Home / Fantasi / Dewa Iblis Gerbang Neraka / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Dewa Iblis Gerbang Neraka: Chapter 141 - Chapter 150

170 Chapters

4.10. Tantangan di Istana Dewa Petir - II

Tantangan Kedua: Ujian JiwaBegitu Kui Long melangkahkan kaki ke dalam ruangan berikutnya, suhu udara seolah turun drastis. Kehangatan sebelumnya lenyap, digantikan oleh hawa dingin yang menusuk tulang. Tidak ada kilatan petir yang menyambar, tidak ada penjaga dengan senjata terhunus. Hanya kegelapan pekat yang merayap dari segala arah, seperti jaring laba-laba yang siap membelenggu.Kemudian, dari dalam bayang-bayang yang berkelindan, suara-suara itu muncul—menggema, mengiris sanubari."Kau membiarkan kami mati, Kui Long..."Suara itu, rendah dan parau, menusuk dadanya seperti belati. Matanya membelalak ketika melihat sosok ayahnya muncul dari kegelapan, wajahnya tirus dan penuh guratan duka. Mata pria tua itu dipenuhi kesedihan yang begitu dalam, membuat jantung Kui Long berdebar keras."Kau meninggalkan kami..."Kini suara lain bergema, lebih lembut tapi tak kalah menyakitkan. Sosok ibunya muncul dengan wajah sendu, sorot matanya penuh luka. Bibirnya bergetar, seolah ingin mengatak
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

4.11. Raja Dewa Petir

Raja Dewa Petir berdiri dari singgasananya dengan gerakan anggun, namun setiap langkahnya mengguncang ruang singgasana seakan seluruh dimensi tunduk padanya. Dengan tombak petir raksasa di tangannya, ia mengarahkan ujung tombak itu ke Kui Long, dan seketika, langit-langit ruangan yang penuh dengan awan gelap menyala oleh kilatan petir merah menyilaukan."Ayo, Kui Long. Tunjukkan apakah tekadmu cukup kuat untuk menanggung beban ini," ujar Raja Dewa Petir. Suaranya menggema seperti halilintar, memenuhi ruangan dengan getaran energi yang menusuk.Kui Long tidak menjawab. Sebaliknya, ia langsung melesat maju dengan kecepatan luar biasa, tombaknya bersinar dengan cahaya biru pekat. Ia menebaskan tombaknya, menciptakan gelombang petir bercampur energi kegelapan yang berputar bagaikan badai. Suara ledakan menggema, memenuhi ruangan.Namun Raja Dewa Petir hanya mengangkat tangannya. Gelombang petir Kui Long terpecah sebelum mencapai tubuhnya, seperti air yang terbagi oleh karang besar. Ia ber
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

4.12. Kembali Ke Pertarungan Lima Sekte Besar

Kui Long berdiri di tepi tebing Hutan Seribu Petir, memandang ke arah lautan pepohonan yang diselimuti kilatan petir biru dan ungu. Udara di tempat itu terasa berat, penuh dengan energi listrik yang membuat kulitnya bergetar. Kali ini, ia bukan lagi Kui Long yang dulu. Pusaka Dewa Petir kini menyatu dengan tubuhnya, dan kekuatan luar biasa mengalir dalam dirinya.Dari kejauhan, suara pertempuran terdengar. Ledakan, jeritan, dan raungan energi menggema di udara. Kui Long segera mengenali sumbernya. Song Lien Hwa—dia sedang bertarung mati-matian. Lawannya adalah para pemimpin lima sekte besar: Zhao Tianfang dari Sekte Langit Mentari, Mu Qingxue dari Sekte Teratai Ungu, Zhang Long dari Sekte Lembah Iblis, Han Jue dari Sekte Bayangan Naga, dan Tang Shin dari Sekte Pedang Abadi.Kui Long melompat dari tebing tanpa ragu. Tubuhnya melesat turun seperti petir, aura biru yang membara menyelimuti tubuhnya. Tanah di bawahnya bergetar keras saat ia mendarat, meninggalkan kawah kecil yang berasap.
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

