Home / Rumah Tangga / Dari Pegawai Jadi Mempelai / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Dari Pegawai Jadi Mempelai: Chapter 11 - Chapter 20

60 Chapters

Bab 9

Kamar Inap‘Shinta mana, sih. Lama banget. Mana gue kebelet,’ batin Elia dengan mata terpejam menahan dorongan ingin kencing. ‘Kenapa kebeletnya gak tadi aja, pas masih ada mbak susternya?’ lanjutnya lagi.“Ada apa dengan wajahmu? Sakit?” Nada dingin Wirasena menegur.“Nggak papa, Prof.”Wirasena kembali menekuni gawainya. ‘Mana, sih, Marni. Sudah dipesan untuk segera berangkat, malah belum muncul. Apa aku tinggal saja dia?’ Wirasena menimbang dengan cermat.Klik.Kepala Wirasena terangkat, matanya dingin menatap ranjang. Dilihatnya, Elia menurunkan besi pembatas dan sedang berusaha meraih botol infusnya.“Mau ke mana?”Wajah Elia yang sedang menatap dinding memberengut. ‘Kenapa harus nanya, sih?!’ sungutnya dalam hati.Karena tidak mendapat jawaban yang diinginkannya, Wirasena bangkit dari kursinya dan menghampiri ranjang. “Mau ke
last updateLast Updated : 2024-02-04
Read more

Bab 10-1

Ningsih baru selesai membantu Hana membersihkan diri dan menata bantal di belakang punggungnya. Wanita itu, mengeluh punggungnya panas dan capek. Bagaimana tidak, Hana sudah berbaring selama dua minggu tanpa berkeinginan turun dari ranjang dan bergerak.Ia sudah merawat Hana sejak wanita itu keluar dari rumah sakit dan divonis menderita kanker leher rahim, dua tahun lalu. Awalnya, Hana masih semangat menjalani pengobatan, tapi belakangan, semangatnya mulai menurun.“Apa sudah nyaman begini, Bu?” tanya Ningsih setelah meletakkan bantal ketiga di belakang punggung Hana.“Ya, terima kasih, Sus.”“Atau sebaiknya kita jalan-jalan di luar, mumpung cuaca sedang cerah,” bujuk Ningsih yang disambut dengan gelengan kepala.Malas bersikap pura-pura ramah dan perhatian lebih lama, Ningsih mengangguk dan keluar kamar meninggalkan Hana yang mulai memejamkan mata. Ditutupnya pintu kamar perlahan. Sejurus kemudian, sebuah tangan
last updateLast Updated : 2024-02-05
Read more

Bab 10-2

“Keluar!” usir Hana dengan napas yang dipaksakan.Shinta sedikit terkejut dengan respon Hana yang sedikit lebih cepat darinya. Ia merasakan tangan Hana mencari jemarinya dan meremasnya erat, meminta dukungan.“Siapkan semua berkas perceraiannya. Aku akan tanda tangani.”Haris menggeleng cepat dan berlutut. “Nggak. Aku gak akan menceraikanmu, Han. Aku hanya khilaf sesaat. Aku mohon maafkan aku, Han.”Alih-alih menjawab permohonan Haris, Hana menampar suaminya dengan kekuatan yang dimilikinya. Shinta semakin takjub melihat keberanian Hana yang sudah sejak lama dia nantikan. Haris adalah tipe pria terakhir yang ingin dilihatnya, sejak Shinta tahu bahwa ayahnya suka main wanita.“Selama ini, aku menutup mata demi Shinta, Mas. Jangan kamu kira, aku terbaring di ranjang dan tidak tahu apa yang kamu lakukan di luaran.”Hana meraih ponselnya yang tergeletak di ranjang dan membuka kumpulan foto yang dia
last updateLast Updated : 2024-02-05
Read more

