kemudian mobil itu mundur perlahan. Jalanan saat itu dipadati oleh berbagai jenis kendaraan. Kerlip lampu di sana-sini. Kintan tersenyum tak henti-henti.Sepanjang perjalanan, Kintan banyak bercerita tentang rencana pembukaan cabang baru. Sudah ada dua investor besar yang membidik pasar Bogor dan Bandung. Selain itu, ada tiga calon investor lain yang ingin membuka outlet di wilayah Jabodetabek."Tan, menurutku, jangan langsung serentak kalau mau membuka cabang. Punya banyak cabang itu kelihatannya memang keren dan menguntungkan. Tapi jangan lupa mempertimbangkan kemungkinan terburuk.
Baca selengkapnya

Benih-benih Curiga

Matahari Jambi sedang terik-teriknya ketika ponsel Devan berdering. Devan sebenarnya malas mengangkat telepon dari mamanya. Selain karena sedang banyak pekerjaan, dia juga bosan ditanya dengan pertanyaan yang selalu sama. Namun, Bu Dian bisa menerornya dengan telepon tak henti-henti sepanjang hari jika lelaki itu sampai tidak menjawab panggilan.Setiap kali menelepon, Bu Dian hanya menanyakan kegiatan, berpesan agar tidak lupa makan, juga berharap agar dirinya segera pulang. Aktivitasnya sehari-hari relatif sama. Jam makannya pun tidak berubah. Apa lagi yang perlu diceritakan? Tubuhnya sudah lelah karena tuntutan pekerjaan.Hari itu pun, Devan menjawab telepon dengan malas-malasan. Matanya masih mengantuk karena hari sebelumnya pulang larut malam. Beruntung, Talita datang ke rumahnya pagi-pagi dan dengan sukarela memijit punggungnya."Kak, hubungan kamu sama Kintan gimana?" tanya Bu Dian tiba-tiba.Mata Devan terbuka lebar dan kantuknya mendadak hilang. Dia menengok kalender yang terp
Baca selengkapnya

Tunda atau Batal?

Wangi kayu manis memenuhi dapur produksi Key and Cake. Bel berbunyi saat tombol pengatur pada oven menunjukkan bahwa waktu pemanggangan telah selesai. Seorang gadis bercelemek membuka penutup kaca dan mengeluarkan rak panggang berisi cinnamon rolls."Sari, jangan lupa cek kematangannya dulu, ya! Kalau bagian dalam masih kurang matang, kamu panggang sebentar lagi," saran Kintan. Dia mengenali karyawan barunya itu dari gelang kaki.Sari mengangguk kemudian memotong salah satu kue dengan pisau khusus. Warnanya yang cokelat keemasan itu terlihat cantik dan menggugah selera. Setelah memastikan bahwa kue buatan Sari sudah matang sempurna, Kintan beranjak dari dapur. Dia menuju ruangan display dan duduk di salah satu kursi yang menghadap ke jalan raya.Jam dinding di toko menunjukkan pukul empat sore. Biasanya, sebentar lagi toko itu akan ramai diserbu pelanggan yang baru pulang dari kantor. Sejak Key and Cake menangani pesanan dari kantor Devan, toko itu mengalami perkembangan yang cukup pe
Baca selengkapnya

Belenggu Ragu

"Tan, aku lihat Devan jalan sama cewek!" kata Dinda setengah berteriak.Kintan sampai harus menjauhkan ponsel karena sahabatnya itu langsung menyerocos sampai lupa mengucap salam."Jangan bercanda, dong, Din. Jam segini tuh Mas Devan masih kerja." Kintan menyangkal. Arlojinya baru menujukkan pukul empat sore. Devan biasanya baru keluar kantor pukul lima."Tapi suer, Tan, cowok itu mirip banget sama Devan. Dia lagi makan sama cewek di kafe dekat salonku. bajunya juga santai banget, bukan setelan celana bahan sama kemeja kayak orang kantoran."Kintan menggigit bibir. Ragu mulai mendera. Satu sisi hatinya tidak percaya karena hubungannya dengan Devan sedang sangat baik. Namun, Dinda juga bukan sahabat yang suka membual."Apa perlu aku samperin, Tan?""Coba kamu perhatikan lagi, gimana ciri-ciri cewek itu?""Hmm, kayaknya dia blasteran. Hidungnya mancung, kulitnya putih, terus ....""Din, please!" sela Kintan.Dinda garuk-garuk kepala karena lupa bahwa Kintan tidak akan mengerti ciri-ciri
Baca selengkapnya

