Semua Bab Dewa Iblis Gerbang Neraka: Bab 111 - Bab 120

138 Bab

2.33. Naga Ular Malam

Kui Long, Zhang Yue, dan Guru Xian beristirahat sejenak di dalam gua. Hembusan angin dingin menyelinap melalui celah-celah batu, membuat api kecil yang mereka nyalakan berkedip-kedip. Gua itu gelap dan sempit, tetapi untuk sementara waktu, mereka merasa aman dari bahaya yang mengintai di luar.Zhang Yue memecah keheningan, suaranya lirih tapi penuh rasa ingin tahu. "Ketua, mengapa bandit itu terlihat begitu percaya diri? Mereka tahu siapa kita, tapi tetap menyerang."Kui Long, yang sedang menyeka darah dari pedangnya dengan kain lusuh, mengangkat pandangannya. "Bukan soal siapa kita. Gunung ini menarik kekuatan gelap, bukan hanya makhluk-makhluk buas, tapi juga manusia yang ingin mengambil keuntungan dari kekacauan."Guru Xian menambahkan dengan nada serius, "Gunung Bayangan Jiwa bukanlah tempat biasa. Ada sesuatu di sini yang memanipulasi hati dan pikiran mereka. Ketamakan, kebencian, semua itu diperbesar oleh aura gunung ini."Tiba-tiba, suara geraman rendah terdengar dari kegelapan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-07
Baca selengkapnya

2.34. Kitab Cahaya Abadi

Setelah perjalanan panjang yang melelahkan, Kui Long, Zhang Yue, dan Guru Xian akhirnya tiba di kaki Gunung Bayangan Jiwa. Kabut tebal menyelimuti lereng gunung, menciptakan suasana misterius yang membuat bulu kuduk meremang. Angin berhembus lembut, membawa aroma pinus dan tanah basah, sementara suara gemerisik dedaunan menambah kesan angker di sekitar mereka. "Inilah dia, Gunung Bayangan Jiwa," ujar Guru Xian dengan nada penuh hormat. "Di puncaknya tersembunyi Kitab Cahaya Abadi, yang berisi jurus Langkah Jiwa Cahaya Abadi. Jurus ini adalah satu-satunya harapan kita untuk menutup Gerbang Dimensi Akhir jika pria bertopeng itu berhasil membukanya." Mereka mulai mendaki, melewati jalan setapak yang terjal dan licin. Setiap langkah terasa semakin berat, seolah-olah gunung itu sendiri menantang keberanian mereka. Di tengah perjalanan, mereka tiba di sebuah dataran luas dengan batu-batu besar yang tersusun rapi membentuk lingkaran. Di tengah lingkaran itu, terdapat sebuah prasasti kuno de
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-07
Baca selengkapnya

2.35. Pedang Kultivasi Kegelapan

Angin di Lembah Pedang Kultivator menghembus dingin, membawa aroma lembap dari tanah yang dipenuhi lumut hitam. Lembah itu dipenuhi kabut tebal, menyelimuti jalanan berbatu yang berliku. Di sepanjang dinding lembah, reruntuhan kuno terpahat dengan simbol-simbol kultivasi kegelapan, bercahaya samar dalam gelap. Di sini, tidak ada suara burung atau binatang kecil—hanya desis halus, seperti napas sesuatu yang tak kasat mata.Kui Long berdiri di puncak jalan masuk lembah, memandang ke dalam jurang yang gelap gulita. Ia menggenggam pedangnya erat, napasnya teratur, tetapi pikirannya waspada. "Lembah ini menyimpan rahasia yang tidak pernah dijamah manusia selama ratusan tahun," gumamnya, menatap ke bawah. "Namun, aku harus mendapatkannya. Pedang Kultivasi Kegelapan adalah kunci untuk menyempurnakan kekuatanku."Sambil melangkah ke dalam lembah, ia merasakan tekanan spiritual yang segera menyelimuti tubuhnya. Setiap langkah seolah semakin berat, seperti tanah itu sendiri menolak kehadirannya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-08
Baca selengkapnya

