Semua Bab CEO Tampan Itu Ayah Putraku : Bab 141 - Bab 150

154 Bab

40. Kehangatan

"Apa yang sedang kau pikirkan, Bel? Sudahlah, jangan berlebihan dan tunggu saja dulu," kata Alma yang benar-benar sudah kehilangan akal ketika dia mendengar sang menantu itu berkata terlalu cemas seperti itu. Dia tak tahan mendengar ketidaksabarannya tersebut.Jika boleh dia jujur, jauh di dalam lubuk hatinya dia pun khawatir tapi dia tidak ingin menunjukkan emosinya itu di depan menantunya tersebut.Dia memilih untuk tetap tenang dan menyimpan kecemasannya sendiri meskipun sebenarnya hal itu sangatlah sulit.Akan tetapi, tak lama dia menunggu, sekitar 10 menit kemudian, mobil hitam yang dikemudikan oleh sopir keluarga Wiriyo itu tiba di rumah keluarga besar tersebut.Belinda dengan tidak sabar langsung menghampiri mobil itu tetapi Alma tidak. Wanita tua berambut putih itu masih tetap duduk di atas kursi rodanya karena tak ingin terlihat berlebihan ketika menyambut cucu dan cicitnya yang baru saja tiba di rumahnya."Astaga, Sayang. Mama sudah menunggu kalian sedari tadi dan cemas seka
Baca selengkapnya

41. Tekad Baru

Ananta benar-benar tidak mengerti mengapa saat ini dirinya begitu sedih apabila teringat pada kejadian di masa lalu."Mengapa kita harus menjadi seperti ini hanya gara-gara seorang laki-laki?" ucap Ananta sedih.Rasa sedihnya begitu dalam saat ini dan keinginannya untuk bertemu dengan adiknya itu begitu sangat kuat seolah-olah tak bisa dilindungi lagi."Lusa ya, Dik. Lusa kita akan segera bertemu," kata Ananta sembari dia memeluk foto sang adik dengan erat. Dia sungguh merindukan adiknya itu dengan sangat.Ananta kemudian memaksa diri untuk segera tidur karena badannya yang terlalu letih. Dia pikir dia harus segera memulihkan kondisinya sehingga dia bisa menghabiskan waktunya di Indonesianya sesuai dengan apa yang dia rencanakan.Sebenarnya dia tadi sempat terpikirkan untuk menghubungi suaminya, tapi keinginan itu pupus ketika dia ingat apa yang telah dilakukan oleh suaminya itu.Dan Mikael pun tak mengirimkan sebuah pesan kepadanya padahal dia pun juga tahu tentang dirinya yang sudah
Baca selengkapnya

42. Kasus

"Lepaskan aku, sialan!" teriak sang lelaki yang terlihat tidak terima ketika Vincent memisahkan dirinya dengan wanita itu.Tetapi sayangnya dia tidak lebih kuat daripada rekan kerja Justin yang berotot itu sehingga dia terpaksa harus mengalah atau lebih tepatnya dipaksa untuk menyerah.Vincent kemudian menyeret mereka ke bagian pinggir sehingga tak mengganggu jalanan. Sang lelaki memprotes tapi tak berhasil sehingga terpaksa menurut.Justin sendiri membantu sang wanita yang terlihat kerepotan dengan barang bawaannya. "Apa yang terjadi?" Vincent bertanya dengan cepat, tak mau membuang-buang waktu mereka yang berharga."Siapa kau? Mengapa kau ikut campur di sini? Kau pikir kau bisa menghentikan aku?" ucap laki-laki berusia yang sepertinya tak terlalu jauh dari Justin.Vincent dengan tenang menjawab, "Saya detektif. Kalau Anda tidak ingin saya bawa ke kantor maka jelaskan duduk perkaranya di sini saja. Anda bersedia, bukan?"Justin sedikit terkejut ketika pria itu tidak menambahkan kata
Baca selengkapnya

