Home / CEO / Anak Rahasia Sang CEO / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Anak Rahasia Sang CEO: Chapter 31 - Chapter 40

54 Chapters

31. Berbaikan Lagi

Sepanjang malam Fara berada di ruangan Delvin, mengawasinya. Tapi untunglah tak terjadi apa-apa lagi. Dia menghela napas lega, besok pagi selang yang ada di hidung anak itu sudah bisa di lepas, dan siangnya bisa di pindahkan ke ruangan rawat biasa.Fara tidak tahu kalau Daryn memperhatikannya dari luar. Bagaimana gadis itu tidur sambil duduk di kursi, terkantuk-kantuk. Dia juga mendengar pembicaraan orang- orang tentang Fara yang tak mau di ganggu saat weekend, hari liburnya tak boleh tersentuh oleh siapapun sebab dia sedang mengumpulkan tenaga dan ketenanganya. Namun siapa yang menyangka, kasus yang menimpa anaknya membuat Fara harus datang dan bermalam di sana, menghabiskan sepanjang malam sabtunya di rumah sakit.“Bukankah itu membuktikan kalau ada apa- apa di antara mereka?”“Itu belum tentu.”“Tetap saja. Tidakkah kau tahu apa yang mereka lakukan di kantin? Mereka bertengkar. Sepertinya pria itu cemburu melihat kedekatan Dokter Fara dengan Dokter Brian dan Dokter Ghani.”“Astaga.
Read more

32. Dalam Satu Ruang

Sampai tak lama kemudian, Daryn mengantarkan Fara hingga ke rumahnya, memarkir mobil di parkiran basemen apartemen Fara, tetap menyertai di sampingnya tanpa kata ke rumah gadis itu.Di sampingnya Fara salah tingkah, ingin menolak tapi merasa tak enak. Di temani hingga ke pintu rumahnya, mengapa rasanya biasa saja. seharusnya, biasanya dia tak nyaman terlebih lagi seorang pria. Dia hanya akan membiarkan pria manapun mengantarnya hingga ke pintu jaga, setelahnya dia berjalan pulang sendirian. Tapi kini, apakah ada yang salah dengannya?“Hm. Kau ….”“Aku akan mampir ke rumahmu sebentar,” potong Daryn sebelum Fara mengatakan apa yang hendak dia sampaikan.“Namun ….”Diamnya Daryn dengan ekspresi datar membuat Fara bungkam, tak jadi protes. Merasakan mood buruk pria itu membuat Fara jadi sungkan padahal biasanya dia bebas mengatakan apa pun sebab baginya Daryn itu menyebalkan. Tapi kini, ajaibnya dia ikut diam.Keluar dari lift dan berjalan ke pintu, Fara menekan tombol sambil bersembunyi
Read more

33. Mungkinkah Kencan?

Fara terbiasa dengan jadwal yang dia buat dan jadwal yang dia ikuti ketika masih pelatihan dokter atau sebagainya jadi ketika alarm berbunyi dia segera bangun tapi Daryn masih tidur di tempatnya membelakangi Fara.Pelan-pelan gadis itu berjalan ke kamarnya untuk menyimpan bantal serta selimut yang dia pakai barusan kemudian bersiap untuk mandi. Dia tidak akan olahraga pagi ini tapi akan segera kembali ke rumah sakit dan memastikan kondisi anaknya pria itu baik-baik saja. Tidak ada kabar apa pun dari rumah sakit, itu sama dengan tidak terjadi apa-apa.Daryn akhirnya bangun ketika angin pagi yang menerobos jendela mengusiknya. Dia bergerak dan perlahan membuka matanya bersamaan dengan Fara yang keluar dari kamar, sudah siap untuk berangkat.Gadis itu pergi ke dapur untuk membuat sarapan dan masih mengabaikan daryan yang sudah bangun. Fara mengusap selamat pagi pada Daryn tanpa menoleh padanya.Duduk di sofa dan mengumpulkan semua nyawanya, Daryn beranjak dari sana untuk pergi ke kamar m
Read more