Arc 3 : Song Kui dan Tubuh Kui Long

Kui Long melangkah keluar dari Lembah Pedang Kultivator dengan langkah tertatih-tatih, tubuhnya penuh luka yang menganga, namun sorot matanya tidak lagi menunjukkan kelemahan. Angin malam berhembus, dingin menusuk tulang, tetapi ia berdiri tegak, menghadapi dunia yang kini terasa berbeda. Udara di sekitarnya seolah bergetar, menyesuaikan diri dengan auranya yang lebih pekat dan murni. Pedang Kultivasi Kegelapan di punggungnya mengeluarkan suara denting lembut, seperti bisikan halus dari jiwa yang baru bangkit. Setiap langkahnya meninggalkan jejak energi gelap yang meresap ke tanah, membentuk pola-pola rumit yang memudar perlahan. Dunia tampak terdiam, seolah takut menyentuh kekuatan yang baru saja terbangun dalam dirinya.Dari kejauhan, Negeri Song terbentang di bawah sinar bulan pucat. Tanah kelahirannya itu kini menjadi sarang musuh bebuyutannya, Song Kui, yang dengan kejam telah merampas tubuh aslinya. Kui Long mengepalkan tinjunya, merasakan aliran kekuatan baru yang membakar urat
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-09
Baca selengkapnya

3.1. Kekuatan Song Kui

Song Kui melangkah maju dengan tatapan penuh kebencian, tangannya terangkat tinggi saat ia mengumpulkan energi merah menyala yang berdenyut seperti jantung yang marah. Dengan satu gerakan cepat, ia melepaskan gelombang energi yang memancar seperti badai api ke arah Kui Long. Ledakan itu menghancurkan tiang-tiang kuil yang sudah rapuh, mengirimkan pecahan batu yang beterbangan ke segala arah. Lantai batu di bawah mereka retak, menciptakan jurang kecil di tengah aula. Namun, Kui Long tidak bergeming.Ia mencabut Pedang Kultivasi Kegelapan dari punggungnya, bilahnya berkilauan dalam rona hitam pekat. Dengan ayunan tunggal yang cepat dan presisi, ia membelah gelombang energi itu menjadi dua, memisahkannya seolah hanya sekedar kain tipis. Angin dari serangan itu menerpa wajahnya, tetapi Kui Long tetap berdiri kokoh, matanya memancarkan determinasi yang tak tergoyahkan.“Aku bukan bayanganmu, Song Kui,” ucap Kui Long dengan suara rendah yang membawa kekuatan. Ia mengangkat pedangnya lagi, k
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-09
Baca selengkapnya

3.2. Shen Wu Hei

Makhluk itu menjulang di hadapan mereka, tubuhnya terdiri dari asap hitam pekat yang bergerak seperti ombak liar. Matanya, dua bulan merah menyala, memancarkan intimidasi yang menusuk. Suaranya bergema seperti ribuan suara berbicara serentak, menciptakan atmosfer yang mengguncang jiwa. “Selamat datang di Ruang Kekekalan,” katanya. “Aku adalah Shen Wu Hei, Penjaga Dimensi Kegelapan. Tidak ada yang meninggalkan tempat ini hidup-hidup.”Kui Long dan Song Kui saling melirik, wajah mereka sama-sama serius. Meski mereka saling bermusuhan, keberadaan Shen Wu Hei adalah ancaman yang lebih mendesak. Keduanya mengambil posisi bertahan, tubuh mereka tegang seperti busur yang ditarik penuh.Dengan gerakan yang cepat dan bertenaga, Shen Wu Hei mengangkat salah satu cakar raksasanya dan menghantam mereka. Serangan itu cukup kuat untuk membuat ruang gelap di sekitar mereka berguncang hebat. Kui Long melompat ke samping, menghindari cakar yang menghantam lantai hingga retak dan hancur berkeping-kepin
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-09
Baca selengkapnya

3.3. Perjalanan Ke Pegunungan Yin Mo

Kui Long berdiri dengan nafas yang masih berat, menatap langit yang kini mulai terang oleh cahaya matahari. Dunia di sekitarnya terasa damai untuk sesaat, tetapi di dalam hatinya, ia tahu kedamaian ini tidak akan bertahan lama. Song Kui terbaring lemah di sampingnya, namun matanya masih menyiratkan kebencian yang membara.“Kau menyelamatkanku, Kui Long,” gumam Song Kui dengan nada getir. “Tetapi jangan kira aku akan berterima kasih.”Kui Long tidak menanggapi. Ia menatap Pedang Kultivasi Kegelapan di tangannya, energi dari senjata itu tampak lebih stabil setelah pertempuran di Ruang Kekosongan Kegelapan. Namun, pedang itu menyimpan rahasia yang lebih dalam—sebuah kekuatan yang Kui Long tahu harus ia pahami sebelum bisa menggunakannya sepenuhnya.“Song Kui,” ujar Kui Long akhirnya, “aku tidak menyelamatkanmu karena aku percaya padamu. Aku menyelamatkanmu karena aku butuh tubuh asliku kembali!""Aku tidak bisa mengembalikan tubuhmu ini karena aku juga terperangkap di dalamnya. Kaisar Qi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-10
Baca selengkapnya