43. Sang Kakak Ipar

"Kamu benar, Justin. Kamu tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka memiliki lebih banyak wewenang daripada kami," ucap Vincent.Pria itu kemudian tertawa kecil dan menjadi lebih rileks lalu berujar, "Jadi, Justin. Yang ingin aku katakan kepadamu adalah, jangan pernah terlalu merasa kecewa jika sewaktu-waktu penyelidikan yang sedang kita lakukan dihentikan secara tiba-tiba akibat perintah dari orang-orang yang memiliki kekuasaan lebih banyak daripada pihak kita."Justin mengangguk walaupun dia sebenarnya tidak bisa menerimanya. Namun, ini bukan negaranya sehingga dia hanya bisa patuh pada peraturan tanpa bisa memprotes.Di negaranya, jika ada sebuah kasus pembunuhan yang ditangani oleh pihak swasta biasanya malah mereka akan bekerja sama dengan kepolisian negeri.Tidak ada yang namanya kasus yang ditutupi kecuali bila kasus itu begitu sangat berbahaya sehingga terpaksa harus diselidiki secara diam-diam.Akan tetapi, tidak sekalipun dia merasa pernah bentrok dengan kepolisian setempat.
Baca selengkapnya

44. Vina

Perlahan Ananta jatuh terduduk di bawah tempat tidurnya. Tubuhnya terasa lemah.Tak pernah dia menduga sebelumnya jika dia benar-benar kehilangan satu persatu orang yang menjadi teman berbaginya itu.Padahal, dia yakin Helen adalah orang yang tidak akan berubah dan akan tetap menjadi salah satu orang yang berpihak kepadanya. Namun, ternyata dia salah besar. Helen telah berubah. Akan tetapi, dia tidak bisa begitu saja menerimanya sehingga dia benar-benar menghubungi asisten Mikael dengan harapan dia akan menemukan sebuah titik terang mengenai keberadaan sang suami yang masih belum menghubungi dirinya itu.Tapi, begitu panggilan itu diterima dan dia bertanya mengenai keberadaan suaminya, sang asisten hanya berkata, "Maaf, Madam. Kami tidak bisa memberitahu Anda tentang keberadaan Sir Mikael."Hal ini tentu saja membuat Ananta tidak bisa menahan keterkejutannya seakan bagaikan disambar sebuah petir."Apa maksudmu? Apa kau lupa aku ini siapa, Miss?" ucap Ananta dengan nada sedikit tersin
Baca selengkapnya

45. Kebetulan Lain

"Iya, Pa. Bagaimana menurut Papa?" tanya Ananta tanpa sedikitpun ragu.Johan menggelengkan kepalanya, "Entahlah. Papa belum pernah menggunakan detektif swasta. Jadi, Papa tidak bisa memberikan kamu pendapat."Ananta mengangguk mengerti, "Nanta pernah menyewa detektif swasta di London dan mereka sangat membantu Ananta."Tetapi, Johan terlihat sanksi. "Nanta, kamu tidak bisa membandingkan negara yang pernah kamu tinggali itu dengan Indonesia. Kamu tahu juga kan kalau di sini masih sangat jarang orang yang menggunakan jasa detektif swasta?" Ananta bukannya tidak tahu tetapi justru karena itulah dia sangat ingin menggunakan jasa detektif swasta."Tidak masalah, kita bisa mencobanya walaupun kita masih belum tahu bagaimana cara kerja detektif swasta di sini," kata Ananta.Johan pun hanya bisa mendesah dan berkata, "Baiklah, kalau memang itu yang kamu inginkan, Papa hanya bisa memberikanmu informasi mengenai beberapa kantor detektif swasta yang mungkin bisa kamu pilih."Ananta mengangguk s
Baca selengkapnya

46. Takdir Apa?

Justin mendengus keras sebelum kemudian menanggapi perkataan Vincent, "Takdir? Takdir yang bagaimana maksudmu?"Tatapannya penuh dengan kebingungan sehingga Vincent pun tak tahan untuk segera menjelaskan."Hm, takdir di antara sepasang muda mudi yang bertemu karena ketidaksengajaan dan-""Jangan gila! Dia sudah memiliki seorang suami dan bahkan anak," sambar Justin cepat agar temannya itu tak lagi berpikir macam-macam.Dia tak mau bila Vincent membayangkan hal yang bukan-bukan.Vincent terlihat terkejut dengan ucapan Justin dan langsung saja dia melihat file yang diisi oleh Ananta tadi."Ah, kau benar. Dia memang sudah menikah dan memiliki seorang anak. Hm, sungguh aku pikir dia itu masih single," kata Vincent masih terlihat sulit percaya.Justin menaikkan alis kanannya lalu menatap Vincent dengan tatapan aneh.Vincent terkikik geli lalu berkata, "Ayolah, dia memang terlihat masih begitu sangat muda kan? Sangat cantik dan tidak terlihat seperti seorang wanita yang telah memiliki seora
Baca selengkapnya

