Home / Romansa / Istri Kecil Om Dingin / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Istri Kecil Om Dingin: Chapter 111 - Chapter 120

144 Chapters

Bab 111. Kedatangan Axel

Bab 111. Kedatangan Axel—oOo—Emily tengah sibuk di dalam dapur bersama dengan Ibu Sarah menyiapkan makanan. Awal tinggal di sana, Ibu Sarah tidak mengijinkannya untuk membantu memasak di sana karena memasak dan tugas rumah tangga lainnya adalah tugasnya. Namun, Emily yang memang tidak bisa diam pada akhirnya memaksa Ibu Sarah untuk memperbolehkan dia untuk ikut memasak. Jadilah selama lima tahun ini, hampir setiap paginya Emily memasak dengan Ibu Sarah. Di saat sedang mulai membersihkan sisa-sisa kotoran yang ada akibat memasak tadi. Tiba-tiba sebuah tangan kecil memeluk kakinya. Emily menoleh dan menunduk untuk melihat siapa yang telah memeluk kakinya. Dia tersenyum kala melihat putra tersayangnya yang sudah melakukan itu. Lagi pula jika dia, siapa lagi coba. Emily tersenyum bangga pada sang putra, dia berjongkok dan mengelus puncak kepala Devan dengan lembut. "Pinternya anak Mama, jam segini sudah siap aja," ucap Emily. "Iya dong, Ma. Hari ini 'kan aku harus berangkat lebih pag
last updateLast Updated : 2024-02-09
Read more

Bab 112. Masih Ada Rasa

Bab 112. Masih Ada Rasa—oOo—"Ada, bisakah Anda membuat orang yang saya cintai kembali pada saya?"Deg! Jantung Emily seketika berhenti sesaat mendengar klimat yang keluar dari mulut Axel. "Ma-maksud, Tuan, apa ya?"Axel tersenyum tipis ketika melihat reaksi istri kecilnya itu. Sungguh Axel sangat gemas melihat bola mata Emily yang melebar. Ingin rasanya Axel mendekat pada Emily dan membuka niqab yang Emily gunakan. Dia sungguh, sangat rindu dan ingin melihat wajah Emily. "Maksud saya, apa Nona bisa pilihkan bunga untuk meluluhkan hati perempuan yang sedang marah agar mau memaafkan saya."Emily terdiam. "Apa saat ini Om Axel tengah bertengkar dengan Chelsea?" tanya Emily di dalam hati."Nona," panggil Axel sambil melambaikan tangannya tepat di depan wajah Emily. Emily langsung tersadar dari lamunannya dan menatap Axel. "Macam-macam bunga banyak, Tuan. Ada mawar, anyelir, tulip, penony, anggrek dan lily. Tuan ingin pilih yang mana?""Saya juga tidak tahu. Kalau Nona jadi perempuan y
last updateLast Updated : 2024-02-10
Read more

Bab 113. Devan Hilang

Bab 113. Devan Hilang—oOo—"Apa boleh saya meminta Nona pilihkan rangkaian bunganya. Karena, jujur saja, saya tidak begitu tahu rangkaian seperti apa yang perempuan sukai," jujur Axel. Emily mengangkat wajahnya hingga membuat tatapan mata keduanya bertemu. Untuk sesaat mereka saling pandang, tetapi tidak lama Emily tersadar dan menundukkan pandangannya, menatap album foto yang dia pegang. "Boleh saja, Tuan. Tapi, takutnya nanti Anda atau perempuan yang ingin Anda beri rangkaian ini tidak menyukainya, Tuan." Axel tersenyum melihat Emily yang menghindar dari tatapannya. Setelah itu, dia menjawab, "Saya yakin jika perempuan yang akan saya beri rangkaian bunga itu, akan menyukainya. Buktinya sedari tadi begitu banyak orang datang ke sini untuk membeli bunga pada Nona."Emily terdiam sejenak. "Baiklah, Tuan. Mohon tunggu sebentar, saya akan mulai merangkainya."Jujur hatinya sedikit sakit menerima kenyataan jika suaminya itu ingin memberi rangkaian bunga pada perempuan lain. Namun, Emily
last updateLast Updated : 2024-02-11
Read more

