Home / CEO / Anak Rahasia Sang CEO / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Anak Rahasia Sang CEO: Chapter 11 - Chapter 20

54 Chapters

11. Gangguan

“Dia sungguh datang kemarin?” Ira merecoki Fara ketika baru sampai di rumah sakit. “Seluruh staf heboh sekali membicarakanmu, Far,” katanya.Fara tak peduli dia terus berjalan. Apa yang Daryn lakukan padanya kemarin itu membuatnya kesal. Tanpa menjelaskan apa pun pria itu tiba-tiba memeluknya, bukankah itu terasa aneh, bahkan menolak untuk melepaskannya. Sikapnya semakin aneh ketika sepanjang jalan mengantarnya pulang pria itu tersenyum senang.“Itu salahmu, Ira! Kau yang memberi tahu dia kalau aku bekerja di sini, bukan?” tuduh Fara menghentikan langkah kakinya untuk menghadapi rekannya yang satu ini.“Yah, apa yang bisa aku lakukan? Waktu itu dia hendak mengejarmu dan tak membiarkanmu, jadi aku tak punya pilihan ….”“Itu hanya akalanmu. Ada banyak pilihan, salah satunya adalah, diam!” tekan Fara di akhir katanya.Ira seketika membungkam mulutnya, tapi tak di pungkiri dia tak bisa menahan senyumnya. Bukan senang karena temannya menderita, tapi sedang akhirnya ada yang bisa menembus t
Read more

12. Serba Salah

Sandra mengikuti Daryn hingga ke ruangannya, dia tak peduli dengan tatapan heran para karyawan yang berpapasan dengan mereka. Daryn mungkin sudah biasa memasang wajah dingin dan datar, tapi dia membalas sapaan para karyawan perusahaannya dengan anggukan meskipun hanya sekilas. Tapi kali ini mereka juga menyadari kalau ekspresi wajah Daryn tampak tak beres.“Jadi, apa maumu?” tanya Daryn tanpa menoleh pada Sandra yang berdiri tak jauh di belakangnya.“Aku, ingin mengatakan sesuatu padamu,” katanya pelan. Jelas ada keraguan dari nada bicaranya, dan lidahnya pun tampak begitu kaku.Daryn menunggu sembari menghadapnya dan melipat kedua tangannya. Apakah Sandra akan meminta maaf atas apa yang dia katakan waktu itu, menjadi penyebab putusnya hubungan mereka? Namun, Daryn kecewa saat Sandra mengatakan sesuatu yang tak ingin dia dengar.“Aku salah, jadi aku mengakuinya. Namun, kau juga salah karena bersama wanita itu,” katanya. Bahkan tatapan Sandra berubah menyadi amarah.“Tidakkah kau tau a
Read more

13. Mencari Penghiburan

Daryn jadi tidak fokus pada pekerjaannya setelah bertemu Sandra dan ayahnya, sementara hatinya merasa tak begitu keruan. Apa yang sesungguhnya ingin dia lakukan? Bahkan di atas kertas yang seharusnya membubuhkan tanda tangannya, dia justru menuliskan apa yang harus dia lakukan sekarang? Kalau saja sang sekretaris tak menegurnya, dia pasti akan mencurahkan perasaannya di atas kertas itu.“Kalau tidak bisa fokus begini, bagaimana Anda bisa bekerja, Direktur?” tegurnya. Sang Sekretaris itu menyadari lebih dari apa yang biasanya Daryn lakukan.Menarik napasnya dalam, Daryn menyandarkan punggungnya dan membuang napas kasar. Dia tidak bisa melakukan ini sekarang. Dia butuh udara segar.“Jadwal Anda setelah makan siang tidak begitu sibuk, hanya menandatangani berkas dan yah, itu saja,” ujar Sekretaris tiba-tiba.Daryn mengangkat wajahnya dan menatap pria itu, bertanya apa maksudnya.“Maksudku, Anda bisa pergi mencari udara segar,” kata sekretaris.Pria itu terdiam, mempertimbangkannya. Tapi,
Read more

