Semua Bab Pembalasan Istri Sang CEO: Bab 71 - Bab 80

195 Bab

Reaksi Silvy

"Apa kalian berhasil membuat dia celaka?" Johan menelepon anak buahnya untuk memastikan tugas yang ia berikan berjalan dengan lancar."Iya, Tuan. Tommy mengalami luka yang parah dan dalam kondisi kritis di rumah sakit.""Jadi dia masih hidup? Aku ingin dia meninggal di tempat kecelakaan itu. Dasar bodoh!" kata Johan."Maaf, Tuan. Kami sudah menabrak Tommy dengan cukup kencang. Sayangnya dia selamat dan masih bertahan hidup," kata anak buah Johan itu."Kalian memang tidak berguna! Awasi dia dan jangan sampai ada orang yang curiga!" titah Johan sebelum mengakhiri panggilan telepon itu.Johan kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku. Ia berjalan ke sebuah kamar tempat Silvy terbaring. Silvy masih ada dalam pengaruh obat penenang yang diberikan oleh dokter.Johan menatap wajah pucat Silvy dengan iba. Ia merasa marah ketika melihat Silvy pulang ke rumah dalam keadaan yang menyedihkan. Johan mengerti bahwa Tommy dengan sengaja memanfaatkan Silvy untuk membalas dirinya."Sayang, Papa akan
Baca selengkapnya

Silvy mengetahui kejahatan papanya

Dengan tegas Carlo tetap mengusir Silvy dari kamar itu. Carlo tidak mau Kakek Nugraha bertemu dengan Silvy dan membuat keadaan semakin rumit.Silvy pulang ke rumah papanya dengan gundah. Berjuta tanya timbul dalam hatinya, ia tidak pernah menduga papanya akan mencelakai menantunya sendiri. 'Aku harus menanyakan langsung pada papa mengenai hal ini. Aku harus tahu, apakah memang papa yang merencanakan kecelakaan Tommy atau bukan,' batin Silvy.Namun ketika ia tiba di halaman rumah papanya, Silvy tiba-tiba berubah pikiran. Ia tahu dengan pasti bahwa papanya tidak akan mengaku jika ia bersalah dan berniat membunuh Tommy.'Papa pasti gak akan mengakui perbuatannya itu. Aku harus mencari cara lain untuk menemukan jawaban. Jika kecelakaan itu memang suatu kesengajaan, aku harus tahu siapa yang melakukannya,' pikir Silvy.Silvy membuka pintu dan masuk ke dalam rumah. Papa Silvy sudah menunggunya dengan cemas di ruang tamu."Kamu dari mana, Nak?" tanya Papa Silvy."Aku menjenguk Mas Tommy di
Baca selengkapnya

Johan ditangkap polisi

"Apa?! Kenapa mereka bisa datang kemari? Apa ada yang mencoba mengkhianati aku?" Wajah Johan mulai panik.Silvy bungkam, ia sudah bisa menebak apa yang terjadi. Carlo pasti tidak akan tinggal diam setelah menemukan bukti kejahatan Johan.Johan keluar dari kamarnya diikuti oleh Silvy yang berjalan beberapa langkah di belakangnya. Johan terkejut melihat tiga orang pria berseragam polisi dan Carlo berdiri di muka pintu. Silvy sempat melihat Carlo, ia segera mengalihkan pandangannya ke arah lain."Ada apa ini?" tanya Johan."Pak Johan, Anda kami tangkap karena adanya dugaan bahwa Anda terlibat merencanakan kecelakaan saudara Tommy," kata seorang polisi."Apa?! Anda salah alamat, Pak. Saya sama sekali tidak mengetahui tentang kecelakaan itu, apalagi terlibat di dalamnya. Anda semua tidak bisa menuduh saya tanpa adanya bukti yang jelas," ujar Johan."Kita bicarakan di kantor polisi saja, Pak," kata polisi itu."Kamu saudara sepupu Tommy, kan? Kamu tidak bisa menuduh saya seenaknya. Saya aka
Baca selengkapnya

