Semua Bab Pembalasan Istri Sang CEO: Bab 161 - Bab 170

195 Bab

Permintaan Agnes

"Mbak Intan, apakah Mbak keberatan kalau aku lebih dahulu menikah dengan Agnes?" tanya Rudy saat sarapan pagi itu. Intan cukup terkejut, ia meletakkan sendoknya. "Apa?! Bukankah kalian berencana menikah setelah Mbak dan Alex menikah?" "Rencana awalnya memang seperti itu, Mbak, tapi ternyata aku dan Agnes gak bisa terlalu lama menunggu," jawab Rudy. "Apa ada masalah yang mendesak? Kalian gak melakukan hal yang belum sepatutnya, kan?" tanya Intan. "Ah, apa yang Mbak bicarakan? Kami gak melakukan hal yang buruk atau melanggar norma. Kami hanya sudah gak sabar untuk menikah dan hidup bersama," jawab Rudy lagi. Intan menatap adiknya itu dan tidak langsung memberikan jawaban. Mungkin jatuh cinta memang akan mengubah karakter seseorang. Intan melihat perubahan yang cukup signifikan dalam sifat Rudy. Dahulu Rudy selalu dingin dan tidak selalu mengumbar perasaannya, tetapi semenjak mengenal Agnes, ia lebih ekspresif dan bersemangat. "Aku gak keberatan, Rud. Kalau kalian memang sudah yaki
Baca selengkapnya

Rudy membela Agnes

"Sayang, tunggu!" Rudy mengejar Agnes. "Apa, Mas? Kamu lebih mementingkan keluargamu daripada aku. "Agnes, aku baru tahu kalau sifat aslimu seperti itu. Kami gak punya niat buruk atau ingin menghalangi kebahagiaan kalian. Tolong hargai dan dengarkan juga perkataan ibu! Jangan melebarkan masalah ini!" kata Intan. "Sifatku? Ada apa dengan sifatku, Mbak Intan? Aku juga tahu kalau Mbak adalah orang yang egois. Selama ini Mbak sudah memanfaatkan Rudy, dan aku tahu kalau Mbak tetap ingin menguasai dia," ucap Agnes tanpa rasa segan. Intan menggelengkan kepala dan menghela nafas panjang. Ingin rasanya ia kembali menjawab perkataan Agnes yang menyinggung perasaannya.Ia tidak pernah dengan sengaja ingin memanfaatkan Rudy demi kepentingan dirinya sendiri. Kedua orang tua Rudy dan Intan selama ini mendidik mereka dengan baik untuk saling menopang, menyayangi, dan bekerja sama. Intan sadar, jika dirinya atau Rudy menikah suatu hari nanti, kondisi itu mungkin akan berubah. Akan tetapi seharus
Baca selengkapnya

Hubungan yang retak

Intan menghela nafas panjang. Belum pernah rasanya Rudy bersikap dingin seperti itu. Intan tidak menyangka, hubungan persaudaraan yang dekat bisa menjauh karena seorang calon anggota keluarga baru. Intan berusaha tetap berpikir positif, mungkin wajar jika Rudy mulai memikirkan kehidupan pribadinya. Rudy menyebutkan nama sebuah kafe yang sudah tidak asing lagi di telinga Intan. Intan merasa sangat aneh, karena mereka harus berbicara di luar rumah bagaikan dua orang asing. "Baiklah, aku akan datang ke sana," kata Intan. "Oke, Mbak. Kita bertemu jam satu siang," ujar Rudy sebelum mengakhiri panggilan telepon itu. Intan meletakkan kembali ponselnya di atas meja. Alex menatap wajah Intan yang sendu dengan penuh tanya. "Ada apa?""Rudy meminta bertemu untuk bicara berdua," jawab Intan. "Apa dia ingin membicarakan tentang pernikahannya?""Mungkin saja, Sayang. Aku merasa dia saat ini sangat berbeda. Seingatku, belum pernah dia bersikap kaku dan dingin seperti ini. Entahlah, apa yang me
Baca selengkapnya

