Home / CEO / Anak Rahasia Sang CEO / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Anak Rahasia Sang CEO: Chapter 21 - Chapter 30

54 Chapters

21. Kau Menghindariku?

Seperti yang telah diberi tahukan pada Fara tadi kalau dia akan bertamu ke ruang VVIP itu bersama dokter pribadi, atau dokter keluarga Daryn, Dokter Harris Edinta, juga Dokter Kepala.                                             Menjadi dokter pribadi, artinya dia harus siap dipanggil ke kediaman apa pun yang terjadi. Fara sudah membuat kesepakatan dengan Dokter Kepala dan Dokter Harris kalau dia akan tetap bekerja di rumah sakit ini sekaligus menjalani tugas itu. Dia akan mengatur ulang jadwalnya bila perlu. Namun, Dokter Harri mengatakan kalau beliau sudah lebih dulu membuat jadwal baru untuk Fara tanpa mengganggu jadwal konsultasi pasien rawat jalannya. “Kamu hanya perlu mengikuti arahan,” kata Dokter Harri tena
Read more

22. Hidupku Hancur

Lorong bangsal naratama memang tak begitu ramai, tapi ada tempat yang sepi. Daryn membawa Fara ke sana, jauh dari ruangan Delvin. Ada pintu darurat di belakang mereka. Karena Daryn mengatakan ingin menyampaikan sesuatu pada Fara, gadis itu menurutinya saja meskipun perasaannya sungguh tidak enak sekali. Dia ingin segera pergi dari sana, dari hadapan pria itu atau mungkin dari sekitarnya. “Sekarang sudah sepi, hanya ada kita berdua. Jadi, katakan apa yang ingin kau sampaikan itu,” kata Fara dengan nada ketus, bahkan tak menatap Daryn yang berdiri di hadapannya hanya berjarak dua langkah. Tidak ada kata yang keluar dari mulut pria itu, terkuncu rapat, memusatkan tatapan sepenuhnya pada gadis itu yang jelas sekali menghindari tatapannya. Namun, itu bukan masalah bagi Daryn karena keberadaan gadis itulah yang dia inginkan meskipun dia tahun hanya untuk sesaat. “Bukannya kau ingin bicara denganku? Ada apa?&r
Read more

23. Tak Bisa Berhenti

Apa yang Fara katakan pada Daryn di lorong itu masih terngiang di kepalanya. Apa yang tersebar? Dia jadi ingin tahu apa maksudnya. Daryn pikir mungkin telah terjadi sesuatu yang tak dia ketahui?Membaringkan tubuhnya di kasur tak jauh dari Delvin. Anak itu sudah tertidur lelap setelah meminum obatnya. Kali ini Daryn yang menungguinya karena ibunya pulang untuk membawa beberapa keperluan lagi. Berbantalkan lengannya, Daryn menatap langit- langit ruangan yang remang, pikirannya berkelana lagi pada setiap pertemuan dengan Fara dan menyadari bagaimana sikapnya yang berubah.“Apakah aku terlalu menganggunya? Itu membuatnya tak nyaman?” Pikir Daryn.Menghela napasnya dalam, Daryn mengubah posisi berbaringnya menjadi miring kemudian bersiap untuk tidur, tapi tetap saja dia tak bisa berhenti memikirkan setiap perkataan Fara tadi sore, dan bagaimana gadis itu menegaskannya dengan dingin.“Namun, kenapa aku tak bisa berhenti?” Matanya mengerjap pelan, hatinya sedikit perih teringat lagi ekspres
Read more