14. Sikap Lain

Fara segera keluar dari ruang seminar dalam rumah sakit. Dia sedang mengadakan rapat kecil dengan rekan dokternya ketika perawat IGD memberi tahu kalau ada pasien anak kecil. Sebagai dokter spesialis Fara harus bisa siap siaga.“Di mana anaknya?” tanyanya begitu tiba di IGD.“Di sana. Dia mengalami demam disertai keringat dingin, dan tampak kesulitan bernapas serta batuk.” Fara bergegas ke bangsal yang ditunjukan perawat, sesaat dia terdiam mendapati Daryn tak jauh dari sana. Namun, Fara menyadari pria itu tampak begitu cemas. Yang jadi prioritas sekarang ini adalah pasien, Fara menghampirinya untuk memeriksa pasien dan mereka saling bertatapan. Tanpa sengaja Fara menatap langsung kedua mata Daryn yang mencemaskan keadaan anaknya. Begitu mengalihkan perhatiannya, dia mengetahui alasan keberadaan Daryn di sana.Dengan cekatan Fara memeriksa kondisi Delvin yang kesadaranya menurun. Dia juga memakai stetoskopnya untuk memeriksa. Daryn memperhatikan dalam diam. Entah mengapa, melihat gad
Read more

15. Mengenali Punggung dan Wajah

Delvin bangun dan mencari Daryn. Pria itu segera datang dan menggenggam tangannya. “Ayah di sini, Delvin,” katanya. Anak itu tersenyum dan mengedipkan matanya, tampak senang karena sang ayah ada di sana. “Maaf sudah membuatmu seperti ini. Ayah tidak tahu kalau kamu akan sakit. Maafkan Ayah, Delvin,” ucapnya seraya menatap wajah mungil putranya. Delvin tak mengatakan apa-apa, hanya balas menggenggam tangan Daryn. Baginya, melihat sang ayah di sana sudah lebih dari cukup. Sejak tadi, dia menunggu ayahnya untuk datang walau tubuhnya semakin lemah. Tidak apa-apa selama masih bisa melihat Daryn yang datang. “Kamu akan baik-baik saja sayang. Kamu pasti kuat, jagoan Ayah,” katanya mengundang senyum Delvin. Fara kembali untuk memeriksanya begitu perawat mengabari kalau Delvin bangun. Gadis itu menyapanya dengan senyuman. Ada reaksi
Read more

16. Kau Boleh Juga

Setelah menjenguk Delvin sebelum pulang, Fara akhirnya pamit. Memang tidak lama di sana, dan berbincang sesaat dengan sang nenek yang terus memperhatikannya dalam diam seolah menilai dengan caranya tentang Fara. Tentu saja Dennda juga menyadari tatapan berbeda dari sang putra, sorot yang biasanya kosong dan dingin tampak sendu dan hangat, ada apakah gerangan?“Sampai jumpa lagi, Delvin. Semoga lekas sembuh,” kata Fara sebelum dia keluar dari ruangan.Gadis itu mengangguk sopan pada wanita anggun yang membalasnya dengan senyuman. Ramahnya Dennda ada sebuah maksud.“Aku akan mengantarmu,” kata Daryn tiba- tiba.Fara mendongakkan wajahnya.“Tidak usah. Aku akan mampir ke ruang piket dokter sebentar, ada yang tertinggal,” katanya.“Tidak apa- apa. aku akan mengantarmu hingga ke depan saja. Ayo,” katanya dan melengos melewati Fara sebelum gadis itu protes lagi.Fara tersenyum canggung pada ibunya pria itu, kemudian melambai pada Delvin dan mengikuti Daryn yang sudah lebih dulu ke pintu. Ad
Read more