Rudy menjauh

Ibu Intan melayangkan pandangannya ke luar jendela. Wajahnya nampak muram dan tangannya masih menggenggam ponsel dengan erat. "Apa adikmu gak pulang lagi malam ini?" tanya ibu. "Rudy sangat sibuk, Bu. Mungkin dia masih menyelesaikan pekerjaannya di kantor cabang luar kota." Intan berusaha menutupi perubahan sikap Rudy yang juga acuh padanya. "Ibu merasa sikap Rudy sangat berubah, Nak. Dulu sesibuk apapun dia akan memberi kabar dan pulang ke rumah. Sekarang dia jarang membalas pesan dan menjawab telepon ibu. Sudah beberapa hari dia gak pulang, apa yang terjadi sebenarnya? Apa kalian masih bertengkar?" Intan menghela nafas panjang. Ibu memang sangat perhatian pada dirinya dan Rudy. Sering kali ibu sudah mengetahui ada hal yang tidak beres sebelum Intan atau Rudy mengatakannya. "Bu, Rudy sudah dewasa. Mungkin dia juga sibuk memikirkan persiapan pernikahannya," kata Intan. "Kenapa dia gak melibatkan kita dalam persiapan pernikahan itu? Apa Agnes memang berniat menjauhkan Rudy dari k
Baca selengkapnya

Hasutan Agnes

"Jangan berlebihan, Mbak! Cukup rahasiakan ini dari ibu. Mbak pasti juga gak mau pikiran dan kesehatan ibu terganggu, bukan? Kami sudah cukup dewasa dan bisa bertanggung jawab atas apa yang kami lakukan, Mbak," jawab Agnes. "Apa semudah itu? Mbak pikir kamu cukup pintar dan berpendidikan, Agnes. Mbak gak menyangka kalau kamu mau melakuk.an hubungan suami istri sebelum resmi menikah. Belum menikah saja topeng aslimu sudah terbongkar," kata Intan. "Jangan kasar pada Agnes, Mbak! Sebaiknya Mbak pergi dari kantor ini. Aku akan pulang untuk membicarakan semuanya dengan baik. Aku gak mau Mbak membuat keributan di kantor ini," ucap Rudy tanpa rasa bersalah. Intan menggelengkan kepalanya, hampir tidak bisa mempercayai apa yang baru saja didengarnya dari Rudy. Intan mendengus kesal. "Mbak yang membuat keributan dan membuatmu malu? Apa gak salah? Justru Mbak harus bertanya, apa kamu sudah gak punya akal sehat? Semua karyawanmu sudah cukup dewasa untuk mengerti apa yang terjadi di sini. Mere
Baca selengkapnya

Perdebatan Intan dan Rudy

"Rudy masih ada pekerjaan, Bu. Dia akan pulang besok. Ibu gak perlu terlalu mencemaskan dia," jawab Intan. Ibu menghela nafas panjang. "Apa dia sangat sibuk sampai gak bisa pulang dan menjawab telepon ibu? Sudahlah, istirahat saja dulu! Semoga besok Rudy benar-benar pulang."Intan tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Jauh di lubuk hatinya ia juga mengharapkan hal yang sama. Intan segera mandi dan mencium kening Darren yang sudah terlelap. Saat menatap wajah putranya, Intan bisa mengerti bagaimana perasaan ibunya saat ini. 'Nak, kalau kamu sudah dewasa nanti, jangan pernah menjauhi mama. Selama ini kita hidup bersama dan saling menopang. Kamu boleh pergi kemana pun dan mewujudkan impianmu. Jika tiba waktunya nanti, kamu juga boleh mengenal seorang gadis dan menjalin hubungan dengannya, tapi jangan tinggalkan mama! Untuk selamanya kamu adalah segalanya untuk mama. Kamu adalah nafas hidup dan motivasi terbesar untuk mama, Nak." Intan membelai rambut buah hatinya itu. Tanpa terasa ai
Baca selengkapnya

Tak dianggap

"Kalau Mbak gak mau datang, aku lebih senang. Biar aku ajak ibu saja bersamaku. Tolong jangan mengusik rencana yang sudah aku siapkan dengan matang," jawab Rudy."Ibu juga gak akan datang, Rud. Aku gak akan memkbiarkan orang lain merendahkan dan meremehkan ibu," potong Intan. "Jangan seenaknya, Mbak! Mbak selama ini meminta semua orang mendukung dan melindungi Mbak, tapi gak mengijinkan aku bahagia," kata Rudy. "Apa kamu berpikir kalau kebahagiaanmu itu sudah membuat hati ibu sakit? Kamu egois kalau hanya memikirkan kepentinganmu sendiri." Intan dan Rudy saling berhadapan dengan amarah yang terlihat jelas dalam sorot mata mereka. Ibu Intan mulai menangis, ia tidak pernah membayangkan dia buah hati yang telah dewasa itu saling bertentangan. "Cukup! Apa-apa kalian ini? Kalian sudah dewasa dan selama ini bisa saling membantu. Kenapa sekarang kalian saling menyerang dan kasar? Ibu sangat kecewa pada kalian," teriak Ibu Intan. Intan dan Rudy terdiam mendengar perkataan ibu mereka. Int
Baca selengkapnya