Tetap ditolak

Kakek Nugraha menatap Carlo dengan penuh tanya. "Apa yang terjadi padanya? Kenapa dia menanyakan tentang Intan?"Carlo menggelengkan kepala dan mengangkat bahunya. "Entahlah, Kek. Mungkin Tommy sudah sadar dan mulai merasa kehilangan istrinya itu."Tommy yang masih lemah dan dalam pengaruh obat kembali tidur dengan lelap. Malam itu Kakek Nugraha dan Carlo menemani Tommy tidur di rumah sakit. Walaupun Carlo sudah meminta kakeknya untuk pulang, tetapi kakek yang tegas dan sangat menyayangi cucunya itu memilih tetap tinggal di sisi Tommy.Menjelang pagi Tommy kembali bangun, ia meraba kepalanya yang masih diperban. Ia sudah bisa mengingat dengan jelas apa yang terjadi sebelumnya. Ia merasa aneh, karena mobil berwarna putih yang semula diam di tempat parkir tiba-tiba melaju menabrak dirinya. Ia merasa kejadian itu memang sudah direncanakan dengan matang."Kamu sudah bangun?" tanya Carlo yang duduk di kursi dan sudah berpakaian rapi.Tommy melihat di sofa yang berjarak dua meter darinya
Baca selengkapnya

Restu Orang Tua Alex

Kondisi kesehatan Mama Alex terus mengalami peningkatan. Alex selalu menemani sang mama dengan setia dalam setiap proses pengobatan yang harus dijalani.Pagi itu Alex menyuapi mamanya sebelum berangkat bekerja. Hati seorang mama bisa merasakan bahwa hati Alex sedang terluka. Baru kali ini Mama Alex melihat putranya benar-benar serius pada seorang wanita."Alex, apa kamu baik-baik saja?""Iya, kenapa Mama bertanya seperti itu?" tanya Alex."Mama adalah orang yang melahirkan kamu, Nak. Mama bisa melihat dari wajahmu kalau hatimu masih bersedih. Ada apa, Nak?"Alex menggenggam tangan mamanya dan menciumnya. Ia bersyukur karena saat ini mamanya sudah lebih tenang dan segar. Menurut dokter, Mama Alex juga boleh pulang ke rumah besok."Alex, apa kamu benar-benar mencintai dia?" Pertanyaan itu terlontar dari bibir Mama Alex dan membuat Alex terpaku. Ia terdiam, tetapi sang mama tentu bisa membaca dengan jelas apa yang dirasakan oleh putranya saat ini."Iya, Ma. Aku benar-benar mencintai Int
Baca selengkapnya

Pertemuan dengan Keluarga Besar

"Aku sangat bahagia karena orang tuaku sudah menerima kamu dan merestui kita, Sayang,," kata Alex.Intan tersenyum, ia juga merasa bersyukur karena ada harapan baru untuk hubungannya dengan Alex. Alex mengantar Intan kembali ke rumahnya. Ia mengecup kening Intan sebelum wanita yang sangat ia cintai itu turun dari mobil."Terimakasih, Alex. Aku juga bahagia," kata Intan."Aku akan menjemputmu bekerja besok pagi. Sampai jumpa besok. Aku mencintaimu," kata Alex.Intan melambaikan tangan dan melihat mobil Alex berlalu. Ia masuk ke dalam rumahnya dengan senyum menghiasi wajahnya."Kenapa, Mbak? Sepertinya hari ini Mbak sangat bahagia," kata Rudy.Ibu Intan juga menatap Intan dan ingin menanyakan hal yang sama. Sudah sangat lama rasanya ia tidak melihat Intan tersenyum seperti itu.Intan menghempaskan tubuhnya di sofa. "Aku sangat senang, apa kalian tahu? Orang tua Alex sudah merestui hubungan kami.""Wah, itu benar-benar berita yang mengejutkan. Aku pikir Papa Alex orang yang sangat tegu
Baca selengkapnya

Sepupu Menyebalkan

"Sherin, jaga ucapanmu! Jangan bicara seperti itu pada kekasihku!" kata Alex dengan tegas. Alex memegang tangan Intan dan menariknya sedikit ke belakang tubuhnya. "Mas, itu kenyataan. Aku gak sedang memfitnah tanpa dasar. Aku pikir seleramu pada wanita sangat tinggi, Mas, tapi ternyata wanita seperti ini saja sudah membuat kamu takluk." Sherin tersenyum meremehkan Intan.Beberapa saudara Alex mulai saling berbisik setelah mendengar ucapan Sherin tentang status Caroline yang sudah pernah menikah dan mempunyai anak."Namamu Sherin? Kalau kamu ingin berkenalam denganku, seharusnya kita bisa berbincang dengan lebih sopan dan lebih baik, aku percaya kamu berpendidikan tinggi dan mengerti cara berkomunikasi yang baik," ujar Intan.Intan yang saat ini dikenal sebagai Caroline, tentu bukan wanita yang dahulu mungkin terbiasa menerima hinaan seperti itu. Intan yang sekarang tidak akan membiarkan orang lain merendahkan dirinya dan bisa melindungi dirinya sendiri. Intan merasakan perbedaan yan
Baca selengkapnya