24. Apakah Dia Penguntit?

Langkahnya di percepat tak peduli kedua tangannya tengah repot menenteng belanjaan untuk stok di rumah. Pertemuan itu membuat Fara sangat ingin menghilang saja.“Sialan. Kenapa aku harus bertemu dengan si brengseng itu di hari liburku yang indah?” katanya mendumel sepanjang jalan menuju pulang.Jaraknya tak begitu jauh dengan apartemennya, tapi tetap saja kedua tangannya kerepotan serta suasana hatinya yang buruk membuat perjalan terasa begitu panjang. Dia cemberut, terburu ingin segera sampai. Sesekali dia menolek ke belakang untuk memastikan pria itu tak mengejarnya. Bisa repot kalau sampai Daryn mengetahui rumahnya.“Kenapa pria itu bisa ada di sekitar sini? Astaga.” Fara mendesah jengkel.Memasuki halaman gedung apartemennya, Fara mempercepat langkahnya tanpa tahu kalau sebenarnya Daryn mengawasi lagi tak jauh darinya dengan mobil yang dia kemudikan. Dia tak perlu repot jalan kaki atau mencari alamat Fara seperti rencananya.“Kebetulan lebih dari tiga kali itu artinya takdir, buka
Read more

25. Lain Kali Apa? No!

Fara dan Ira saling pandang mendengar bel di tekan. Siapa yang bertamu?Ira melangkah ke dinding yang terdapat layar untuk melihat siapa yang datang.“Siapa?” tanyanya begitu menekan tombol. Layar memperlihatkan luar pintu yang tampak kosong.“Aku,” sahur si tamu tapi tak menampakan dirinya.Kembali Ira bertatapan dengan Fara, menerka siapakah yang bertamu.“Aku mengantarkan barang Nona Fara yang tertinggal,” kata si tamu seraya mengangkat tangannya memperlihatkan kantong kresek putih ke layar.“Itu punyaku,” kata Fara. Dia menggelengkan kepalanya pada Ira yang bertanya lewat tatapan, haruskah dia membukanya atau tidak?Tanpa menunggu lagi Ira segera menekan tombol buka pintu lalu melesat secepat mungkin sebelum Fara menahannya. Ira tak peduli siapa yang datang mengantarkan barang, dalam pikirannya hanya ada daging.Begitu pintu terbuka, tampaklah siapa yang mengantarkan daging yang Fara beli tadi. Daryn berdiri dengan gagah, senyumnya merekah melihat Fara berdiri di belakang temannya
Read more

26. Seperti Zombie

Fara masih berontak dari lingkaran tangan Ira yang berusaha untuk menahannya agar tak menyerang Daryn. Pria itu malah tampak santai saja, memperhatikan bagaimana sikap Fara.“Lepaskan aku, Ira!” seru Fara tak sabar.“Tidak akan. Tuan, aku mohon pergilah. Kecuali kau mau dia menyerangmu. Aku sudah tak tahan lagi,” kata Ira putus asa melihat Daryn tetap diam.Daryn tetap diam tapi otaknya jalan, memberikan sebuah ide padanya. Bila Ira melepaskan lingkaran tangannya pada Fara, entah apa yang akan di perbuat gadis itu padanya. Ira mengatakan kecuali dia rela di serang Fara.“Baik. Lepaskan saja. Dia terlihat seperti zombie yang kehausan,” katanya.Mendengar kata itu keluar dari mulut Daryn yang selalu bisa membuatnya marah, Fara semakin berontak, nyaris menyakiri Ira andai saja tak segera melepaskan tangannya dan menenangkan dirinya, membiarkan Fara lepas.Dia sungguh mirip zombie seperti yang di katakan Daryn. Begitu lepas, segera saja menghambur ke depan pria itu. Tangannya terulur seba
Read more

27. Reaksi Alergi

Ira memberikan ponsel Fara yang berada di dekatnya, itu adalah panggilan darurat dari rumah sakit.“Apa?” Suara Daryn tiba-tiba meninggi usai menerima panggilan itu, dia bahkan berdiri dari duduknya. “Aku akan segera ke sana.”“Apa? Syok Anafilaktik? Kau yakin? Sudah berapa lama?” Fara juga tampak terkejut.Seseorang dari sambungan itu menjelaskan pasien yang menderita Syok Anafilaktik, atau alergi berat.“Aku akan segera ke sana. Bawa dia ke IGD bila reaksinya parah, stabilkan kondisinya dan suntikan epinephrine.” Fara memberi perintah pada bawahannya di rumah sakit lalu menatap Daryn yang sejak tadi menatapnya.“Itu dia bukan?” Daryn bertanya cemas.“Ya. Aku akan mengganti baju, kita pergi bersama. Tunggu sebentar,” balas Farad an bergegas ke kamarnya untuk mengganti baju santainya secepat mungkin.Bagaimana itu bisa terjadi? Syok Anafilatktik bukanlah hal sepele, itu adalah reaksi alergi berat yang dapat memicu kematian bia tidak segera di tangani.Dennda, ibunya dari menelepon kal
Read more