34. Rindukannya

Hari-hari berlalu, mereka kembali ke kehidupan masing-masing usai Delvin sembuh sepenuhnya dan kembali ke rumah, sesekali mereka bertemu untuk cek kesehatan Delvin, tapi yang antar anak itu adalah neneknya. Daryn sibuk begitu mengurus semua masalah di perusahaan. Meski begitu, Fara tak merasakan apa-apa, berbeda dengan Daryn yang mencarinya di setiap kesempatan, sayangnya keberadaan Sandra adalah rintangan yang harus dia taklukan sebab gadis itu selalu muncul di saat dia hendak pergi atau di waktu senggangnya. Hanya karena Daryn memutuskan untuk menuruti apa yang ibunya mau, memperbaiki hubungannya dengan Sandra dan memaafkan gadis itu atas perkataannya sebulan lalu yang membuat perasaan Daryn kian menipis. Bukannya mesra, Daryn justru seperti muak karena Sandra selalu datang setiap makan siang.                           
Read more

35. Pesan Tersirat?

Ketukan di jendela mobilnya itu mengejutkan Daryn. Dia menolh untuk memastikan siapa gerangan, tapi dia semakin terkejut melihat siapa orang itu.Dengan terburu dia hendak membuka pintu tapi orang di luar itu menahannya maka Daryn menurunkan kaca jendelanya.“Apa yang kau lakukan di sini? Bukannya tadi ….” Daryn kehilangan kata-kata. Dia jelas melihat gadis itu pergi tapi kenapa ada di sini secepat itu.“Kau tak perlu tau. Apa yang kau lakukan di sini?” Dia bertanya tanpa melihat Daryn.Sikapnya aneh menurut Daryn, dia sedang bicara dengan seseorang di telepon atau apa? Mengapa ponselnya di telinga?“Kau tak menjawabku. Apa yang kau lakukan di sini?” tanyanya mengulang.“Itu ….” Tiba-tiba Daryn jadi tergagap, kebingungan dengan apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana gadis itu bisa di sini dan mengejutkannya?“Kau mencariku, bukan? Aku akan pulang, pergilah.” Kemudian melengos begitu saja setelah mengatakan itu tanpa menurunkan ponsel dari telinganya.Sungguh, ada apa dengan gadis itu
Read more

36. Waktumu Satu Jam

“Apa yang kau lakukan?” Fara protes, hendak mengurai pelukan itu yang mengunci tubuhnya.“Tetaplah seperti ini untuk beberapa saat,” kata Daryn, suara sedikit tercekat, emosi menguasainya, bayangan tentang bagaimana dia bertahan sejauh ini karena sebuah janji.Mendengar suara tercekat dari Daryn, Fara perlahan berhenti memberontak. Pria itu menjatuhkan dagunya di bahu lalu memejamkan matanya. Sesungguhnya Fara yang sadar, sama sekali tak mengerti bagaimana dia hanya diam saja, menuruti apa yang pria itu katakan. Dia sama sekali tak bisa memahaminya. Padahal biasanya dia menahan pria di batasnya, tapi Daryn lebih dari sekadar di batasan yang dia buat.Tubuh Fara kaku ketika merasakan rembesan basah di bahunya. Ada apa? apa yang terjadi? Tidak mungkin kan kalau Daryn menangis, atau lebih parahnya mengiler? Oh ayolah. Napasnya masih teratur, bukan mendengkur. Tapi Fara ragu untuk menoleh, bagaimana bila ternyata mamang pria itu menangis? Apa yang bisa dia perbuat untuk itu?Pada akhirnya
Read more

