All Chapters of Wanita Buruk Rupa Pilihan CEO Kaya: Chapter 81 - Chapter 90

100 Chapters

Bab 81 - Terpaksa Berpisah

Inara sudah merasa lega, karena bisa melihat sang bunda yang sudah sadar kembali. Dokter mengatakan, kalau Bunda Annisa sudah melewati masa kritisnya, dan hanya butuh pemulihan saja. "Inara bersyukur akhirnya bunda sudah sadar kembali. Semoga Allah segera mengangkat penyakit bunda," ucap Inara kepada sang bunda. "Iya Ra, semua ini berkat kamu dan Rizky. Jika tidak, bunda pasti sudah tak ada lagi di dunia. Makasih ya Ra! Semoga rumah tangga kamu selalu harmonis. Rasa cinta Rizky kepada kamu gak pernah berubah," ucap Bunda Annisa dan diaminkan oleh Inara. Perlahan, kondisi Bunda Annisa membaik. Dia sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Inara berniat untuk tinggal di rumah orang tuanya, menemani Bunda Annisa sampai benar-benar pulih. Awalnya Rizky menolak. Dia tak bisa berpisah dengan istrinya. Namun, Inara mencoba memberi pengertian kepada sang suami. Hingga akhirnya, Rizky memperbolehkan sang istri menginap di rumah maminya untuk beberapa hari ke depan. Terpaksa mereka harus terpisa
last updateLast Updated : 2024-01-10
Read more

Bab 82 - Kesedihan Inara

"Bun, bangun!" Inara mencoba membangunkan sang bunda. Dia terlihat menggoyang-goyangkan tubuh sang bunda. Dia terlihat panik dan bahkan meneteskan air matanya, mendapati tubuh sang bunda yang sudah terbujur kaku. Meskioun demikian, dia masih tak percaya kalau sang bunda sudah meninggal. "Bunda, jangan tinggalkan Inara!" Ucap Inara di iringi isak tangis. Dia terlihat meraung-raung menangisi sang bunda. Saat itu Inara hendak membangunkan sang bunda untuk sarapan. Inara merasa bingung, karena sang bunda tak kunjung keluar dari kamarnya. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk membangunkannya. Dan Inara melihat sang bunda yang masih berbaring di ranjang dengan mata terpejam seperti orang yang sedang tidur. Dia coba membangunkan sang bunda. Namun, sang bunda tak kunjung bangun. Inara berpikir, kalau sang bunda tertidur nyenyak. Hingga akhirnya dia mencoba menggoyang goyangkan tubuh sang bunda yang sudah dalam keadaan kaku. "De, bunda de!" Teriak Inara memanggil sang adik. Sang adik la
last updateLast Updated : 2024-01-13
Read more

Bab83 - Drop

"Kita ke dokter ya! Aku gak tega melihat kamu seperti ini. Aku mengkhawatirkan kamu," ucap Rizky. Wajah Inara terlihat pucat. Sejak tadi, dia pun belum beranjak turun dari ranjang. "Nanti saja mas! Aku hanya butuh istirahat saja yang cukup. Kepala aku terasa sakit. Tubuh aku juga terasa lemas," jawab Inara. Inara drop. Beberapa hari ini dia tak nafsu makan. Dia terus kepikiran bundanya yang telah tiada. Dia begitu kehilangan sang bunda. Dia banyak menangis. "Aku tahu, kamu begitu kehilangan bunda. Tapi, kamu tak boleh terus menerus seperti ini! Bunda pasti akan sedih melihatnya. Ikhlaskan bunda, biar dia tenang di sana," ucap Rizky mencoba memberi pengertian kepada sang istri. Rizky memilih tak kerja. Melihat kondisi istri yang seperti itu, dia merasa tak tega. Dia ingin menemani istrinya seharian di rumah. Jika sang istri masih terus demam. Dia akan memaksa sang istri berobat ke dokter. "Aku mau minta buatkan bubur untuk kamu ke si bibi," ujar Rizky kepada sang istri. Namun, In
last updateLast Updated : 2024-01-15
Read more

