Home / Pernikahan / Mencari Selingkuhan Suamiku / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Mencari Selingkuhan Suamiku: Chapter 31 - Chapter 40

299 Chapters

Bab 31 Hasil Tak Terduga

Akhirnya, James dikonfirmasi berada di lokasi itu. Ketika Fanny melaporkan padaku, aku merasa sangat terkejut. Ternyata, tempat yang dikunjungi James setiap hari adalah Godland Villa, sebuah kawasan vila kecil yang baru dikembangkan.Fakta ini membuatku tiba-tiba teringat pada kunci itu. Jangan-jangan kunci yang selama ini tidak diketahui fungsinya sebenarnya adalah kunci untuk vila itu? Aku kesulitan menerima kenyataan ini.Selama bertahun-tahun, aku menjalani hidup susah bersama Harry. Aku berulang kali memintanya mencari lingkungan belajar yang lebih baik untuk Adele. Usulanku untuk pindah ke apartemen yang lebih besar di area sekolah tidak pernah dianggap serius olehnya dan tidak pernah terealisasi. Sekarang, dia malah membeli vila kecil di Godland Villa.Perbuatan Harry benar-benar mengubah pandanganku terhadap pria yang berselingkuh. Dia bukan bodoh, melainkan tidak bermoral. Setelah lokasinya dipastikan, aku tidak berani bertindak gegabah. Fanny mengatur seseorang untuk mengawas
Read more

Bab 32 Pengalihan Aset

Kehidupan dengan hubungan yang munafik sungguh sulit untuk dijalani. Aku sangat kagum pada pasangan yang mampu bertahan tanpa adanya perasaan. Saat ini, kehidupan rumah tanggaku terasa seperti drama, sementara aku dan Harry adalah pemeran yang terus berakting di setiap adegan.Sejak menemukan kondom itu, aku tidak mau lagi berhubungan dengannya. Setiap kali Harry mencoba melakukannya, aku merasa mual layaknya orang yang sedang sakit. Terutama setelah melihat adegan yang terpampang dalam dua foto itu, aku makin tidak bisa menahan rasa jijikku. Setiap sentuhan dari Harry membuatku merinding. Untungnya, hatinya tidak tertuju padaku saat ini.Ketika terjadi hal seperti itu, dia berniat membawaku ke rumah sakit. Akan tetapi, begitu aku bersikeras menyatakan bahwa diriku baik-baik saja, dia akan berhenti memaksa. Jelas, dia makin menjauh dariku.Beberapa hari ini, aku makin berusaha memeriksa data-data asli yang "diretas" Fanny untukku. Aku merasa sangat terkejut ketika melihat penjualan sel
Read more

Bab 33 Di Luar Dugaan

Sesuai informasi yang diberikan Fanny, James benar-benar memasuki vila tepat pada waktunya. Begitu memasuki vila, dia langsung berteriak, "Di mana orang-orang itu? Sialan, ke mana mereka pergi ...." Sebelum kata-katanya selesai terlontar, dia langsung terpaku di tempat dan ternganga karena melihat aku yang duduk tenang di sofa. Aku pun tersenyum dan menyapa, "Pak James!" James terpana untuk waktu yang lama hingga akhirnya menjawab dengan tergagap-gagap, "I ... Ibu!" "Kenapa? Kamu sangat kaget?" Aku masih menatapnya sambil tersenyum dan lanjut berkata, "Ayo duduk! Jangan khawatir, aku yang suruh para pekerja pulang dulu!""Ah ... anu ... saya akan telepon dulu buat suruh ... suruh si mandor hitung jam kerja!" Usai berkata, James buru-buru melangkah keluar. "James! Nggak perlu buru-buru telepon ke mandor, bukan?" tanyaku dengan suara yang pelan, tetapi terdengar cukup mengintimidasi saat bergema di ruang tamu yang kosong.Langkah kaki James tiba-tiba terhenti. Dia berbalik untuk meliha
Read more

