Home / Pernikahan / Pembalasan Istri Sang CEO / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Pembalasan Istri Sang CEO: Chapter 11 - Chapter 20

195 Chapters

Intan Melahirkan

Pagi itu Intan bersiap-siap untuk bekerja. Ia merasa perutnya sedikit kencang dan sakit. Namun setelah beberapa menit rasa sakit itu hilang. Oleh karena itu Intan tetap pergi ke kantor.Setelah menempuh waktu tiga puluh menit, Intan dan Rudy tiba di kantor. Hari itu mereka sedikit sibuk dan ada beberapa janji dengan klien perusahaan. Mereka langsung berjalan dengan cepat ke elevator untuk naik ke lantai delapan.Di dalam elevator, perut Intan kembali terasa sakit."Aduh." Intan meraba perutnya dan meringis kesakitan."Mbak, kenapa?" Rudy memegang bahu Intan dengan panik."Ah, gak apa-apa, Rud. Tadi sedikit sakit, tapi sekarang sudah hilang rasa sakitnya. Mungkin keponakanmu ini semakin besar dan sangat lincah bergerak." "Biasa anak laki-laki, Mbak. Apa kita perlu ke rumah sakit?" tanya Rudy."Gak perlu, kamu tenang saja," jawab Intan sambil tersenyum.Intan dan Rudy menuju ruangan mereka masing-masing. Keduanya langsung menyibukkan diri dengan pekerjaan mereka.Sesuai jadwal, Rudy la
Read more

Kembali Bekerja

Kehidupan Intan berubah total dengan kehadiran Darren. Darren kecil sangat tampan, sehat, dan menggemaskan. Setiap orang yang melihatnya pasti ingin menggendong dan menciumnya. Sekalipun harus mengalami perubahan pola hidup, jam istirahat, dan harus merawat Darren sendiri, Intan sangat bahagia dan menikmatinya. Intan menghabiskan sebanyak mungkin waktu bersama putranya dengan menyusui, menggantikan popok, menggendong dan menemani Darren setiap malam."Mama sangat menyayangi kamu, Darren," bisik Intan malam itu. Ia sedang menidurkan Darren dalam pelukannya. Intan sadar, waktu sangat berharga dan cepat berlalu. Masa kecil Darren takkan terulang kembali dan akan menjadi kenangan terindah dalam hidup Intan.Setiap malam, Intan selalu memandangi wajah Darren yang tertidur lelap. Wajah Darren sangat mirip dengan Tommy, terutama pada bagian hidung, rambut, dan bibirnya. Kulit Darren juga putih bersih seperti sang papa."Sayang, semoga karaktermu gak seperti papamu. Kamu harus menjadi pria
Read more

Identitas Baru

Melihat foto-foto mesra Tommy dan Silvy, hati Intan terasa nyeri. Di saat dirinya berjuang menjalani masa kehamilannya yang tidak mudah, melewati malam-malam sepi, merasakan sakit dan mengidam sendirian, ternyata Tommy sedang asyik menjalani pernikahan barunya. Bahkan di saat Intan harus bertaruh nyawa untuk melahirkan Darren, Tommy tidak berada di sisinya. Intan berpikir, mungkin Tommy merasa lebih bahagia saat ini. Mungkin saja Tommy sudah menganggap dirinya mati, atau tidak pernah hadir dalam hidupnya.Malam itu, dari balkon kamarnya Intan menumpahkan air mata kemarahannya. Ia segera menghubungi Rudy untuk menemuinya di ruang keluarga."Rud, Mbak akan segera melaksanakan rencana untuk membalas Mas Tommy," katanya."Mbak yakin sudah siap? Keluarga mereka bukan orang sembarangan. Mereka mempunyai uang, aset, dan pengaruh yang besar dalam dunia bisnis," ujar Rudy."Beberapa bulan ini kita sudah mempelajari usaha mereka. Kita juga meningkatkan kapasitas dan kemampuan kita. Mbak juga t
Read more