Bab84 - Pertolongan Dokter Arsyila

"Kamu sudah boleh keluar dari sini," ucap Dokter Arsyila. Dokter yang selama ini menangani Monika. Setelah berbulan-bulan berada di rumah sakit jiwa. Hari ini Monika sudah diperbolehkan keluar. Monika terlihat diam. Dia bingung memikirkan, kemana dia harus pulang. Tak ada tempat untuk dia berteduh, saat keluar nanti. "Kamu kenapa? Apa yang sedang kamu pikirkan?" Tanya Dokter Arsyila. . Monika menceritakan, apa yang dia rasakan saat ini. Dokter Arsyila begitu prihatin mendengarnya. Miris sekali kehidupan Monika sekarang. Semua, berkat keserakahan dia. "Apa kamu mau bekerja menjadi ART di rumah saya? Kebetulan, di rumah saya sedang tak ada ART. ART yang lama, berhenti bekerja karena ingin menikah," ucap Arsyila kepada Monika. Tentu saja dia mau. Dia akan lebih memilih bekerja menjadi ART, daripada harus hidup di jalanan. Padahal selama ini dia tak pernah melakukan pekerjaan rumah. Tapi, demi bertahan hidup. Dia akan lakukan. "Ya sudah. Nanti kita pulang bersama. Setelah tugas say
last updateLast Updated : 2024-01-17
Read more

Bab85 - Bibit Pelakor

"Monik, saya berangkat dulu ya kerja. Kalau kamu belum bisa masak. Ya udah, kamu gak usah masak. Nanti kamu kalau mau makan, beli saja di luar. Di depan gerbang perumahan, banyak tukang jual makanan. Biar Mas Ali nanti saya suruh makan di tempat kerjanya saja, atau di jalan sebelum dia pulang. Pelan-pelan saja, kamu belajar kerjanya," ucap Arsyila kepada Monika. "Iya Bu. Makasih atas kebaikan ibu. Saya akan usahakan secepatnya, bisa menguasai pekerjaan rumah. Maaf ya bu, jadi merepotkan ibu," sahut Monika sopan. "Tenang saja, gak usah sungkan! Anggap saja seperti di rumah sendiri. Saya senang bisa menolong orang," Arsyila berkata. Dia tak sadar, kalau dia sudah membawa seekor ular ke dalam rumahnya. Suatu saat nanti, ular itu akan memangsa dia. Arsyila sudah pergi meninggalkan rumah. Rumah dia adalah rumah bergaya minimalis. Memiliki tiga kamar. Dua di atas, dan satu di bawah yaitu kamar Arsyila dengan suaminya. Rumah itu memiliki dua lantai. Pandangan Monika kini mengarah ke figu
last updateLast Updated : 2024-01-21
Read more

Bab86 - Kesal

"Tumben, kamu gak kerja?" Tanya Ali saat melihat sang istri yang masih menggunakan daster. Saat itu Arsyila sedang sibuk memasak di dapur. Hari ini dia memang sengaja mengambil cuti, agar dia bisa menghabiskan waktunya bersama sang suami. Arsyila masih terus berharap, dirinya bisa segera hamil. Mertuanya sudah menanyakan terus kepadanya. Dia takut, kalau nantinya sang suami memutuskan bercerai darinya. Karena dia yang tak kunjung hamil. "Iya, sengaja. Aku ambil cuti. Agar bisa berduaan sama kamu," sahut Arsyila sambil terkekeh. Monika justru merasa kesal. Kesempatan dia mendekati Ali menjadi gagal. Kini, dia justru merasa cemburu melihat kedekatan Ali dengan Arsyila. "Monik, ayo kita makan bersama!" Ajak Arsyila ramah. Arsyila sudah selesai memasak, dan makanan sudah tersedia di meja makan. Enak sekali jadi Monika. Arsyila justru yang memasakkan makanan untuknya. "Saya nanti saja bu. Ibu sama bapak makan duluan saja! Nanti saya makan di dapur saja," ucap Monika yang berpura-pur
last updateLast Updated : 2024-01-28
Read more

Bab87 - Berpisah Sementara

Ali langsung kembali ke kamar, dia langsung membangunkan istrinya. Arsyila terpaksa membuka matanya, dia kaget mendengar suaminya yang marah-marah membangunkan dia menyebut nama Monika. "Memangnya, Monika kenapa mas?" Tanya Arsyila memastikan. Arsyila masih merasa lemas. Padahal, baru beberapa menit saja dia tertidur. Tapi sekarang, sang suami sudah membangunkannya secara kasar. "ART itu udah kurang aja. Kamu terlalu memanjakan dia. Jadinya begini 'kan? Masa iya, kita tidur dia ikut tidur. Tak ada satupun pekerjaan yang dia kerjakan. Cucian piring sampai numpuk. Keterlaluan!" Ali meluapkan perasaan kesalnya. Semenjak kehadiran Monika di rumahnya, Arsyila dan Ali menjadi sering bertengkar. Sejak awal Ali tak menyukai Monika. "Nanti aku coba bicara pelan-pelan sama dia mas," jawab Arsyila lembut. "Sudahlah, kamu berhentikan saja dia! Lebih baik cari ART lainnya. Dia itu hanya jadi benalu di rumah kita. Sejak awal dia datang ke rumah ini, aku sudah tak menyukainya. Lebih baik sekar
last updateLast Updated : 2024-02-03
Read more