Bab 11-1

Haris menepikan kendaraannya manakala menyadari siapa yang sedang menghubunginya. Ia memutus sambungan bluetooth dan meraih ponselnya.“Halo.”[Kok halo, sih? Mas Haris gak kangen, nih?]Haris berdehem mengusir hasrat yang mulai menggodanya. “Kangen dong, tapi aku gak bisa hari ini. Hana lagi badmood,” ujarnya beralasan.[Kenapa lagi dia? Pulang kemo, ya?]“He’em. Nanti kalau keadaannya sudah mulai tenang. Aku telfon kamu, hmm?”[Iya deh. Tapi, besok jangan lupa untuk mengurus kasus penganiayaan Darma. Berkasnya sudah aku siapkan di mejamu.]“Oke, Sayang. Makasih, ya.”[Oke. Bye.]Desah tertahan lolos dari mulut Haris saat ia menyandarkan kepalanya ke atas kemudi. Tubuhnya ingin bertemu wanita itu, tapi otak cerdasnya melarang, menyisakan penyesalan dan siksaan di bagian bawahnya.“Hufth …! Sabar, sabar. Kita selesaikan n
last updateLast Updated : 2024-02-06
Read more

Bab 11-2

“Wanita itu, entah berada atau tidak, entah cerdas atau tidak, entah berkedudukan atau tidak. Pada dasarnya, dia hanya sosok yang ingin dicintai, diperhatikan dan dihargai dalam kondisi apapun.” Hana tersenyum sebelum melanjutkan ucapannya.“Mama tidak mendapatkan itu sejak mama jatuh sakit. Awalnya, mama hanya merasa papamu sibuk bekerja. Tapi kembali lagi, insting seorang istri selalu menunjukkan kebenaran dan tidak akan pernah salah.”Akhirnya, Shinta mengangguk dan memberi kedua pipi Hana kecupan lembut. “Shinta ikut apa maunya mama. Asal mama bisa tersenyum dan bahagia lagi.”***Elia membereskan pakaian yang Mirna bawakan dua hari lalu. Pagi tadi, dokter sudah memberinya izin pulang. Selama dirawat, Elia terus memikirkan tindakannya yang menggila menghabiskan salad buah Mika. Tidak biasanya dia selahap itu menyantap sesuatu hingga melupakan tentang alerginya.“Aneh,” gumamnya tanpa sadar.
last updateLast Updated : 2024-02-06
Read more

Bab 12-1

“YES!” ucap Wirasena bersemangat dengan tangan terkepal ke depan dadanya. “Yes, akhirnya!” ulangnya lebih mantap lagi.Ia memberikan tambahan tip untuk kurir sewaannya dan mengucap terima kasih sekali lagi, hal yang baru pertama kali dia lakukan. Hatinya membuncah luar biasa. Setelah kurir wanita itu undur diri, Wirasena menoleh ke arah ranjang. Tampak olehnya, Elia sedang memejamkan mata dan menggumam sesuatu.Ingin rasanya, Wirasena memeluk gadis yang sudah dirubahnya menjadi seorang wanita itu erat-erat. Namun urung dilakukannya, mengingat respon Elia belum tentu sama seperti dirinya.‘Syukurlah,’ desah Elia dalam hati. “Hhh ….” Di luar kendalinya, Elia mendesah.“Apa yang membuatmu terlihat lega?” tanya Wirasena menghampiri ranjang.“Bersyukur karena kemungkinan hamil sudah bisa disingkirkan.” Elia membuka mata dan tatapannya bertemu dengan mata gelap Wirasena yang s
last updateLast Updated : 2024-02-08
Read more

Bab 12-2

“Biasakan dengan itu semua, sampai kamu melahirkan anak itu. Setelahnya, aku tidak akan mencampuri kehidupanmu. Mengerti?!”Sederet kalimat itu berhasil melukai Elia, dalam dan perih. ‘Dia hanya menginginkan anaknya, El. Dia tidak bermaksud peduli denganmu. Dia hanya mau anaknya lahir ke dunia. Menjaga gennya tetap terwariskan,’ batin Elia miris.“Jangan khawatir. Aku tidak akan menghambat masa depan cerah yang ingin kamu capai. Tapi … lakukan itu setelah melahirkan anakku. Dan aku akan berikan semua yang kamu mau.”Elia memalingkan wajahnya. Ia tidak ingin Wirasena melihatnya terluka dan rapuh. Harga dirinya melarangnya melakukan hal itu.***“Kamu kenapa, Wir? Siapa yang mau menikah?” tanya Barata sambil menawarkan segelas air pada sahabatnya.Wirasena menggeleng sambil melempar tubuhnya dengan frustasi ke sofa kantor Barata. Ia memilih kembali ke rumah sakit setelah mengantar Elia pul
last updateLast Updated : 2024-02-08
Read more

