Home / Urban / Terjebak Dendam Pewaris Arogan / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Terjebak Dendam Pewaris Arogan: Chapter 61 - Chapter 70

182 Chapters

Zona Aman

Di saat berita tentang penculikan Zihan belum mendapat konfirmasi dari keluarga Li maupun kepolisian, kini sudah kembali muncul artikel yang menghubungkan penculikan itu dengan pekerjaan lain Ana. Dalam artikel tersebut disebutkan bahwa Ana memiliki pekerjaan lain di samping pekerjaannya sebagai diplomat yang bersinggungan dengan dunia mafia. Tentu saja banyak orang tidak percaya dengan cerita itu. Namun, sayangnya artikel-artikel tersebut dibubuhi dengan foto-foto yang sulit untuk dielak. Adanya artikel yang muncul ke permukaan itupun akhirnya membuat Ana ditelepon oleh pimpinan partai. “Bagaimana bisa muncul berita seperti ini?” “Maaf, saya akan mengurus ini, Pak!” “Tentu, tentu kamu harus mengurus ini, Ana! aku turut sedih jika benar putramu diculik, tapi jangan sampai partai dan pemerintah ikut terseret dalam urusanmu ini!” “Saya meng
Read more

Tamasya Part 1

Di pagi hari saat akan berangkat ke kantor, Lucas sibuk menelepon sekretarisnya. Dia masuk ke dalam mobil dan kemudian mengakhiri panggilan tersebut. “Kita berangkat sekarang!” ucap Lucas. Namun, supir pribadi Lucas dan juga Kai hanya saling menatap. “Kenapa diam saja?” tanya Lucas kepada supirnya, yang kemudian beralih ke Kai, “Kai?” “E ... Tuan Muda, kita tidak akan ke kantor hari ini!” jawab Kai yang langsung menutup mata, takut tiba-tiba ia ditembak mati bosnya itu. “Apa?” Belum sampai Lucas mendapat penjelasan dari Kai, tiba-tiba saja pintu mobil terbuka dan masuklah Zihan juga Natasha. “Ayo kita berangkat sekarang!” perintah Natasha kepada sang supir. “Yeay!” sorak Zihan sambil mengangkat kedua tangannya. Kai memberi isyarat kepada sang supir untuk segera menjalankan mob
Read more

Tamasya Part 2

“Zihan, kamu yakin mau naik playing fox?” tanya Natasha. Zihan mengangguk dengan sangat yakin. “Iya, Tante, Zihan suka flying fox.” “Ada apa, Natasha? kamu takut? kenapa kamu terlihat sangat cemas?” tanya Lucas sedikit mengejek. “Tidak, kata siapa aku takut?” jawab Natasha. “Oh, baguslah! kalau begitu aku akan meluncur lebih dulu bersama dengan Zihan dan kamu meluncurlah sendirian setelahnya!” “Ha?”—Natasha mulai panik. Sampai dengan semua peralatan terpasang, Natasha masih belum mau menurunkan gengsinya. Baru di saat Lucas akan meluncur bersama Zihan, Natasha menarik kemeja milik suaminya itu. “Lucas, tunggu!” pinta Natasha, “aku takut ketinggian, aku tidak berani, aku turun lagi saja, ya!” ungkapnya. Mendengar penga
Read more

Api Cemburu yang Membara

“Ehm ... maaf, Tuan dan Nona, ini makanannya!” sela supir Lucas. Lucas dan Natasha yang sejak tadi saling menatap itupun segera mengalihkan pandangan mereka dan menjauhkan diri. Demi menutupi kecanggungannya itu, dia memanggil Zihan untuk makan siang. Di sela makan siang mereka, Natasha berbicara kepada Zihan. “Ada peternakan di sebelah sana, bagaimana kalau setelah ini kita ke sana? kita bisa ikut memberi makan ternak dan belajar cara mengolah hasil peternakan.” Zihan mengangguk dengan penuh semangat. Dia sangat antusias dan tidak sabar untuk segera pergi ke peternakan. Lucas ikut senang melihat keponakannya senang. Namun, di sisi lain dia sedikit cemas terhadap kantor dan terus melirik ponselnya yang sejak tadi memperlihatkan panggilan dari Lian. Rupanya, sosok Lucas yang terus melirik ponselnya itu diketahui oleh Natasha. “Ada apa, Lucas? apakah a
Read more

Usapan di Kepala

Sebelum pulang, Lucas, Natasha, dan Zihan mampir ke sebuah restoran untuk makan malam. Mereka memesan banyak makanan enak yang menjadi favorit Zihan. “Zihan, Zihan senang jalan-jalan hari ini?” tanya Natasha. Zihan mengangguk—“Hem! Zihan sangat-sangat-sangat senang, Tante.” Agenda makan malam itupun berlanjut dengan ditemani antusiasme Zihan dalam bercerita tentang rangkuman serta kesan dari jalan-jalan mereka hari ini. Sepertinya, hari ini akan menjadi hari yang sangat berkesan di hidup Zihan. Ketika Natasha sudah tidak mendapati ada kekhawatiran dan ketakutan di mata Zihan, dia lantas mulai memancing Zihan dengan ingatan mengenai sekolah. “Zihan, Tante Natasha boleh tanya sesuatu?” izin Natasha. “Boleh,” jawab Zihan. “Zihan kangen atau tidak sama teman-teman Zihan?” Mende
Read more