4.13. Bayangan Masa Lalu

Setelah meninggalkan Hutan Seribu Petir, Kui Long dan Song Lien Hwa melanjutkan perjalanan mereka ke Kota Nirvana, kota terbesar di Negeri Song setelah Kota Kahyangan, tempat para kultivator terkuat berkumpul, termasuk mereka yang pernah mengabdi pada Dewa-Dewa Kuno. Kota itu terkenal karena menara-menara tinggi yang menjulang ke langit, dihiasi dengan lampu-lampu spiritual yang bercahaya di malam hari.Namun, perjalanan ke Kota Nirvana tidak sekadar mencari pengetahuan atau sekutu. Bagi Kui Long, kota itu menyimpan bayang-bayang masa lalunya yang kelam. Sebagai mantan Dewa Iblis Gerbang Neraka, ia pernah membantai sekte-sekte kecil di wilayah tersebut demi mencapai kejayaannya. Ia tahu bahwa jejak langkahnya dulu meninggalkan luka yang dalam, dan banyak yang masih memendam dendam padanya.Setibanya di Kota Nirvana, suasana kota yang ramai dan penuh warna tampak kontras dengan atmosfer hati Kui Long yang diliputi kegelisahan. Song Lien Hwa berjalan di sampingnya, mencoba menyembunyika
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

4.14. Sekte Gerbang Neraka

Serangan itu datang dengan cepat, nyaris membutakan siapa pun yang melihatnya. Namun, sebelum bisa menyentuh targetnya, seorang wanita muda meloncat keluar dari kerumunan. Dengan gerakan anggun namun penuh tenaga, ia menghunuskan pedang kecilnya, menghalangi serangan tersebut. Mata wanita itu memancarkan keberanian yang tak tergoyahkan. "Hentikan, kakek!" serunya lantang, suaranya menggema di udara yang penuh ketegangan. "Ini tidak akan membawa kita ke mana-mana! Jika kau membunuhnya, apakah keluargamu akan kembali?" Pria tua itu terhenti, seolah kata-kata wanita muda itu menusuk lebih dalam daripada pedangnya sendiri. Napasnya memburu, tangan yang menggenggam senjata itu gemetar. Sementara itu, wanita muda tersebut berbalik, menatap langsung ke arah Kui Long dengan tatapan tajam namun penuh arti. "Aku tidak tahu apakah kau benar-benar berubah atau tidak," ucapnya, nada suaranya rendah namun tegas. "Tapi kalau kau benar-benar ingin menebus dosa-dosamu, kau harus membuktikannya. Bukan
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

4.15. Melawan Hei Mo

Cahaya bulan yang biasanya menerangi Kota Nirvana kini tampak meredup, seolah-olah ditelan kabut hitam yang merambat perlahan dari tubuh Hei Mo. Udara yang tadinya sejuk mendadak terasa berat, dipenuhi aroma besi dan tanah lembap. Sosok berjubah hitam itu melangkah maju, dan dengan setiap langkahnya, bayangan seakan menggeliat, hidup, dan menyebar seperti tinta dalam air. Senyumnya merekah, namun bukan kehangatan yang terpancar darinya, melainkan kegelapan yang mencekam. Sepasang matanya berkilat seperti bara api yang tertutup abu hitam, penuh dengan rasa percaya diri yang mengerikan. "Kui Long," suaranya bergema, dalam dan dingin seperti angin yang berembus dari lorong-lorong kematian. "Kau bisa mencoba melarikan diri dari masa lalu, tapi bayang-bayang kegelapanmu akan selalu menemukanmu. Hari ini, aku akan mengingatkanmu siapa kau sebenarnya!" Kui Long berdiri tegak, tidak ada keraguan sedikit pun dalam posturnya. Pusaka Dewa Petir tergenggam erat di tangannya, dan saat ia menghe
last updateLast Updated : 2025-01-25
Read more

4.16. Mengalahkan Hei Mo

Hei Mo berdiri di atas reruntuhan kuil tua, matanya menyala dengan kebencian yang mendidih. Ia menyadari bahwa Kui Long bukan lawan sembarangan—serangan biasa tak akan cukup untuk menjatuhkannya. Nafasnya menghangatkan udara dingin di sekelilingnya saat ia mengangkat kedua tangannya perlahan, menciptakan bayangan yang merayap dari kegelapan malam. Bayangan-bayangan itu menggumpal, berubah menjadi monster iblis berwujud mengerikan. Mata mereka menyala merah seperti bara api, dan cakar besar mereka berkilauan, dipenuhi aura kematian yang menyengat seperti racun. "Kui Long, kau tidak akan mampu melawan ini semua!" Hei Mo berseru, suaranya menggema di antara puing-puing. Angin berdesir kencang, membawa aroma besi yang pekat—bau darah dari pertempuran sebelumnya. Namun, Kui Long tetap tegap. Ia memutar Pusaka Dewa Petir di tangannya, dan dari senjata itu, energi listrik mulai mengalir deras, menari-nari di udara seperti ular-ular cahaya yang berdesis marah. Langit di atas mereka bergetar
last updateLast Updated : 2025-01-25
Read more