Bab 34 Menekan dengan Bukti

"Saya benar-benar tidak tahu, saya ... saya cuma tahu bahwa dia punya kekasih di luar, tapi saya tidak tahu siapa itu," jawab James yang ekspresinya telah berubah drastis dan mulai terlihat bimbang. "Pak ... Pak Harry ....""Kamu tahu dia punya wanita di luar, tapi kamu tidak tahu siapa orang itu? James ...." "Kak Maya, saya tidak berbohong, saya benar-benar tidak tahu. Dia tidak pernah membawanya keluar dengan terang-terangan, saya juga cuma pernah melihat punggung wanita itu dua kali ...."Hatiku terasa bergejolak. Sepertinya, Harry sangat berhati-hati atau mungkin James sedang berbohong. Namun, untuk sekarang, yang paling penting bagiku bukanlah masalah ini. Aku berusaha menahan kemarahanku dan menenangkan diriku. "Lakukan sesuatu untukku!" Aku sekali lagi mengalihkan topik seolah-olah sudah menyerah untuk mendapatkan jawaban dari James. Nada bicaraku pun terdengar lebih lembut. Alhasil, James langsung terlihat lega. "Oke! Kak Maya, katakan saja! Saya pasti akan berusaha melakukan
Read more

Bab 35 Memanfaatkan Trik Harry

Ketika aku keluar dari lift, raut wajah Harry tampak membeku, lalu segera kembali normal. Dia tersenyum dengan tenang dan kembali berbincang dengan wanita itu. Akan tetapi, dia tidak mengenalkanku siapa wanita tersebut dan hanya mengantarnya ke lift seperti seorang jentelmen. Aku tanpa sadar melirik wanita yang terlihat elegan, pintar, dan anggun itu. Pada saat yang sama, wanita itu juga melirikku dan tersenyum. Saat pintu lift perlahan tertutup, aku bertanya, "Siapa dia?" Harry menjawab dengan sangat singkat, "Seorang klien!" Kemudian, dia merangkul bahuku dan bertanya balik, "Kamu ke mana?" Tampaknya, keberadaanku masih dipantau oleh Harry. Pertanyaannya ini menunjukkan bahwa dia tahu aku telah keluar. Aku tersenyum, memandangnya dengan nakal, dan menimpali, "Rahasia!" James tidak kembali ke perusahaan sampai jam pulang kerja. Keesokan harinya, dia diam-diam membawakan informasi yang aku inginkan ke kantorku. Dia memohon seraya menunjukkan raut wajah yang sangat sulit untuk dideskr
Read more

Bab 36 Pengganti Mendadak untuk Rapat

Ada total enam perusahaan yang terpilih. Perusahaan kami, Aurous Construction, seharusnya adalah perusahaan terkecil sekaligus perusahaan dengan daya saing paling lemah. Sejujurnya, aku sama sekali tidak berharap bisa berhasil. Kehadiranku di sini hanya untuk mengalihkan perhatian Harry.Para perwakilan dari enam perusahaan berkumpul di ruang rapat yang besar dan menunggu manajer proyek Bright Celestial. Rapat ini dirancang untuk memperkenalkan kemampuan perusahaan yang lolos seleksi. Selain itu, ini juga merupakan kesempatan untuk berinteraksi dan memperdalam kesan satu sama lain.Namun, setelah lima menit berlalu, penanggung jawab atas proyek Bright Celestial masih tidak kunjung memunculkan diri. Oleh karena itu, para perwakilan mulai berdiskusi dengan suara pelan. Tepat ketika semua orang asyik berbisik, pintu ruang rapat tiba-tiba terbuka. Semua mata pun tertuju pada seorang pemuda yang melangkah masuk. Dia mengenakan kemeja putih, celana panjang hitam, dan dasi hitam. Tubuhnya san
Read more

Bab 37 Panggilan Mendesak dari Kampung Halaman

Bagai disambar petir, panggilan telepon ini membuatku tercengang. Aku sudah dua tahun tidak kembali ke kampung halaman. Bagaimanapun, Adele masih kecil dan Harry selalu sibuk. Kalau aku membawa anak pulang sendirian, Harry selalu menolak dengan alasan khawatir padaku. Jadi, aku tidak pernah pulang ke rumahku selama dua tahun ini.Aku memegang telepon dan terpaku untuk waktu yang lama. Rasa bersalah sontak memenuhi hatiku. Aku adalah satu-satunya anak perempuan orang tuaku. Setelah mereka menafkahiku untuk kuliah, aku perlahan-lahan menjauh dari rumah. Hanya ketika mengalami kesulitan, aku baru akan meminta bantuan mereka. Namun, sejujurnya, aku telah mengabaikan mereka selama bertahun-tahun ini.Aku jauh lebih berbakti dan peduli dengan orang tua Harry daripada orang tuaku sendiri. Tanpa sadar, aku selalu menganggap mereka masih muda dan sehat. Jadi, kata "sakit parah" terasa terlalu berat bagiku. Aku panik sesaat karena aku sadar apa artinya berbakti sebelum terlambat. Mereka telah me
Read more