Bab 13

“Elia sedang mengandung anak Wira, Bu,” ulang Wirasena karena Tatik hanya diam, seolah tidak mendengar ucapannya. Ia tidak memperhatikan kedua tangan Tatik yang mencengkeram lengan kursi roda hingga buku jarinya memutih.“Ternyata aku salah mengira,” gumam Tatik dengan nada kecewa.“Salah mengira?” tanya Wirasena bingung.“Aku pikir, dia perempuan polos dan baik. Nyatanya, sama saja.” Tatik memukul lengan kursi rodanya dengan kesal. “Menyesal aku!”“Sebentar, Bu. Salah mengira bagaimana maksudnya? Apa yang membuat ibu menyesal?” Wirasena semakin bingung melihat betapa kesalnya Tatik.“Aku kira dia berbeda dengan perempuan lain yang tahunya hanya menggodamu, tapi ternyata sama saja. Wira, aku baru saja berniat menjodohkanmu dengannya. Tidak tahunya, dia memakai cara murahan begini untuk mendapatkanmu.”“Kamu juga!” Tatik memukul lengan Wirasena cuk
last updateLast Updated : 2024-02-09
Read more

Bab 14

Elia duduk kaku di tepi ranjang, masih dengan gaun pengantin lengkap beserta hiasan kepala dan riasan di wajah. Inginnya, segera menghapus riasan itu. Namun, aroma alkohol membuatnya mual. Jadilah, Elia termenung dengan pandangan tertuju pada ujung alas kakinya.Pintu kamar terbuka, menampakkan sosok Wirasena yang juga berpakaian lengkap seperti Elia. Dari gerak-geriknya yang canggung, sepertinya pria itu hendak mengurungkan niatnya masuk ke kamar.“Prof,” panggil Elia saat Wirasena hendak berbalik.“Ya.”“Bisa bantu saya?” pinta Elia dengan berani.Melihat Wirasena menutup pintu dan menghampirinya, keberanian Elia semakin besar. Ia berdiri dan membalikkan badan memunggungi suaminya.“Tolong bantu saya melepasnya.” Elia menunjuk kaitan zipper gaunnya.Wirasena memejamkan mata dan membuat gerakan jengah di kedua alis dan matanya. Ia menghela napas dalam, lalu membuangnya perlahan. Tindaka
last updateLast Updated : 2024-02-10
Read more

Bab 15

Elia terbangun dini hari karena kandung kemihnya terasa penuh dan mendesak. Dengan mata berat, ia menyibak selimut dan menurunkan kakinya. Udara dingin menusuk yang keluar dari pendingin ruangan membuat tangannya memeluk tubuh. Betapa kagetnya Elia, mendapati ikatan jubah mandinya sudah terlepas. “Hahh? Kok bisa lepas?” heran Elia seraya mengikat erat kembali jubahnya. Ia melirik ke ranjang, tapi tidak mendapati sosok Wirasena di sana. “Masa’ iya aku yang melepasnya?” gumamnya sambil bergegas ke toilet. Selesai berkemih, Elia mencuci tangan dan menghadap cermin. Kantuknya seketika lenyap melihat di area leher dan dada atasnya terdapat bentol-bentol merah seperti biduran. “Astaga … kenapa lagi ini?!” paniknya sambil mencermati merah-merah di kulitnya. “Gak terasa gatal sama sekali, tapi kenapa merah?” Elia mengingat-ingat masakan yang sempat di makannya saat resepsi di hotel tadi. “Kamu di dalam, El?” “Ya, Prof. Sebentar,” sahut Elia. “Silakan,” ucap Elia ketika sudah berada di lu
last updateLast Updated : 2024-02-11
Read more
PREV
123456
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status