4.17. Dewa Api Han Zhu

Kota Nirvana berdiri megah di puncak dataran tinggi, dihiasi menara-menara emas yang memancarkan cahaya keemasan di bawah langit senja. Namun, di balik keindahannya, suasana mencekam menyelimuti seluruh kota. Penduduk setempat telah mendengar desas-desus bahwa salah satu Dewa dari Tujuh Dewa Langit, Han Zhu, telah tiba di kota tersebut. Kedatangannya bukan tanpa alasan—ia datang untuk memburu Dewa Iblis Gerbang Neraka, sosok yang kini dikenal sebagai Kui Long.Kui Long berdiri di tengah alun-alun kota yang kini kosong, hanya ditemani oleh Song Lien Hwa yang bersiap siaga di sisinya. Angin berhembus pelan, membawa aroma kematian yang samar. Di hadapan mereka, sosok Han Zhu melayang anggun, tubuhnya diselimuti nyala api emas yang berderak seperti lautan magma."Dewa Iblis Gerbang Neraka," suara Han Zhu menggema, berat namun penuh ketenangan yang mematikan. "Aku telah mencarimu selama bertahun-tahun. Akhirnya, kita bertemu. Hari ini, aku akan menuntaskan tanggung jawabku sebagai salah sa
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more

4.18. Dewa Angin Bai Xi

Langit di atas Kota Nirvana memancarkan warna ungu tua, pertanda senja telah tiba. Di atas menara tertinggi kota, Kui Long berdiri mengamati hamparan luas cakrawala, tubuhnya berselimut kilatan petir samar yang menyisakan keheningan tegang di udara. Luka-luka di tubuhnya belum sepenuhnya sembuh setelah pertarungan melawan Han Zhu, namun tatapan matanya tetap penuh dengan tekad.Song Lien Hwa berdiri di belakangnya, diam namun waspada. Ia tidak mengatakan apa-apa, tetapi jemarinya yang dengan lembut menggenggam gagang tombak menunjukkan bahwa ia bersiap untuk apa pun yang akan datang.Angin dingin berembus, membawa aroma darah dan asap dari reruntuhan yang masih mengepul di Kota Nirvana. Suara gemerisik langkah kaki membuyarkan keheningan. Dari bawah, seorang pria tua berjubah abu-abu muncul, membawa kabar buruk yang segera mengubah atmosfer menjadi tegang."Kui Long," katanya dengan suara rendah, penuh kecemasan. "Han Zhu mungkin telah kalah, tetapi Enam Dewa Langit lainnya kini berku
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more

4.19. Benteng Gunung Langit

Langit di atas Benteng Gunung Langit terbakar merah, seolah api dari dunia lain tengah mengamuk di cakrawala. Kabut tipis yang bergelayut di puncak gunung berputar pelan, seperti tarian hantu yang menyambut malapetaka. Hawa di tempat itu berubah; lebih berat, lebih suram, seolah alam pun menahan napas di hadapan sesuatu yang tak terelakkan.Kui Long berdiri di tepi tebing, jubahnya yang hitam keunguan berkibar diterpa angin yang mengandung jejak petir. Dari keempat penjuru, ia bisa merasakan tekanan energi yang mendekat, masing-masing membawa kekuatan yang mampu menghancurkan dunia. Udara dipenuhi dengan getaran aneh, seolah tanah sendiri gentar menyambut kedatangan mereka."Dewa Tanah Lao Shi, Dewa Air Qiang Chen, Dewa Es Chao Duyi, dan Dewa Naga Jiao Long." Suara Kui Long rendah, tapi penuh kepastian. Matanya yang tajam berkilat menembus kegelapan, menangkap bayangan samar yang mulai muncul dari gerbang besar benteng. "Mereka akhirnya datang."Di sisinya, Song Lien Hwa menggenggam t
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more
PREV
1
...
121314151617
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status