Kondisi Silvy yang menyedihkan

Seorang wanita duduk lemas dan bersandar di tempat tidurnya. Tanpa mengucap sepatah kata pun dan bahkan enggan menyalakan lampu.Asisten rumah tangga yang cemas masuk ke dalam kamar itu dan menyalakan lampunya. "Non Silvy, ada yang perlu bibi bantu? Apa Nona mau bercerita sama bibi? Apa yang membuat Nona sedih?"Silvy hanya diam, tatapan matanya kosong. Bibi yang sudah bekerja di rumah Silvy selama belasan tahun mendekat dan duduk di hadapan Silvy. Bibi membelai rambut sang nona dan kembali berusaha mengajaknya bicara."Nona mau makan apa? Bibi ambilkan makanan, ya?" Melihat Silvy tetap diam membisu, asisten rumah tangga itu semakin cemas. Silvy kemarin pulang ke rumah itu dalam keadaan yang menyedihkan. Ia yang biasanya rapi dan selalu berdandan cantik tiba-tiba muncul setelah cukup lama tidak pulang ke rumah. Wajahnya kusut, rambut dan pakaiannya lusuh. Tidak ada yang Silvy mau lakukan selain duduk diam dan menangis. Silvy tidak mau berbicara dengan siapa saja. Bibi keluar dari
Baca selengkapnya

Tommy bertemu Mama Silvy

Tommy sama sekali tidak terkejut dengan kedatangan sang mama mertua. Ia justru menunggu saat seperti itu agar dapat menjelaskan semua yang terjadi.Carlo yang berdiri di dekat Tommy bersiaga memegang ponselnya. Ia harus bersiap jika ada kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Secepatnya Carlo akan menelepon anak buahnya yang berjaga di depan pintu kamar itu."Silakan duduk, Ma," kata Tommy. "Ah, Mama datang kemari bukan untuk duduk santai atau menjenguk kamu. Mama datang untuk meminta pertanggungjawaban kamu, Tom!""Tenang dulu, Ma! Ada banyak hal yang harus saya jelaskan."Mama Silvy duduk di kursi di samping tempat tidur Tommy. Ia menyilangkan kakinya dan menatap Tommy dengan tajam."Apa yang sebenarnya terjadi di antara kalian? Kalau kamu ada di sini, sepatutnya Silvy harus ada di sini, bukan? Kenapa Silvy malah pulang ke rumahnya dan enggan bicara dengan siapapun?""Saya akan segera menceraikan Silvy," jawab Tommy dengan yakin."Apa?! Apa Mama gak salah mendengar? Kamu mau mencer
Baca selengkapnya

Silvy dirawat di rumah sakit jiwa

Pratiwi pulang kembali ke rumah Silvy dan melihat kondisi putrinya itu kian memburuk. Silvy terbaring lemah di tempat tidurnya dengan mata terpejam. "Nak, mama harus pulang besok. Kamu harus sembuh dan sehat di sini. Sekalipun mungkin pernikahanmu dengan Tommy gak bisa diselamatkan, kamu gak boleh hancur seperti ini." Lirih Pratiwi. Silvy tetap bergeming, hanya air mata yang mengalir di sudut matanya yang tetap tertutup rapat. Pratiwi meninggalkan kamar itu dan menutup pintunya dari luar dengan hati-hati. Di luar asisten rumah tangga yang paling senior sudah menunggu sangat nyonya. "Bi, saya harus kembali ke luar negeri besok. Ada suami dan anak-anak yang menunggu saya di sana. Tolong temani dan jaga Silvy!" kata Pratiwi. "Nyonya, kondisi Nona Silvy belum stabil, bahkan sepertinya semakin memburuk. Bagaimana kalau kita membawa dia ke rumah sakit? Setidaknya mungkin ada obat dan cairan infus yang bisa masuk ke tubuhnya. Saya takut terjadi sesuatu yang buruk dengan Nona. Jangan sam
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
20
DMCA.com Protection Status