Salah Sangka

Sari—karyawan baru Key and Cake—mendekati Ratri, salah seorang karyawan senior toko. Gadis lulusan SMK itu tidak tahan untuk tidak bergosip saat melihat sang bos berdandan cantik."Kak, Bu Kintan mau diapelin Ayang, ya?" tanyanya sambil bisik-bisik."Hush! Sembarangan nyebut Pak Devan pakai ayang-ayangan. Mereka itu calon pengantin."Kelopak mata Sari melebar. Dia mendekap kain lap yang sebelumnya dipakai untuk membersihkan meja adonan."Tinggal di bumi berasa ngontrak. Kenapa, sih, semua orang lancar bener jalannya buat dapat ayang? Kayaknya cuma aku yang jomblo sejak embrio." Bibir Sari manyun seolah-olah dia yang paling tidak laku sedunia.Ratri menoyor kepala Sari. "Si paling menderita. Noh, jadian sama Bambang kalau mau!"Bambang yang dimaksud adalah seorang office boy toko roti yang usianya terpaut dua tahun dari Sari. Kalau ada yang harus mendapat predikat paling menderita di sana, Bambang lah yang lebih tepat mendapatkannya.Tidak ada yang salah dengan wajah Bambang. Meskipun
Baca selengkapnya

Pingsan di Car Free Day

Suara serak muazin saat mengumandangkan azan Subuh membangunkan Kintan dari tidur lelap. Gadis itu mengucek matanya beberapa kali kemudian bangun dan mengikat rambut. Matanya memicing karena sorot cahaya dari ponsel terlalu terang. Jam di layar menunjukkan pukul setengah lima pagi."Bangun, Mas."Kintan mengirim pesan itu ke nomor Dejan kemudian menaruh ponsel di nakas. Dia duduk sebentar di tepian ranjang sambil melamun. Setelah kesadarannya benar-benar terkumpul, dia baru menjejakkan kaki ke lantai dan melangkah menuju kamar mandi.Segarnya air wudu membasuh wajah, menyapu sisa-sisa kantuk yang masih bergelayut di pucuk mata. Kintan melaksanakan salat dan membaca Al-Qur'an setelahnya. Itu adalah rutinitas pagi yang sedang dia disiplinkan sejak enam bulan belakangan.Sejak rutin salat Subuh di awal waktu, Kintan merasa hajat hidupnya dipermudah. Hatinya lebih tenang, emosinya tidak mudah tersulut, dan usaha kuenya juga berkembang pesat. Bangun lebih pagi juga secara tidak langsung me
Baca selengkapnya

Kehebohan di Grup WA Keluarga

Grup WhatsApp keluarga besar Kintan mendadak heboh. Salah seorang anggota grup mengirimkan sebuah foto yang diduga adalah Kintan bersama seorang laki-laki. Gambarnya tampak pecah, seperti diambil dari jarak yang cukup jauh atau dipotong dari foto lain yang skalanya lebih besar.Di gambar itu, Kintan mengenakan setelan olahraga yang dipakai saat CFD. Punggungnya merapat pada dinding taman sedangkan kepalanya bersandar di bahu laki-laki yang sedang bersamanya."Udah lama enggak lihat asupan bergizi," komentar salah seorang keponakan Kintan. Dia membubuhkan emoji kepala dengan mata berbentuk hati."Blur aja tetep cakep. Pusing!" balas keponakan Kintan yang lain."Masyaa Allah, cakep amat jodoh orang," timpal yang lain."Mamaa, orang-orang udah punya ayang. Aku kapan dibolehin pacaran?"Makin ramai lah grup itu hingga semua anggota keluarga Kintan disebut-sebut. Kata mereka, Kintan sangat beruntung mendapatkan calon suami seperti Devan.Mereka semua, terutama kaum hawa, adalah pengagum De
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status