Teror Sang Wanita Penghibur

"Mas Tommy, pulang sekarang! Kamu harus menjelaskan sesuatu padaku!" teriakan Silvy di ujung telepon membuat Tommy tersentak.Tak biasanya Silvy marah dan memaksanya seperti itu. Tommy mematikan dan menutup laptopnya. Beruntungnya hari ini tidak ada jadwal apapun, Tommy hanya memeriksa dan menandatangani beberapa berkas di mejanya.'Apa lagi yang Silvy mau? Apa dia mau memaksa untuk membeli rumah lagi? Kenapa dia gak berhenti membuat masalah?' Tommy mengurut keningnya yang terasa pusing memikirkan ulah Silvy yang beragam setiap hari.Tommy segera meninggalkan kantornya, ia tahu Silvy akan semakin meradang jika ia tidak segera pulang. Silvy bahkan pernah datang ke kantor dan meluapkan amarahnya di depan beberapa karyawan. Hal itu tentu membuat Tommy merasa sangat malu di hadapan para karyawannya.Tommy akhirnya tiba di rumah. Ia melihat penampilan Silvy sangat kacau. Silvy duduk di sofa, dengan air mata bercucuran yang membuat sebagian riasannya luntur. Tommy sama sekali tidak mengerti
Read more

Silvy Melabrak Velicia

"Ayo masuk, Mas!" ajak Velicia tanpa rasa segan."Di sini saja! Aku gak mau berlama-lama bicara sama kamu! Aku gak akan masuk ke dalam kamarmu!" tegas Tommy."Baiklah, aku juga senang bicara di sini, supaya semua orang yang ada di sini tahu, ada seorang CEO yang datang menemui aku. Siapa tahu ada di antara mereka yang merekam kita dan membagikan videonya. Kita pasti akan cepat terkenal, Mas," jawab Velicia dengan santai."Apa maksudmu? Kamu mau mengedarkan berita yang gak benar lagi? Hentikan! Aku bisa menuntutmu!" gertak Tommy.Velicia tidak gentar dengan ancaman Tommy. Dia justru tertawa dengan keras dan secara sengaja menarik perhatian beberapa tetangga kosnya.Tommy semakin terdesak, terpaksa ia mendorong Velicia masuk ke dalam kamar kosnya. Velicia tersenyum dan menutup pintu kamarnya."Mau minum apa, Sayang?" tanya Velicia."Gak perlu! Aku gak punya banyak waktu. Kenapa kamu mengedarkan foto-foto itu? Kamu mau menjebak aku dan mengambil keuntungan dariku? Apa maumu Velicia?" ser
Read more

Pertemuan Kembali

Tanpa terasa, dua minggu berlalu dengan sangat cepat. Intan alias Caroline sudah menyiapkan segala sesuatunya untuk bertemu kembali dengan Tommy.Hal yang paling utama tentu adalah kesiapan mentalnya. Ia bukan lagi wanita lemah dan penurut yang selalu menunduk dan taat di depan Tommy.Intan sudah membaca berita mengenai dugaan perselingkuhan Tommy yang kembali merebak. Ia sama sekali tidak terkejut dengan berita itu. Intan hanya teringat bagaimana pedihnya rasa hatinya ketika mendapati sang suami telah mendua.'Ternyata kamu gak pernah merasa puas, Mas. Kamu kembali bermain api dan menyakiti wanita,' batin Intan.Namun beberapa hari setelah berita perselingkuhan Tommy itu menyeruak, berita itu kembali reda. Velicia telah menepati janjinya setelah menerima uang dari Tommy.Intan mengerti bahwa Tommy telah menggunakan kuasa dan materi yang ia miliki untuk meredam berita viral itu. Pada malam sebelum acara pembukaan kantor mereka di Jakarta yang akan mengundang beberapa perusahaan terna
Read more

Kembalinya Kakek Nugraha

Acara pertemuan itu berjalan dengan lancar. Tommy langsung kembali ke rumah setelah acara itu berakhir.Dalam perjalanan ke rumah, pikiran Tommy melayang tak menentu. Tommy berpikir dengan keras dan bertanya-tanya dalam hatinya.'Siapa gadis itu? Kenapa aku merasa dia gak asing? Aku merasa seperti pernah mengenal dia. Apa kami pernah berjumpa di luar negeri? Atau di acara perusahaan lain?' Entah dari sisi mana, tapi ada ekspresi wajah dan gaya Caroline yang mengingatkan Tommy pada seseorang.Cukup lama Tommy merenung dan berusaha menemukan jawaban. Sampai di suatu jalan sepi ia menghentikan mobilnya secara mendadak. "Caroline mirip dengan Intan." Tommy berbicara sendiri."Ah, tapi dia gak mungkin Intan! Caroline sangat cantik, anggun, dan berkelas. Mungkin hanya mirip, atau ada yang salah dengan diriku. Kenapa tiba-tiba aku ingat sama Intan? Tommy, mustahil kamu merindukan Intan!"Ponsel Tommy tiba-tiba berbunyi, ia melihat nomor asisten pribadi kakeknya muncul di layar. Jantung Tom
Read more

