Home / CEO / Malam Terlarang Bersama Paman / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Malam Terlarang Bersama Paman: Chapter 61 - Chapter 70

99 Chapters

61. KELEMAHAN SINDY

Sebuah cengkraman kini dirasakan oleh Nada. Seseorang menahannya dengan memegang tangan kiri Nada. Ia menoleh dan mendapati Nicko di sana. “Kita sebaiknya pulang,” ucap Nicko. Sedari tadi pria itu menyaksikan keributan yang diperbuat oleh Nada. Dia sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk melerai. Karena kondisinya para penggemar Sindy seolah membuat dinding yang tidak bisa ditembus olehnya. “Nick, maaf sepertinya aku tidak bisa mengantarmu pulang. Aku ada urusan yang harus diselesaikan,” tolak Nada dengan tegas. Matanya terpancarkan amarah yang mendalam, Nicko bisa melihatnya. Hal itu yang membuat perasaan Nicko sedikit gusar. “Kita pulang saja, Deven pasti menunggumu di rumah.” Nicko menggunakan alasan anak Nada agar sahabatnya itu bisa ikut pulang dengannya. “Ck!” Tedengar decakan dari mulut Sindy. Ternyata sedari tadi dia melihat aksi Nicko yang menahan Nada. Sindy kembali mendekat ke arah Nada dan Nicko, “Kamu mau kabur, Nada? Urusan kita belum selesai. Atau kamu memang
Read more

62. SINGKIRKAN NADA

Calvin memijit keningnya, dia nampak terlihat gusar. Pasalnya, Calvin baru saja melihat sebuah tayangan video yang diberikan oleh Vivian.“Video ini pertama kali diunggah di forum penggemar Sindy. Kemudian menyebar ke mana-mana.”Vivian mengusap layar tabletnya ke samping. Kemudian memberikan sebuah foto tangkapan layar sebuah artikel berita.Namun, Calvin malam mengibaskan tangannya. Seolah tidak mau melihat apa yang sebenarnya akan diberikan Vivian.“Anak itu selalu saja cari gara-gara,” desah Calvin, “ah, kenapa mereka berdua itu tidak bisa diam? Selalu saja membuat gaduh dan pasti akan berimbas pada perusahaan!” gerutu Calvin.Vivian hanya diam, dia tidak merespon apa pun.Kemarin jagat maya dihebohkan dengan sebuah potongan video yang menampilkan pewaris sah perusahaan Victory sedang bertengkar dengan Sindy. Tentu saja publik lebih memihak Sindy dan memberitakan hal yang negatif tentang Nada. Hal itu tentu membuat citra nama baik perusahaan Victory sedikit tercoreng.“Apa kita be
Read more

63. RESIGN

Demi menjaga kewarasannya, akhirnya Nada memutuskan sesuatu. Segera dia menemui Darell di ruangannya.“Pak, maaf saya ingin memberikan ini,” ucap Nada sambil menyodorkan sebuah amplop pada Darell.Darell yang sedang bekerja, langsung mengalihkan fokusnya. Matanya kini menatap sebuah amplop putih yang baru saja diletakkan Nada di atas meja kerjanya. Dia seraya melepaskan kacamatanya.“Apa ini?” tanya Darell, lalu menerima amplop tersebut. Dari dalam amplop tersebut berisikan sebuah kertas, yang langsung dibuka oleh Darell.“Surat pengunduran diri saya, Pak. Saya mohon maaf, karena saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari perusahaan ini. Padahal kontrak saya belum habis,” terang Nada.Mata Darell masih membaca isi dari surat tersebut.“Apa yang membuat kamu memutuskan untuk berhenti? Padahal rencananya tahun depan saya akan mengangkat kamu menjadi karyawan tetap,” terang Darell.Selama dua tahun Nada bekerja memang dia belum diangkat menjadi pegawai tetap.“Sejujurnya saya merasa ti
Read more

64. MABUK

Sudah hampir tengah malam, Adrian belum juga pulang ke rumah. Sedari tadi Eva sudah bertanya terus tentang keberadaan Adrian pada Nada. “Sudah, Nenek kembali saja ke kamar. Mungkin Om sedang ada di apartemennya,” kata Nada mencoba menenangkan. “Tapi perasaan Nenek tidak enak.” Eva mengelus dadanya. Semenjak kejadian yang menimpa Adrian dan Nada, sebenarnya Eva sering merasa gelisah. Dia selalu meminta pulang, agar bisa memantau anak dan cucunya. “Tenang saja. Om Adrian tidak akan kenapa-kenapa.” Nada berjongkok mengelus punggung tangan Eva yang sedang duduk di kursi roda. “Lebih baik Nenek istirahat saja. Ini sudah tengah malam, biar Nada nanti yang menunggu Om Adrian,” imbuhnya. Nada memberi kode kepada Bi Inah untuk membawa Eva ke kamarnya. Mendadak Nada juga merasakan gelisah, mungkin karena ikut tersugesti oleh Eva. Dia segera menuju kamarnya dan kembali menghubungi Adrian. Kali ini, panggilan dari Nada diangkat oleh sang pemilik ponsel. “Halo,” sapa orang di seberang sana
Read more