37. Karena Aku Merindukanmu

Daryn membukakan pintu mobil untuk Farad an memastikan dia nyaman di dalam kemudian dia menyimpan kopernya di jok belakang. Mobilnya mulai meninggaklkan gedung itu setelah Daryn duduk manis di balik kemudi. Dia juga berpesan pada penjaga untuk mencegah siapapun masuk ke sini. “Bila ada yang menanyakanku atau Dokter Fara, katakan kalau kami sudah pergi,” katanya. “Baik Tuan. Kalian tak perlu khawatir, berkendaralah dengan aman,” balas Satpam itu seraya mengangguk hormat dan tersenyum pada Fara yang membalasnya demikian. “Baik. Terima kasih. Sampai jumpa lagi.” Daryn melajukan mobilnya melewati plang dan mulai membelah jalanan kota yang sepi. Hening. Tidak ada yang bicara di antara mereka untuk beberapa saat lamanya. Fara masih marah dengan tindakan Daryn yang menyentuh semua barangnya tanpa izin, dan bahkan menciumnya hanya agar dia diam. &ldquo
Read more

38. Temukan Jawaban untuk Pertanyaan

Di kamar yang berada di lantai dua itu Fara kembali dibuat takjub dengan dekorasi ruangannya. warna catnya juga adalah warna kesukaannya, biru laut. Kamar itu seluas rumahnya. Perhatian Fara tertuju pada dua pintu yang tertutup rapat. “Dokter Fara suka?” Delvin bertanya. “Tentu. Apakah ini kamarku?” “Ya. Di dekatnya adalah kamar Ayah,” kata anak itu menunjuk arah kanannya. Mata Fara membulat mendengar apa yang dikatakan Delvin dengan begitu polos. “Lalu di mana kamarmu?” tanyanya. “Di bawah, dekat kamar Nenek. Tapi aku sering tidur dengan Ayah,” katanya. Delvin sepertinya sangat senang melihat Fara. Pertemuan mereka cukup mendekatkan keduanya, dari sejak pertama kali Delvin melihatnya, dia sudah jatuh cinta pada gadis itu. “Begitu. Nanti Delvin bisa dat
Read more

39. Menyembuhkan?

Fara terbangun saat dini hari pukul dua. Di sampingnya ada Delvin yang tertidur pulas. Dia mengedarkan pandangannya ke sekitarnya, mengumpulkan semua nyawa, rupanya dia tak mengganti bajunya karena begitu menina- bobokan Delvin dia pun ikut tertidur. Menyingkap selimutnya, Fara turun perlahan dari kasur, tenggorokannya terasa kering. Lampu kamarnya mati, hanya ada cahaya dari pintu yang terbuka sedikit.Tidak ada air di kamarnya saat Fara menacari- cari. Dia akhirnya memilih turun ke lantai bawah untuk mengambil air minum. Pertama kali di rumah sebesar itu membuat Fara tampak bingung tapi dia tetap menuruni anak tangga walau entah di manakah dapur berada.Baru semalam dia datang dan tidak ada yang memberinya arahan tentang rumah besar itu yang pasti punya banyak kamar dan ruang, makanya Fara berjalan kesana dan kemari hanya untuk mencari dapur. Tidak ada siapa- siapa di sana, hanya ada sepi dan gelap. Cahaya remang dari lampu kecil untuk menerangi jalan.“Kau pikir, apa yang kau lakuk
Read more

40. Maukah Kau Jadi Kekasihku?

Benda lunak di bibirnya itu bergerak lembut. Sebelum melumat penuh, Fara mendorong dada bidang itu dengan kuat demi melihat siapa yang melakukan itu padanya dengan sembarang. “Daryn?” Fara terkejut, tapi seharusnya dia tahu siapa lagi yang akan melakukan itu padanya. “Apa yang kau lakukan?” tanyanya. Daryn diam, mengatur napasnya. Mungkinkah efek anggur merah yang diminumnya itu atau suasana hatinya yang sedang buruk? Fara menunggu apa yang akan di katakan pria itu. Sebuah pembelaan kalau dia hanya terbawa suasana atau mengakuinya bahwa dia sengaja. Area itu remang, cahaya lampu yang serupa di ruang makan itu, hanya saja di area ini agak gelap, jadi wajah mereka terbias, tak begitu jelas bila tak dilihat dari dekat. Tatapan Daryn nanar, melihat wajah Fara yang begitu ayu memberikan ketenangan tersendiri padanya. “Ada apa?”
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status