Carlo

"Bukan begitu, Kek. Mana mungkin aku berpikir seperti itu? Aku benar-benar senang melihat Kakek sudah kembali sehat," jawab Tommy berusaha tersenyum dan bersikap normal. Namun semua itu justru membuat suasana semakin canggung dan kaku."Ah, Kakek tahu sejak dulu kamu selalu memberontak dan melawan Kakek. Salah satu buktinya adalah kamu tetap menikahi wanita itu." Kakek Nugraha menunjuk wajah Silvy.Silvy menundukkan kepalanya semakin dalam. Wajahnya terasa panas karena ia sadar bahwa tatapan semua orang di ruangan itu tertuju padanya."Jangan seperti itu, Kek! Silvy sudah sah menjadi istriku. Tommy harap Kakek dan seluruh keluarga bisa menerima Silvy sepenuhnya," bisik Tommy."Silakan saja berusaha, karena Kakek tetap pada pendirian Kakek. Kakek bisa merasakan Intan lebih baik dan tulus padamu." Kakek Nugraha memberi isyarat pada perawatnya untuk mengantarnya ke ruang tengah untuk menemui tamu yang lain.Tak lama kemudian, seorang pria bertubuh tinggi dan tampan masuk bersama kedua o
Read more

Tak Kunjung Hamil

'Dasar Carlo, masih saja dia suka cari muka di depan kakek! Awas saja nanti! Akan kucari cara supaya kakek benci dan marah sama Carlo,' batin Tommy saat keluar dari ruang kerja Kakek Nugraha.Silvy yang sudah menunggu bisa membaca ekspresi wajah Tommy yang kusut dan lesu, bahwa telah terjadi sesuatu yang membuat suaminya itu kecewa."Ayo kita pulang!" ajak Tommy.Tommy dan Silvy berpamitan pada kakek dan semua anggota keluarga. Di dalam mobil, Tommy tidak bisa lagi menyembunyikan kekesalannya. Wajahnya semakin cemberut, Tommy juga menyetir mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia juga membunyikan klakson berulang kali karena merasa tidak sabar dengan kendaraan di depannya."Sabar, Mas! Kalau kamu emosi seperti itu, kita bisa kecelakaan. Memangnya tadi apa yang kakek bicarakan?" Silvy memegang tangan suaminya.Tommy mendengus kesal. "Seperti dugaan kita sebelumnya, kakek tetap gak suka sama kamu. Kakek menentang pernikahan kita. Kakek malah memuji Carlo dan akan mempromosikan dia. Aku benc
Read more

Mandul

Pagi itu Silvy kembali duduk menunggu giliran di depan ruangan dokter kandungan. Ia membawa sebuah amplop panjang berisi hasil pemeriksaan atas kondisi kesuburannya. Silvy sama sekali tidak mengerti hasil yang tertera di dalamnya. Tak sabar rasanya ia menunggu penjelasan dari dokter.Ia melihat sekelilingnya dengan gelisah. Setiap detik dan menit terasa sangat lama berjalan. Silvy melihat setiap pasien yang dipanggil masuk ke ruangan dan keluar dengan berbagai ekspresi wajah yang berbeda.Ada yang tersenyum dan menangis haru sambil mengusap perut yang sudah mulai membesar. Ada pula yang berwajah muram, mungkin karena hasil pemeriksaan dokter yang kurang baik. Silvy hanya berharap saat ia keluar dari ruangan dokter itu, ia akan menerima kabar baik mengenai kondisi tubuhnya. Ia dan suaminya membutuhkan anak ini untuk tetap bertahan dalam keluarga Tommy.Setelah menunggu selama hampir satu jam, akhirnya nama Silvy dipanggil oleh perawat. Silvy masuk ke dalam ruangan dengan senyum penuh
Read more
PREV
123456
...
20
DMCA.com Protection Status