28. Memalukan

Dennda memejamkan matanya, berusaha untuk tetap tenang. Dia cukup terkejut mendengar dokter mengatakan kalau cucunya terkena alegri berat. Seingatnya Delvin tak pernah separah itu bila alergi, hanya sebatas ruam tapi sekarang apa yang sebenarnya terjadi? Entahlah. Dennda menarik napasnya, berharap cucu tersayangnya itu baik-baik saja.                                                 “Ini, minumlah,” ujar Daryn yang menghampirinya sambil menyodorkan segelas air putih pada sang ibu. Wanita itu membuka matanya, menatap sang putra beberapa saat kemudian menerima airnya dan minum. Daryn mengawasi ibunya, mengambil kembali gelas darinya. Perhatian Dennda tertuju pada tas Fara yang
Read more

29. Dengarkanlah

Satu nampan penuh berisi makanan di kantin yang Fara ambil. Saking laparnya dia tak mempedulikan Daryn yang mengikutinya tanpa mengambil apa pun, dan tak peduli dengan pantauan orang lain.Fara mencari meja yang nyaman untuknya duduk dan makan dengan tenang. Dia mengambil meja di sudut kantin rumah sakit dan menaruh nampannya di meja betapa bahagianya melihat makanan itu. Baru saja duduk sudah melahap dua sendok sampai membuat Daryn kaget melihatnya.“Kau kapan makan?” tanyanya yang duduk di samping gadis itu alih- alih berhadapan dengannya.“Tadi pagi aku sarapan,” jawabnya singkat dan kembali melanjutkan makannya.“Tidak bisakah kau pelan-pelan saja makan? Kau seperti tak makan seminggu,” komentar Daryn.Gadis itu tak menggubrisnya, masih tetap menyuapkan makanan ke mulut.Daryn akhirnya ikut diam, menonton Fara makan. Dalam hitungan menut saja nampan makanannya sudah hampir habis, hanya tinggal tulang daging ayam dan hiasannya. Daryn sampai takjub melihatnya. Dia dengan cepat nenyo
Read more

30. Apalagi Darinya

Tiba-tiba saja Daryn mengambil jeruk yang ada di tangan Fara, siap untuk dikupas gadis itu. Jeruk pemberian Brian itu seperti tak layak bagi Fara. Jelas saja apa yang di lakukan Daryn menarik perhatian keriga orang itu.“Sepertinya enak. Aku mau ini,” katanya tanpa dosa.“Itu milikku.” Fara menatapnya tak terima.Daryn dengan santainya menyuapkan jeruk itu ke mulutnya, meledek Fara yang menatapnya garang.“Sudah habis,” balas Daryn menjejalkan jeruk itu ke mulutnya.“Hei! Dia memberikannya padaku, bukan padamu!”Pria itu menatapnya kaget melihat Fara marah hanya karena sebuah jeruk yang dia ambil sembarangan. Daryn tak mengerti.“Ini hanya jeruk, kenapa kau marah? Aku bisa membelinya sebanyak yang kau mau,” balas Daryn terheran.“Tetap saja itu punyaku! Kau tak punya hak untuk mengambilnya tanpa izin dariku!”Daryn terngaga melihat kemarahan Fara. Brian dan Ghani juga heran melihat sikap Fara yang tak biasanya. Itu hanya jeruk sebiji, tapi Fara bersikap seolah itu adalah benda berharg
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status