Gencatan Senjata 1

Ketika menyadari bahwa sedang ada hujan lebat di luar sana, Suzhi bergegas menuju kamar Zihan. Namun, saat pintu kamar Zihan dibuka, Suzhi terkejut karena ternyata cucunya tidak ada di sana. Sebelum paniknya bertambah besar, Suzhi segera pergi ke kamar Lucas dan Natasha. Namun, sesampainya di depan kamar keponakannya itu, panik Suzhi rupanya sudah meningkat, sehingga ia lupa untuk mengetuk pintu dan langsung membukanya. “Luc—” Baru saja Suzhi akan mengadu kepada Lucas, dia sudah cepat-cepat menutup mulutnya. Ternyata, Zihan bukannya hilang, tapi tidur di kamar Lucas bersama dengan Lucas dan Natasha. “Oh, maafkan aku sudah mengganggu kalian!” ucap Suzhi sangat pelan. Pintu kamar Lucas itupun juga ia tutup dengan sangat hati-hati. Lucas yang sebenarnya belum tertidur itupun lantas membuka matanya. Dia tahu sang tante datang, tapi dia membiarkannya.
Read more

Sedikit Menyulut Api

Setelah diberhentikan oleh Mei Rui sebagai pelayan Natasha, Yue pun menghadap kepada Lucas. Dia meminta maaf untuk kesalahan yang dia buat. “Maafkan saya, Tuan Muda! tidak seharusnya saya mengambil keputusan dan langkah sepihak tanpa persetujuan Tuan Muda.” “Tidak apa, Yue, apa yang sudah kamu lakukan tempo hari sudah sangat baik!” puji Lucas, “dengan mama memecatmu, itu berarti bahwa kamu cukup mengganggu baginya.” Mengetahui Lucas tidak marah, Yue merasa sedikit bersyukur. Walaupun, sebenarnya dia cukup sedih karena setelah ini harus keluar dari kediaman Li dan tidak bisa bersama dengan Natasha lagi. “Yue, setelah ini bersiaplah karena tugasmu akan menjadi lebih banyak!” perintah Lucas kemudian. “Ya?”—Yue terkejut mendengarnya—“Apa maksud Tuan?” “Bukankah yang berakhir
Read more

Bersama Mama

Setelah tahu Lucas pergi jalan-jalan bersama Natasha dan Zihan, Lian langsung menghubungi Ana. Hubungan Ana dan Lian sejak awal memang berjalan cukup baik, sehingga tidak ada kecanggungan ketika salah satu dari mereka tiba-tiba menghubungi.“Ada apa, Lian?” tanya Ana mengawali percakapan telepon mereka.“Oh, apa kamu masih bekerja, Ana?” Ana tidak mengerti—“Pertanyaan macam apa itu, Lian? tentu saja aku masih bekerja.”“Wah, aku tahu kamu cukup ambisius, tapi tidak kukira kamu akan segila ini dalam bekerja dan merelakan begitu saja putramu menjadi putra orang lain,” ucap Lian.Ana mengerutkan dahinya—“Apa maksudmu? sungguh, langsung saja bicara ke intinya! aku tidak punya banyak waktu.” Lian memanyunkan mulutnya seraya menaikkan sebelah alisnya. Setelah itu, baru dia mulai bicara to the pint kepada Ana. “Bukankah saat ini Zihan sedang marah dan tidak mau bicara denganmu?” tanya Lian.Ana masih
Read more

Vonis

Ruang makan keluarga Li terasa cukup sunyi pagi ini. Semua anggotanya fokus menyantap makanan mereka dengan tenang. Natasha yang memang baru bisa tidur pagi tadi dan bangun ketika Lucas selesai mandi untuk bersiap ke kantor pun terlihat lesu bahkan tidak nafsu makan. Dia masih kepikiran tentang Zihan dan juga pertanyaan Lucas yang sampai sekarang masih sulit untuk ia jawab. “Papa,”—tiba-tiba Najia memecah keheningan—“lusa ada acara seni dan olah raga di sekolah Najia, Papa—”“Mamamu saja,” potong Anming, “lusa papa ada urusan di kantor, biasanya juga mama kamu, ‘kan, yang datang.”“Tapi ini weekend, Pa. Masa Papa tidak libur?” protes Najia.“Kalau papa bilang tidak bisa, ya berarti tidak bisa, Najia!” tegas Anming, “lagipula kenapa, sih, kamu repot sekali mau papa dan mama datang? kakakmu Leo saja dulu tidak pernah serepot ini minta papa datang.”Najia mulai kesal dan memanyunkan bibirnya. Melihat hal itu, Lin mencoba untuk men
Read more

Masuk Bui

Sejak setelah persidangannya, Duan masih belum mendapatkan kabar mengenai Sishi. Sebenarnya Duan tidak terlalu peduli pada istrinya itu, akan tetapi melihat Sishi pingsan seperti tadi membuatnya sedikit khawatir. Setidaknya, untuk saat ini Duan ingin tahu bahwa Sishi baik-baik saja.“Sishi tidak biasanya selemah ini, kenapa bisa sampai pingsan? apa dia syok memiliki suami seorang narapidana?” batin Duan, ... “hah!”—Duan menghela napas kasar.Saat ini Duan sedang dalam perjalanan menuju sel barunya. Setelah persidangan tadi, dia lantas dipindahkan dari rumah tahanan menuju penjara para narapidana. Selang beberapa saat, mobil yang membawanya pun tiba di penjara. Namun, sesampainya di sana, Duan tidak langsung dibawa menuju selnya melainkan dibawa ke salah satu ruangan yang ada di sana.Ruangan itu mirip seperti ruang interogasi, hanya ada dua kursi dengan satu meja dan sebuah lampu gantung di atasnya. Ketika memasuki ruangan tersebut, firasat Duan pun menjadi tidak enak. “Kenapa aku d
Read more
PREV
1
...
56789
...
19
DMCA.com Protection Status