47. Aku Salah

Namun, Alan tahu percuma saja dia berpikir karena nyatanya semua yang ada di dalam kepalanya itu tak pernah bisa dia lakukan.Dia lalu memutuskan untuk lanjut berjalan melihat-lihat pemandangan sekitar dan larut dalam dunia yang menurutnya tak sedikitpun bisa menyembuhkan hatinya itu.Sementara itu, Ananta masih menunggu kabar dari sang detektif muda untuk informasi selanjutnya. Pagi itu, Ananta memilih untuk berkunjung ke kediaman Haruka bersama dengan Sean serta seorang sopir keluarga besarnya."Kamu yakin hanya pergi dengan sopir saja, Nanta? Nggak apa-apa, Nanta?" tanya Johan dengan wajah terlihat tidak tenang.Ananta tersenyum pada sang ayah, "Papa nggak perlu khawatir. Ananta bisa sendiri kok. Sama sopir udah cukup. Lagipula, sekarang jarak ke kota itu bisa ditempuh lebih cepat kan?"Johan pun akhirnya melepaskan putri sulungnya itu untuk pergi ke kota di mana Haruka tinggal.Perjalanan itu tak memakan waktu lama dan hanya ditempuh sekitar satu jam lebih saja."Tante," seru Sea
Baca selengkapnya

48. Keyakinan

Haruka menatap sahabatnya itu dengan seksama, "Boleh. Kamu boleh melakukan apa saja jika itu bisa membantumu, asalkan jangan lupakan satu hal, Nanta."Wanita itu tentu saja tak mau jika sahabatnya itu sampai salah melangkah sehingga dia mencoba untuk memberikan beberapa saran agar masalah yang dihadapi oleh sahabatnya itu bisa terselesaikan tanpa adanya penyesalan ataupun kesalahan lain yang mungkin dia perbuat.Ananta cepat-cepat membalas, "Apa, Haruka?"Haruka menahan napas dan kemudian menghembuskannya secara perlahan, "Ketika kamu sudah mendapatkan bukti yang kamu inginkan itu, kamu tidak boleh goyah. Jangan pernah sekalipun kamu berpikir untuk mundur jika semuanya sudah tersaji di depan mata."Haruka mengamati perubahan ekspresi Ananta dan kini dia yakin bila kali ini sarannya sudah tepat sasaran.Ananta menelan ludahnya dengan gugup ketika dia teringat bagaimana dia membatalkan penyelidikannya kala itu.Padahal hanya satu langkah saja dia pasti sudah tahu apakah suaminya itu mem
Baca selengkapnya

49. Kecurigaan

Dari panggilan itu Mikael menjelaskan, "Maafkan aku, Sayang. Aku sedang begitu sangat sibuk.""Sampai kamu lupa mengabari istri dan anakmu? Yang padahal sedang jauh dari jangkauanmu?" ucap Ananta sinis.Mikael terdiam selama beberapa saat hingga kemudian pria itu kembali berkata, "Maaf, Nanta. Aku benar-benar sedang tidak bisa menghubungi kamu kemarin dan baru sekarang aku bisa menghubungimu."Ananta menghela napas panjang. Kali ini dia benar-benar tidak bisa memahami apa yang sedang dikerjakan oleh suaminya itu.Dia pun juga tak bisa mencari tahu lebih banyak karena keterbatasan yang dia miliki. Dia sudah tidak memiliki Helen dan juga dia pun tak memiliki orang lain yang bisa dia tanyai mengenai sang suami.Menurutnya sangat percuma untuk mendesak Mikael berkata yang sebenarnya."Hm, lalu apa kau akan pergi ke Indonesia atau tidak?" tanya Ananta."Aku tentu saja akan pergi. Bagaimana mungkin aku membiarkan kamu dan Sean sendirian di sana?" ucap Mikael.Nyatanya kamu bahkan lepas kami
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status