Bab 38 Penerbangan Ditangguhkan

Aku memasuki gerbang dengan kecewa dan melangkah menuju terminal keberangkatan. Saat ini, aku sebenarnya ingin sekali pulang bersama kekasihku. Bagaimanapun, hubungan suami istri yang terlihat dekat dan penuh kasih sayang jugalah harapan dari orang tuaku. Namun, Harry malah pergi dengan terburu-buru. Mungkin ada panggilan darurat! Aku berusaha menghibur diriku sendiri. Aku menelepon Fanny untuk memberitahunya tentang keberangkatanku. Setelah itu, aku duduk di aula terminal dan menunggu untuk naik ke pesawat dengan cemas. Harry hanya pernah pulang bersamaku sebanyak tiga kali. Pertama kali adalah saat kelulusan kami. Setelah menjalin hubungan, dia pulang bersamaku untuk bertemu orang tuaku. Kedua kali adalah ketika kami memutuskan untuk memulai bisnis, tetapi tidak memiliki modal awal. Jadi, kami kembali ke kampung halaman untuk mencari cara mengumpulkan uang. Ketiga kali adalah ketika kami menggunakan rumah orang tuaku sebagai hipotek. Setelah pinjaman disetujui, dia bersikeras membaw
Read more

Bab 39 Pertemuan di Bandara

Aku berteriak kaget, memejamkan mata, dan mempersiapkan diri untuk terjatuh akibat tabrakan yang kuat. Namun, detik berikutnya, tubuhku terasa ditarik dengan kuat dan melayang secara tidak realistis untuk sesaat. Ketika rasa kaget belum mereda, aku mendengar seruan dan sorakan beberapa orang di sekitarku. Aku membuka mata dan mendapati diriku dipeluk oleh seorang pria yang jangkung. Aura unik dari pria tersebut menyelimuti tubuhku.Pria itu mengenakan masker berwarna hitam, sementara sepasang matanya yang tajam tertuju pada wajahku. Entah kenapa tatapan matanya terasa akrab. Tanganku masih memegang erat lengannya dan mataku menatap wajahnya dengan bingung. Pria tersebut menurunkanku dan memapahku tanpa mengucapkan sepatah kata pun, tetapi pandangannya terpaku pada tanganku yang masih memegang lengannya. Aku segera menyadari sikapku yang kurang sopan sehingga segera menarik tanganku, lalu berkata seraya tersenyum kikuk, "Maaf! Terima kasih!"Seseorang yang baik hati membantuku mengambi
Read more

Bab 40 Kebenaran Terungkap

Adegan yang terpampang di depan mata membuatku terkejut dan terus melangkah mundur. Untuk pertama kalinya, aku merasa begitu takut. Mataku terbelalak karena tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Namun, aku benar-benar melihat kedua wajah itu dengan jelas. Satunya adalah Harry, sementara yang lainnya adalah Jasmine.Aku hampir saja berteriak. Biarpun tahu Harry berselingkuh dan pasti akan melakukan hal seperti itu dengan wanita lain, aku tetap saja tidak menyangka bahwa wanita yang ditekannya … adalah adik perempuannya sendiri ….Aku terpana di tempat seolah-olah tersambar petir. Siapa pun yang mengalami hal ini pasti akan mendobrak pintu dengan kesal, tetapi aku malah tercengang dan tidak bisa bergerak. Di tengah kekacauan di dalam kamar, telingaku terus berdengung dan mataku terbuka lebar. Kesadaran yang tersisa menggerakkan tanganku yang gemetar untuk mengeluarkan ponsel, lalu mengambil beberapa foto dan merekam video. Setelah itu, aku diam-diam meninggalkan rumah itu. Aku menutu
Read more
PREV
123456
...
30
DMCA.com Protection Status