Bab88 -Jebakan Monika

Arsyila sudah bersiap-siap untuk berangkat bekerja. Sedangkan Ali, minggu ini sedang shift siang."Aku berangkat dulu ya, mas! Nanti kamu berangkat seperti biasa 'kan?" ujar Arsyila, dan Ali mengiyakan. Seperti biasa, Arsyila mencium tangan suaminya, sebagai rasa hormatnya kepada sang suami. Ali pun memberikan kecupan di pucuk kepala dan kening istrinya. Ternyata, sejak tadi Monika diam-diam memperhatikan pasangan itu. Entah mengapa, dia merasa tak suka. Dia berpura-pura, membersihkan area di sana. "Nik, saya berangkat dulu ya! Tolong siapkan buat Mas Ali makan siang ya. Sebelum dia berangkat kerja," tukas Arsyila. "Iya, bu. Nanti Pak Ali saya belikan makanan, untuk makan siangnya. Ibu hati-hati ya di jalan!"Arsyila menganggukkan kepalanya. Ali terlihat dingin, menunjukkan rasa tak sukanya kepada Monika. Monika tersenyum licik, dan berkata kalau ini adalah saatnya dia beraksi. "Lebih cepat, lebih baik," Monika berkata dalam hati. Selepas sang istri berangkat, Ali memutuskan per
last updateLast Updated : 2024-02-06
Read more

Bab 89 - Tergoda?

"Pergi! Aku bilang pergi dari sini. Dasar ja*lang!" Pekik Ali. Dengan kekuatan yang ada. Dia langsung mendorong tubuh Monika kasar. Membuat Monika terjatuh ke lantai. "Brengsek!" Monika marah. Dia berusaha untuk bangkit, memegangi pinggangnya yang terasa sakit. Ali menghampiri, dan menarik tangan Monika dengan kasar. Kemudian mengusirnya keluar dari kamarnya.Brug!Monika terperanjat kaget mendengarnya. Setelah dia menutup pintu kamarnya, dan menguncinya agar Monika tak masuk. Kemudian langsung mencari keberadaan ponselnya. Ali langsung melakukan panggilan telepon kepada istrinya. "Assalamualaikum." Arsyila mengawali pembicara. "Waalaikumsalam. Yang, aku minta sama kamu pulang sekarang juga! Aku lagi ada masalah. Aku udah gak tahan," Ucap Ali dengan napas yang terengah-engah. Arsyila begitu terkejut mendengarnya. Mengapa suaminya berbicara seperti itu kepadanya. "Ta--tapi, mas. Kamu memangnya kenapa?" Arsyila tampak bingung. Pasalnya, dia tak bisa meninggalkan pekerjaannya be
last updateLast Updated : 2024-02-07
Read more

Bab 90 - Kemarahan Arsyila

"Maafkan saya, bu! Saya khilaf. Saya janji tak akan mengulangi perbuatan saya lagi," Monika tampak menatap dengan wajah penuh iba. Namun sayangnya, Arsyila sudah sangat marah. Dia tak mau memaafkan Monika. Dia tetap mengusir Monika dari rumahnya. "Biar kamu merasakan hidup di jalan. Dasar wanita gak bersyukur. Sudah dibantu, malah nusuk. Mata Monika terlihat berkaca-kaca. Membayangkan nasibnya selanjutnya. Dia mengerutuki kebodohannya. Niat hati ingin menggoda Ali, dia justru malah diusir dari rumah itu. Monika tak menyangka kalau Arsyila bisa semarah itu. "Aku harus ke mana?" Monika berbicara dalam hati. Pada akhirnya dia merasakan diusir kembali, untuk ketiga kalinya. Monika berjalan secara setapak demi setapak tanpa arah.
last updateLast Updated : 2024-02-11
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status