Home / Lain / Nasib Dikelilingi Tetangga Julid / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Nasib Dikelilingi Tetangga Julid: Chapter 81 - Chapter 90

113 Chapters

Bab 81 - Bu Tut dan Winda cari masalah

"Hari gini ada yang masih pakai perak? Udah nggak zaman banget!" sindir Bu Tut. Rani diam saja dan terus melanjutkan langkahnya. Selama tidak menyebut namanya, dia tidak perlu tersinggung bukan?Melihat Rani diam saja dan tak tersindir sedikit pun, Bu Tut dan Winda merasa kesal. Mereka memikirkan hal yang sama yaitu ingin memancing kemarahan Rani lagi. Winda ingin mempermalukan Rani dengan cara halus. Berbeda dengan Bu Tut yang bar-bar. "Cincin Mbak Rani bagus, perhiasan baru ya, Mbak?" Winda menaikan tangan bajunya agar gelang yang baru ia beli terlihat oleh Rani. Rani nyeletuk dalam hati ketika melihat prilaku Winda tersebut, "Ngapain, Mbak? Mau nunjukin kalau beli perhiasaan, ya? Kelakuanmu, Mbak! Kayak orang baru punya perhiasaan aja."Karena banyak ibu-ibu juga di situ, Rani memilih untuk berhenti sebentar dan menjawab pertanyaan Winda, "Iya, Mbak! Alhamdulillah! Dikasih sama Mas Irwan!" Rani menjawab dengan santai. Bukannya emosi Rani yang terpancing tapi malah Winda yang ke
Read more

Bab 82 - Kondangan

Rani tersenyum miring. "Mungkin teman Mbak itu bukan tipe si pria. Bisa saja 'kan si pria itu sebenarnya suka sama wanita yang manja tapi karena wanita itu bukan tipenya jadilah si pria itu beralasan bahwa dia nggak suka wanita manja.""Intinya nggak suka wanita manja itu hanya alasannya saja supaya bisa lepas sama wanita yang tak ia sukai itu!" Rani kembali menimpali. "Lagipula manja itu bukan sebuah patokan bahwa dia akan ditinggal oleh suaminya atau tidak. Bu Tut pun pasti banyak mendengar berita 'kan kalau banyak suami yang lebih memilih pelakor yang kualitasnya jauh di bawah istri sah! Dari segi fisik maupun kemampuan. Bu Tut tau karena apa? Karena sejatinya lelaki itu lebih merasa berguna kalau istrinya itu bergantung padanya bahkan hal remeh sekalipun.""Apalagi, Mas Irwan itu tipe pria yang suka kalau istrinya semakin manja. Dia nggak suka kalau saya terlalu mandiri. Jadi nggak salah 'kan, saya menikmati diperlakukan oleh suami seperti itu?"Mereka terdiam tak dapat membalas
Read more

Bab 83 - Ditolong Yanti

"Dia tetangga baru di gang ini. Bukan tetangga baru juga sih, lebih tepatnya orang lama yang kembali ke kampung halamannya.""Apa kamu tidak pernah melihat orang itu sebelumnya? Kamu 'kan lumayan lama juga waktu itu tinggal di sini sebelum saya datang ke sini.""Emm, kayaknya nggak pernah!" Wanita itu mencoba mengingat apakah dia kenal dengan wanita itu. "Ngomong-ngomong, apakah ada seseorang di sini yang kamu kenal? Sampai membuat kamu datang kemari?""Kenapa? Apa nggak boleh kalau saya berkunjung ke sini lagi?" tanyanya menggoda Rani. "Bukan begitu!" Rani merasa dia salah bicara sebab sudah menanyakan hal itu. "Hahaha...! Nggak usah tegang gitu. Saya ke sini karena mempelai pria itu keluarga saya. Lebih tepatnya keluarga jauh.""Oh, benarkah?" Rani terkejut. "Iya. Itu sebabnya sekarang saya ada di sini.""Em, baiklah! Kalau begitu saya permisi duluan, ya? Mau menemui orang tua si pengantin.""Iya! Hati-hati. Jangan ngelamun kalau wanita itu melakukan hal yang seperti tadi lagi,
Read more