Bab 114. Buket Yang Sama

Bab 114. Buket Yang Sama—oOo—Sampai di taman dekat rumahnya. Emily melihat ke sekeliling, mencari keberadaan Devan. Namun, dia tidak melihat Devan di sana. Tidak menemukan keberadaan Devan, Emily memutuskan untuk berjalan mencari keberadaan putranya itu. Hingga sampai Emily memutari taman, tetapi dia tidak kunjung menemukan Devan. "Ya Allah ke mana Devan?" Emily mengatur napasnya yang sudah ngos-ngosan akibat terus berjalan mencari sang putra. Emily kembali melihat ke sekeliling, takut jika dia sudah melewatkan salah satu tempat. Di saat dia tengah sibuk mencari keberadaan Devan, tiba-tiba Emily mendengar suara Devan memanggilnya. Dengan segera Emily berbalik, melihat ke sumber suara. Emily tersenyum ketika melihat Devan yang tengah berlari ke arahnya. Namun, senyum di bibir Emily memudar kala melihat seseorang yang berada di belakang Devan. "Om Axel? Sedang apa dia di sini?" tanya Emily di dalam hati. "Mama!" Devan kembali memanggil Emily. Membuat Emily beralih menatap ke arah
last updateLast Updated : 2024-02-12
Read more

Bab 115. Aku Merindukanmu Emily

Bab 115. Aku Merindukanmu Emily—oOo—"Kenapa buket ini sama persis dengan buket yang aku buat tadi untuk Om Axel? Apa ini buket dari dia."Axel tersenyum melihat keterkejutan Emily. Setelah itu, dia berjalan mendekat ke arah Emily dan berdiri tepat di depan Emily dengan jarak yang tinggal satu langkah saja. "Bagaimana? Apa kamu suka dengan bunga itu, Emily?"Deg!Jantung Emily seakan berhenti sejenak saat mendengar kalimat yang keluar dari bibir Axel. Ingin rasanya dia beranjak dari sana. Namun, tubuhnya seakan terpaku di sana. "Aku sangat merindukan kamu, Emily," gumam Axel sembari menyentuh pipi Emily yang terhalang niqab. Emily tersadar, dengan segera Emily menampik tangan Axel. "Maksud Anda siapa, Tuan? Saya Aisyah, bukan wanita yang Anda maksud tadi."Axel menatap tangannya yang ditampik Emily. Dia kemudian tersenyum miring. "Sampai kapan kamu mau berpura-pura, Emily?" gumam Axel sembari menatap Emily. Emily mundur dua langkah, tangannya sedikit bergetar akibat takut jika iden
last updateLast Updated : 2024-02-13
Read more

Bab 116. Pertanyaan Mengejutkan

Bab 116. Pertanyaan Mengejutkan—oOo—"Kenapa Emily? Apa kamu tidak percaya dengan apa yang aku katakan?"Emily menundukkan kepalanya. "Aku tidak tahu.""Ok, kalau kamu belum percaya dengan apa yang aku katakan. Aku akan bawa Chelsea dan Alfa ke sini untuk menjelaskan semuanya." Axel kemudian langsung pergi dari sana, meninggalkan Emily yang masih diam dengan perasaan yang tidak menentu. Emily menatap punggung Axel yang menjauh. Di saat Axel sudah tidak terlihat, tubuh Emily langsung lemas. Tubuhnya langsung luruh ke lantai dan air mata mulai membasahi kedua pipi putih Emily. Sarah yang berada berdiri tidak jauh dari Emily, diam sambil menatap gadis yang selama lima tahun ini sudah dia anggap sebagai anaknya. Dia menatap Emily dengan tatapan sedih. Dia tahu semua tentang Emily, tetapi dia tidak pernah mengatakan hal itu karena dia tidak ingin Emily mengingat masa lalunya. Namun, di saat masa lalu Emily datang, Sarah juga bingung harus bagaimana. Dia hanya bisa melihat Emily yang seda
last updateLast Updated : 2024-02-14
Read more

Bab 117. Keputusan Yang Sulit

Bab 117. Keputusan Yang Sulit"Apa yang Daddy Raihan katakan?" Devan menatap ke arah lain. Setelah itu, dia menatap mamanya kembali. "Daddy bilang, Papa itu ayah aku. Karena suatu hal Papa sama Mama harus berpisah dan tidak bisa tinggal bersama," cerita Devan yang membuat Emily terkejut, jika Raihan mengatakan hal yang sebenarnya. "Apa itu benar, Ma?" tanya Devan ketika Emily tidak menjawab-jawab pertanyaannya. Emily tersenyum. "Oh iya, tadi kenapa bisa ketemu sama Papa?" tanya Emily mengalihkan pembicaraan. "Tadi waktu pulang, aku liat Papa sudah ada di depan sekolah dan panggil aku."Emily mengangguk. "Maafin Mama, ya, Sayang. Gara-gara Mama kamu jadi pulang sama Papa.""Nggak apa-apa, Ma. Aku malah suka dijemput sama Papa," jawab Devan dengan senyum mengembang di bibirnya, "Ma, tadi waktu di taman, Papa bilang kalau aku punya Opa, apa itu bener?"Emily diam sejenak tetapi tidak lama dia mengangguk. "Benar, kamu punya Opa. Nama Opa kamu, Opa Del Piero."Mata Devan berbinar. Dia sa
last updateLast Updated : 2024-02-15
Read more