3.4. Tikus Api

Pertarungan pun pecah. Kui Long meluncurkan Teknik Pedang Surya yang bertransformasi setelah menyatu dengan energi kegelapan. Gelombang serangan bercahaya hitam menghancurkan tanah di bawah mereka, menciptakan kawah besar. Namun, Xu Jian dan timnya bukan lawan yang mudah. Dengan kerja sama yang sempurna, mereka memaksa Kui Long untuk menggunakan kemampuan penuh.Ketika pertarungan mencapai puncaknya, Kui Long menggunakan jurus baru yang ia kembangkan dari Pedang Kultivasi Kegelapan, Tarian Cahaya Gelap Tanpa Batas. Teknik itu menciptakan ilusi bayangan dirinya yang menyerang dari berbagai arah, membingungkan musuh dan menghancurkan formasi mereka. Xu Jian akhirnya terjatuh, tombaknya terlepas dari tangannya.“Kau… monster,” desis Xu Jian sebelum kehilangan kesadarannya.Kui Long tidak membunuh mereka. Sebagai gantinya, ia meninggalkan mereka dengan pesan, “Berhenti mengejar kekuatan yang tidak kalian pahami. Itu hanya akan membawa kehancuran.”Semakin dekat dengan Pegunungan Yin Mo, K
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-11
Baca selengkapnya

3.5. Penjaga Langit Kegelapan

Dengan serangan baru, Tarian Penyerapan Kegelapan, ia melompat maju. Gerakannya begitu cepat, hampir seperti bayangan yang mengabur. Setiap kali ia menyerang, aura pedangnya menyerap sedikit api biru dari tubuh Si Tikus Api, membuat makhluk itu mengecil perlahan. Si Tikus Api mencoba melawan, tetapi serangan-serangannya melemah seiring dengan hilangnya kekuatan apinya.Dalam tebasan terakhir, Kui Long menusukkan pedangnya tepat ke jantung makhluk itu. Api biru terakhir lenyap, dan tubuh Si Tikus Api berubah menjadi abu, meninggalkan sebuah batu kecil bercahaya biru di tempatnya.Kui Long mengambil batu itu, merasakan energi besar yang terkandung di dalamnya. “Ini baru awal,” gumamnya, lalu melanjutkan perjalanan.Ketika ia mencapai dataran tinggi Pegunungan Yin Mo, sosok kedua muncul dari bayang-bayang—sebuah makhluk raksasa berbentuk burung dengan sayap selebar langit. Burung Gagak Emas Kegelapan, dengan bulu hitam yang berkilauan seperti obsidian dan mata emas yang bersinar tajam. S
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-11
Baca selengkapnya

3.6. Menaklukan Pedang Kultivasi Kegelapan

Langkah pertamanya di dalam candi terasa berbeda, seolah-olah dunia di sekitarnya berubah menjadi dimensi lain. Dinding-dinding candi dipenuhi ukiran makhluk-makhluk mitologi kegelapan yang tampak hidup, mata mereka mengikuti setiap gerakan Kui Long. Lantai di bawahnya memancarkan cahaya ungu redup, membentuk pola-pola yang berubah-ubah.Ketika ia sampai di aula utama, suasana menjadi semakin mencekam. Dari bayang-bayang, muncul sosok berbentuk manusia, tetapi dengan tubuh transparan seperti kabut gelap. Mata sosok itu bersinar merah, dan ia memegang pedang hitam besar yang memancarkan aura mematikan.“Aku adalah Penjaga Bayangan Abadi,” kata makhluk itu, suaranya seperti ribuan bisikan yang tumpang tindih. “Jika kau ingin mendapatkan Pedang Kultivasi Kegelapan yang sempurna, kau harus mengalahkanku. Namun, ingatlah, aku adalah cerminan dari dirimu sendiri. Semua kekuatanmu, semua kelemahanmu—itulah aku.”Tanpa memberi waktu untuk berpikir, makhluk itu menyerang. Serangannya begitu ce
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-11
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status