Bab 84 - Ulah Bu Susi

Sekarang, Rani mulai menjauh bila Winda mendekat. Apabila mereka berpapasan di jalan, mereka tak lagi saling menyapa. Bahkan Irwan pun tak pernah tersenyum atau melihat ke arah Winda kalau bertemu di jalan. Dia mulai memikirkan cara bagaimana membalas perbuatan Winda. *****"Heh, dasar pelit!" Bu Susi, salah satu bestienya Bu Tut menggerutu. "Eh, Susi! Kamu ngatain saya pelit ya?" sambar Bu Tut. Kebetulan ketiga bestie itu sedang berkumpul, dan sedang berebut makanan."Bu Tut apaan sih? Orang baru datang juga langsung kena marah aja." Bu Susi mencebikkan bibirnya"Kamu itu yang kenapa? Datang-datang ngatain orang pelit.""Bu Tut itu salah paham. Saya bukan ngatain Bu Tut.""Terus kamu ngatain siapa?""Itu...! Tetangga saya. Saya lagi kesel sama dia.""Kesel kenapa?""Masa, dia 'kan punya ayam, setiap hari saya yang ngasih makan. Dari ayamnya masih kecil-kecil sampai sudah besar, eh taunya..." Bu Susi kelihatan sangat geram sekali. "Taunya kenapa? Kok, nggak diterusin?" tanya Bu Ir
Read more

Bab 85 - Bu Susi Malu

"Apa maksud kamu?" Gigi-gigi Bu Susi gemelutuk. Terlihat sekali dia sangat kesal kepada Rita yang menurutnya tidak bisa menghargai dia. "Masa Bu Susi nggak ngerti sama ucapan saya?""Bh Susi 'kan selalu ngerasa kalau yang ngasih makan ayam-ayam kami adalah Bu Susi? Tapi apa kami pernah meminta sama Bu Susi untuk memberi ayam kami makan? Nggak 'kan? Lagian juga nasi sisa yang dikasih. Lebih tepatnya yang Bu Susi kasih ke ayam kami itu sudah seperti sampah.""Jaga mulut kamu, ya! Eh, Tami! Anakmu ini sungguh kurang ajar, ya? Apa kamu tidak pernah mengajarinya bagaimana bersikap sama orang yang lebih tua?" ketus Bu Susi dengan nada yang sangat marah. "Bu Susi jangan seenaknya membentak Ibu saya, ya!" Rita berucap setengah berteriak. Membuat tetangga samping rumah mereka keluar untuk melihat apa yang sedang terjadi. "Sekarang kamu berani ya, meneriaki saya?""Emang kenapa? Bu Susi duluan yang mulai. Apa Bu Susi pikir kami diam saja mendengar hinaan Ibu yang keterlaluan itu?""Saya cuma
Read more

Bab 86 - Perubahan Yanti

"Wah, parah banget kalau begitu. Aku harus bisa menyadarkan Mas Irwan kalau sampai beneran Rani pakai guna-guna untuk menjerat Mas Irwan," gumamnya. "Tapi... Apa yang harus aku katakan sama Mas Irwan? Orang yang kena guna-guna itu 'kan susah untuk dikasih tau!" pikirnya lagi. Winda berpikir keras bagaimana caranya membuat Irwan bisa lepas dari pengaruh Rani. ***Sementara itu, Yanti yang sudah mulai menutup aurat sedang melihat dan memilih baju dan jilbab yang berlalu lalang di beranda media sosialnya. "Kayaknya jilbab ini lucu deh, bahannya juga bagus dari iklannya. Mana harganya murah lagi." Yanti begitu kepincut dengan jilbab berwarna navy yang dia lihat. Yanti menghubungi akun yang menjual jilbab itu. [ Masih ada, Mbak? ][Masih, Mbak! Mbak mau yang mana?][Yang motif ini, Mbak! ] Yanti meng screenshot foto jilbab yang tadi dia taksir. [Oh, ada, Mbak! Mau warna apa? ][Warna navy seperti di foto ada, Mbak? ][Tunggu saya cek dulu! ] Dua menit kemudian si penjual membalas la
Read more

Bab 87 - Menggosip di Tukang Sayur

Ting... Ponsel Rani berdering menandakan ada pesan masuk. [ Mbak, yang ini berapa harganya? ]Ternyata ada satu pesan masuk dari Yanti. [ Harganya dua ratus ribu, Mbak!][Nanya dulu, nggak apa-apa 'kan, Mbak? ][Iya.]***Sekarang sudah memasuki bulan ke delapan. Perut Rani semakin kelihatan membesar. Rasa iri Winda semakin besar terhadapa Rani. Pagi ini badan Rani terasa sangat sakit. Mungkin karena sudah memasuki bulan lahiran. "Mas, aku mau ke tukang sayur Kang Parto, ya? Mau beli sayur bentar.""Iya, Sayang hati-hati."Karena kesiangan, mereka bagi tugas. Irwan bertugas membersihkan rumah, sebab ia kasihan melihat Rani yang sudah mulai kepayahan membawa perutnya. Dan Rani yang menyiapkan makanan di dapur. Sesampainya di tempat mangkal Kang sayur, Rani mulai memilah sayur apa yang akan dia masak. Dia berencana ingin memasak capcay dan ayam goreng. Sembari memilih sayur, Rani tak sengaja mendengar pembicaraan orang yang berkumpul di sana. Biasalah ibu-ibu kalau sudah ngumpul
Read more