Bab 118. Pergi Bersama

Bab 118. Pergi BersamaEmily terdiam, pikirannya melayang ketika Devan menunjukkan ponselnya dan mengatakan bahwa ia memiliki nomor ponsel Axel. Perasaan bercampur antara was-was dan bingung menyeruak di hati Emily. "Ya Allah, kalau begini aku sudah tidak bisa memberi alasan lagi pada Devan," gumam Emily di dalam hati. "Ma, ayo cepat telepon Papa. Aku ingin mengajak Papa ke kebun binatang," ujar Devan dengan mata berbinar. Emily menatap anaknya yang polos itu. Setelah itu, Emily mengambil nafas dalam-dalam, lalu tersenyum pada Devan. "Baiklah, Nak. Mama akan mencoba menghubungi Papa. Kita lihat apa Papa bisa ikut dengan kita apa tidak. Tapi jika Papa tidak bisa kamu sama Mama saja, ya?" ucap Emily dengan hati-hati yang kemudian diangguki oleh Devan. Dalam hati, Emily berharap jika saat ini Axel sedang sibuk dan menolak ajakan Devan. Setelahnya dengan perasaan berat, Emily mengambil ponsel dan mulai mengetik pesan singkat untuk Axel. "Assalamu'alaikum, Om. Ini aku, Emily. Devan ingi
last updateLast Updated : 2024-02-16
Read more

Bab 119. Meminta Pembuktian

Bab 119. Meminta Pembuktian—oOo—Emily menelan salivanya dengan susah. Dia bingung harus menjawab pertanyaan Devan bagaimana. Dia sudah terbiasa memanggil Axel dengan panggilan tersebut, jika harus merubah dia akan merasa canggung. Apalagi harus memanggil dengan sebutan 'Papa', itu sungguh sangat sulit. "Ma, ayo panggil Papa dengan sebutan Papa seperti Devan," ucap Devan sambil menatap Emily dengan tatapan penuh harap. Emily mengusap belakang lehernya. Sementara Axel dia mengulum bibirnya, tidak sabar menunggu Emily memanggil dia dengan sebutan Papa untuk putra mereka. "Iya, nanti Mama akan manggil dengan panggilan yang sama seperti Devan. Sekarang sebaiknya kita berangkat yuk, nanti kesiangan," ajak Emily sembari tersenyum pada putranya, Devan, membuat Axel harus menelan pil pahit karena Emily tidak memanggilnya dengan sebutan yang diinginkan Devan. Devan mengangguk. "Kakek sama Nenek mana, Ma? Katanya mau pergi sama mereka juga?" tanya Devan sambil melihat ke arah belakang Emily
last updateLast Updated : 2024-02-17
Read more

Bab 120. Perdebatan

Bab 120. Perdebatan—oOo—"Aku sungguh sangat merindukan kamu, Emily. Ayo kita memulai hubungan kita seperti dulu lagi."Emily memalingkan wajahnya sambil menarik tangannya dari genggaman Axel. "Buktikan semua yang Om katakan kemarin, baru setelah itu aku bisa memutuskan akan kembali pada Om atau tidak."Axel mengepalkan kedua telapak tangannya. Setelah itu, dia berjanji di dalam hati akan segera membawa Alfa dan Chelsea ke hadapan Emily agar Emily mau kembali kepadanya. Emily meneruskan langkahnya menyusul Devan. Dia kemudian berdiri di sebelah kanan Devan, mendengarkan Devan yang berceloteh."Papa!" panggil Devan sambil melambaikan tangannya ke arah Axel. Axel tersenyum. Tidak lama Axel berjalan mendekat ke arah Emily dan Devan. Dia kemudian mengangkat tubuh Devan dan menggendong putranya itu dengan tangan kirinya. "Ma, lihat, deh. Jerapah itu tinggi banget ya," ucap Devan sembari menunjuk jerapah yang sedang meraih daun yang berada di dahan pohon. "Iya," jawab Emily, "jerapah it
last updateLast Updated : 2024-02-18
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status