Hinaan

Dalam acara pertemuan keluarga itu, Intan dan ibunya bagaikan orang asing yang tidak dianggap keberadannya. Keluarga besar Agnes larut dalam kebahagiaan dan perbincangan mereka sendiri. Yang lebih membuat Intan merasa tidak nyaman adalah saat beberapa orang di antara mereka menatap dirinya dan ibunya dari ujung rambut hingga kaki, lalu berbisik-bisik. Sorot mata mereka sangat tidak bersahabat dan seperti sedang mencari keburukan pihak keluarga Intan. Intan menghela nafas panjang, berusaha tetap bertahan di ruangan berpendingin namun terasa panas itu. Beberapa kali Alex berusaha mengajaknya berbincang untuk mengalihkan perhatian Intan dari suasana yang tidak nyaman itu. "Itu ibu dan kakakmu, Rud?" tanya Pak Topo dengan suara keras. "Iya, Pak," jawab Rudy. Pria yang masih merupakan kerabat dekat Agnes itu berhasil membuat pandangan mata semua orang tertuju pada Intan dan ibunya. Intan mengangkat wajahnya dan tersenyum, sekalipun sepertinya keluarga itu tetap tidak menerima kehadira
Baca selengkapnya

Pernikahan Rudy

"Beraninya kamu bicara seperti itu! Kalian gak pantas merusak acara istimewa putriku malam ini. Dasar orang miskin dan gak berpendidikan!" maki Papa Agnes. Wajah Rudy berubah pucat, tetapi tatapan matanya penuh kemarahan pada Intan, orang yang ia anggap sebagai penyebab terjadinya keributan itu. "Kalian sebaiknya segera pergi dari sini! Aku sudah mengatakan padamu untuk menjaga sikap dan perkataan, Mbak," bisik Rudy pada Intan. "Rud, kamu seharusnya membela harga diri keluargamu yang telah mereka injak!" kata Alex. "Cukup, Alex! Jangan mengajari aku, karena kamu saat ini bukan siapa-siapa! Kamu belum resmi menjadi suami Intan," kata Rudy dengan geram. "Alex, Om tahu siapa kamu. Kamu adalah putra Sam, kan? Om tahu bagaimana nasib buruk yang menimpanya saat ini. Seharusnya kamu berhati-hati, karena kalau kamu salah melangkah, maka Om bisa menghancurkan usaha papamu sampai habis," kata Papa Agnes. "Lakukan saja apa yang Om mau, saya gak akan takut. Saya gak mungkin diam kalau Om me
Baca selengkapnya

Undangan Pernikahan Tommy

Hari terus berlalu semenjak hari pernikahan Rudy dan Agnes. Pasangan suami istri itu belum juga menyambangi rumah Ibu Intan untuk memperbaiki hubungan mereka.Rudy seolah hanyut dalam kebahagiaannya sendiri. Melalui status media sosial Rudy, Intan mengetahui bahwa adiknya itu sedang bera da di luar negeri untuk berbulan madu. Rudy juga tidak menghubungi Intan atau ibunya. Intan hanya bisa menghibur sang ibu dan memintanya untuk lebih bersabar. Setelah beberapa waktu berlalu, Ibu Intan yang terpukul dan terluka mencoba untuk kembali tersenyum. Darren adalah sosok penghibur yang mampu menghapuskan luka di hati sang nenek. Intan kembali sibuk dengan urusan bisnisnya. Semenjak Rudy menarik garis pembatas di antara hubungan mereka, Intan juga harus bekerja lebih keras dan menjalankan usaha itu sendirian. "Bu, Intan berangkat ke kantor dulu, ya," kata Intan setelah menghabiskan sarapannya pagi itu. Intan mencium tangan ibunya dan menggandeng Darren keluar dari pintu utama rumah itu. Mob
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
151617181920
DMCA.com Protection Status