17. Diakah Itu?

“Kau melakukan apa yang kukatakan, ‘kan?” Baru saja kembali ke ruang rawat Delvin, Daryn sudah ditodong pertanyaan oleh sang ibu yang menunggunya di sofa sementara anaknya sedang bermain game di ponsel. Daryn memperhatikan anaknya beberapa saat sebelum menanggapi perkataan ibunya yang memasang wajah datar nan tegas seperti malam itu. “Ibu dengar Sandra datang ke perusahaan pagi sekali hanya untuk menunggumu di depan lobi. Kau tak mengabaikannya, bukan?” tuntut Dennda. Tidak ada jawaban dari Daryn, dan pria itu malah mengambil duduk berhadapan dengan sang ibu. “Kenapa kau diam?” desaknya tak sabar. Barulah Daryn mengangkat wajah dan memusatkan perhatian pada ibunya. “Haruskah Ibu membahasnya di saat seperti ini? Delvin sedang ….” “Katakan saja, tak perl
Read more

18. Kau Menemukan Siapa?

Daryn bereaksi sopan saat seseorang datang dari arah belakang Fara. Seorang gadis berambut hitam panjang sepunggung, dia cukup cantik dan sepertinya pemalu. Melihat reaksi Daryn, Fara menoleh ke belakangnya dan melihat temannya datang menghampiri. Gadis itu adalah pemilik tas yang ada di kursi samping Daryn. “Kau sudah selesai?” Fara bertanya, gadis itu mengangguk kecil. “Bagus, ayo pergi,” ajaknya seraya bangun dari duduknya, jelas sekali Fara ingin menghindari Daryn. Gadis itu tampak bingung. Mereka memang sudah selesai makan. “Kau menghindariku?” Suara berat Daryn menghentikan gerakan Fara. “Tidak,” jawabnya singkat, dia berbalik menghadap Daryn dan memberikan senyum paksanya. “Kau yakin? Tapi, wajahmu memerah, kenapa?” Nada suaranya menggoda kali ini. Apakah Daryn tahu kalau
Read more

19. Rumor

Masih terbayang dengan apa yang Daryn lakukan padanya, dari perubahan sikap dan bagaimana dia bisa memeluknya tanpa dia ketahui, semua tindakan yang Daryn lakukan padanya itu di luar kendalinya, tiba- tiba saja, dan cukup membuatnya nyaris kena serangan jantung. Tapi anehnya, dia seperti tak bisa menolak. “Kau membuatku terganggu,” gumamnya, menatap kosong langit kamarnya yang gelap, hanya cahaya bulan yang masuk menerangi kamarnya. Dia memeluk sebuh boneka penguin, terbaring telentang di atas kasurnya. Dia menghela napas keras-keras dan berusaha untuk tak memikirkan pria asing yang melewati batasnya, kemudian memejamkan matanya untuk tidur. Besok masih ada jadwal pemeriksaan, dan lusa adalah jadwal liburnya. Fara bangun pagi, belakangan ini jadwal kesehariannya agak berantakan. Meskipun dia terkenal tepat waktu, sesekali dia mengalami kekacauan. Tinggal di rumah sewa sendirian itu membuatnya bebas melakukan
Read more

20. Tugas Baru

 Fara sampai tak habis pikir ketika atasannya memberinya tugas baru sebagai dokter spesialis anak. Dia di panggil ke ruang atasannya, Kepala Departemen untuk menyampaikan pesan kalau dia di tugaskan untuk menjadi penanggung jawab Delvin Aezar, yang tak lain adalah anaknya Daryn, pria yang ingin sekali Fara hindari. “Namun, mengapa aku, Dokter Kepala?” tanya Fara untuk kesekian kalinya seolah ingin membersihkan kotoran di telinganya yang menjadi penyebab dia harus mendengar apa yang atasannya itu sampaikan. “Aku akan memberikan tugas baru untuk, Fara Izzumi. Mulai hari ini, kamu di tugaskan menjadi penanggung jawab Delvin Aezarr, pasien VVIP. Dan, sebagai dokter pribadinya,” jelas Dokter Kepala, dengan menekankan setiap katanya, tak ingin di bantah lagi. Kelihatannya itu adalah batas akhir dari pertanyaan Fara untuk memastikan kembali apa yang dia dengar itu tidak salah. &
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status