Bab 88 - Hamil di Luar Nikah

"Bu Tut tau nggak, si Rika anaknya Patmi sudah lahiran?""Oh, ya? Masaa?" ujar Bu Tut sembari mencomot cemilan milik ibu-ibu yang lain. "Iya, bener, Bu!""Bukannya nikahnya baru delapan bulan, ya?" Dengan mulut yang masih mengunyah makanan, Bu Tut melanjutkan gosipnya. "Nah, betulkan? Kok, bisa hamilnya kurang sebulan gitu sudah lahiran aja? Menurut, Bu Tut kenapa?""Apalagi kalau bukan karena hamil duluan!" Mata Bu Tut melotot, mulutnya berhenti mengunyah setelah menyadari apa yang barusan ia katakan. "Hah? Parah banget itu anaknya Patmi. Dibiasain bebas sih orangnya.""Nah, Bu Tut pun berpikir begitu 'kan?""Iya, ya! Mana ada orang hamil cuma delapan bulan sudah lahiran aja. Pasti itu mereka sudah nyoblos duluan sebelum nikah. Pas hamil sebulan, baru deh mereka nikah.""Pantas! Saya juga curiga awalnya kenapa si Patmi nikahin anaknya cepat-cepat, padahal 'kan umurnya baru sembilan belas tahun, rupanya hamil duluan, toh?""Mungkin takut perutnya semakin membesar, jadi sebelum keta
Read more

Bab 89 - Penjelasan Rika

"Maafkan Ibu, Rika!" Hanya itu yang bisa dikatakan oleh Bu Patmi. "Ibu hanya ingin memastikan kalau anak Ibu tidak seperti yang orang-orang sangkakan. Ibu tidak mengerti apa itu prematur. Ibumu yang bodoh ini tidak mengerti bahasa kedokteran. Ibu ingin memastikan supaya bisa menyangkal ucapan mereka, bahwa anak Ibu adalah perempuan baik-baik," terang Bu Patmi. Suaranya bergetar. Anak gadisnya yang baik dan mandiri ini begitu kecewa dengan pertanyaannya. "Huh..!" Rika menghela nafas pelan menetralkan rasa syoknya. Kemudian perlahan dia mendekati Ibunya dan memeluk orang yang telah melahirkan dan membesarkannya itu. "Maafkan Rika, Bu! Tapi percayalah, Bu! Percaya sama Rika. Demi Allah, Rika nggak pernah melakukan itu sebelum halal. Rika dan Mas Dani selalu menjaga tak ingin melakukannya sebelum kami halal," jelas Rika."Mungkin memang salah kalau Rika berpacaran. Tetapi kami nggak pernah jalan dan ketemuan di tempat-tempat sepi.""Tetapi orang-orang bilang, sering lihat kamu sama sua
Read more

Bab 90 - Dilabrak Bu Tut

Rika ke depan ingin memanggil ibunya. "Ibu ada apa sih, ribut-ribut? Anak aku lagi tidur," bisik Rika di telinga ibunya. Terlihat sekali wajah Bu Patmi kesal. "Eh, Rika! Saya mau nanya sama kamu. Kok, bisa kamu sudah lahiran aja. Kamu nikah 'kan, baru sekitar delapan bulanan?""Saya lahiran prematur, Bu!" Rika berusaha seramah mungkin menjawab. Mengingat Bu Tut seumuran dengan ibunya. Tentu dia harus bersikap sopan bukan? Apalagi sudah mengenal tabiat Bu Tut. Asal sopan saja dulu. "Prematur? Apa itu prematur? Apa itu bahasa zaman sekarang untuk anak yang hamil di luar nikah?" Bu Tut menarik sudut atas bibirnya dengan pandangan meremehkan kepada Bu Patmi dan Rika. Meski sudah mendengar omongan itu dari ibunya, tetap saja Rika yang mendengarnya secara langsung dari mulut Bu Tut sedikit merasa kesal. "Bukan, Bu! Prematur itu bayi yang lahir di umur kehamilan di bawah empat puluh minggu, dan saya mengalami kontraksi saat usia kehamilan saya baru berusia tiga puluh empat minggu," jel
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status