65. DIAM-DIAM

Kecupan singkat dan pengakuan mengejutkan yang dikatakan Adrian, membuat Nada tidak bisa tidur. Jantungnya terus berdetak dengan kencang, seperti tabuhan drum di sebuah konser band. “Ah, lupakan, Nada. Pamanmu itu sedang dalam kondisi mabuk. Bisa saja dia melantur. Ingat ketika dia mabuk, dia selalu bertingkah sesuka hati!” Nada mencoba menampik perasaannya yang sudah mulai terhipnotis dengan kata dan tindakan pamannya. Sebenarnya, saat di bar tadi dan mendapatkan perlakuan berbeda dari Adrian. Dalam hati Nada seolah ada kupu-kupu yang berterbangan. “Aku juga mencintai Om,” lirihnya. Kini Nada membalikkan tubuh dan membenamkan wajahnya pada bantal. Otaknya kembali memutar memori saat dirinya pertama kali bertemu Adrian. Awalnya Nada mengagumi Adrian, karena tampan dan dewasa. Perlahan rasa kagum itu berkembang menjadi rasa suka. Saat Adrian begitu perhatian padanya. Walau kemudian Nada sempat membenci pamannya, karena insiden gila itu. Akan tetapi, saat kembali bertemu dan memul
Read more

66. NAMANYA MICHELE

Rencana apa yang akan Adrian lakukan untuk mengembalikan perusahaan, Nada tidak mengetahuinya. Pasalnya sang paman tidak memberi tahu Nada, walau dia sudah memaksanya. Sehingga Nada pun mengurungkan niatnya untuk membagikan informasi yang dia dapatkan.Setelah beberapa hari mencari informasi mengenai Sindy, Nada akhirnya mendapatkan titik terang. Hari ini dia akan bertemu dengan salah satu orang yang—mungkin bisa dikatakan haters-nya Sindy.“Selamat siang, dengan Mbak Nada?”Nada segera mendongak, saat namanya disebut, lalu dia mendapati sesosok laki-laki. Dia melihat laki-laki dengan berperawakan tinggi, tampan, mengenakan pakaian kaus berbalut jaket levis. Jika Nada memindai sekilas wajahnya, usia laki-laki itu tak begitu jauh darinya.“Oh, iya. Mas Radivan?” tanya Nada, seraya bangkit dari kursinya.“Iya,” timpal pria itu.“Silakan duduk, Mas. Sekalian saja pesan makanan, ini sudah jam makan siang,” kata Nada.Namun, pria itu menggeleng, “Aku pesan minum saja. Kebetulan aku sudah m
Read more

67. MELEMPAR UMPAN

“Itu Michele!” kata Nada, yang seolah sudah mengetahui sosok anak yang dia cari. Kemudian dia melirik ke arah Ulfi, yang sudah menegang.“Ah … itu, anu ….” Ulfi begitu gelagapan, apalagi saat Michele sudah mendekat ke arah mereka berdua.Nada melambaikan tangan pada Michele, lalu menyapanya dengan sedikit berbisik. Kembali Nada alihkan perhatiannya pada Ulfi.“Bolehkah aku berbicara dengan Michele sebentar, Bu? Tidak jauh, aku akan bicara dengannya di sini,” kata Nada.Entah alasan apalagi yang harus Ulfi berikan. Nampaknya wanita paruh baya itu tidak pandai untuk berbohong dan menutupi sesuatu.“Baiklah, Mbak. Hanya saja saya berikan waktu lima belas menit. Karena Michele harus beristirahat, dia baru saja pulang dari sekolah.”Nada tersenyum kemenangan, saat mendapatkan izin dari Ulfi. Sedangkan wanita itu nampak gelisah dan segera memasuki rumah bersama satu anak gadis, yang tadi bersama dengan Michele.“Halo, Michele, silakan duduk.” Nada mempersilakan gadis kecil itu untuk duduk d
Read more

68. TIDAK BERHAK

“Deven, Nada. Apa kalian sudah siap?”Suara Adrian seketika membuyarkan pikiran Nada. Untuk beberapa saat, dia sempat hanyut dengan pertanyaan yang baru saja diajukan oleh anaknya.“Mama sebentar lagi, Pa!” seru Deven dari dalam kamar. Kemudian dia menatap sang ibunda, “ayo, Ma. Cepat bersiap, kita berangkat sekarang!” ajak Deven.Anak itu pun segera keluar, memberikan waktu pada ibunya untuk bersiap. Tidak ingin membuat Deven kecewa, Nada segera bergegas untuk bersiap diri. Setelah Nada siap, mereka pun segera pergi menuju Mall besar di ibu kota.Sepanjang jalan mereka hanya ditemani oleh suara Deven, yang sedang menghafal dialognya. Sesekali Adrian menimpal, berpura-pura memerankan peran lain, agar anaknya bisa maksimal dalam berlatih.Sedangkan Nada, hanya bisa diam menatap dua laki-laki itu secara bergantian. Di mata Nada terlihat Adrian sangat mengayomi anaknya. Sedangkan Deven, terlihat sangat bahagia karena kini memiliki sosok ayah. Nada? Dia hanyut dalam lukanya sendiri.“Ini
Read more

69. MANUSIA BERMULUT BESAR

“Terima kasih, Sindy,” ucap seorang fotografer yang baru saja selesai memotret Sindy untuk sebuah majalah. Sindy hanya mengangguk kecil, lalu dia duduk di sebuah sofa. Ivan langsung datang dengan membawakan minuman manis kesukaan Sindy. “Ponselku!” pinta Sindy seraya mengulurkan tangannya dengan angkuh. Ivan langsung merogoh tas kecil miliknya, lalu memberikan ponsel milik sang artis. Sindy langsung menyambar, mengambil ponsel miliknya. Belum juga Sindy membuka kunci ponselnya, tapi tiba-tiba layar ponselnya menampilkan sebuah nama. Seseorang menelepon dirinya. Hal itu membuat Sindy tersentak. Dengan menahan gugup Sindy pun mengangkat panggilan orang tersebut. “Halo,” sapa Sindy saat menerima panggilan itu. “Halo, Bu. Ada seorang perempuan bernama Nada Hartanto, dia tadi mencari Michele.” Deg. Jantung Sindy seolah dihantam oleh beda keras. Bahkan saking terkejutnya Sindy sampai terlonjak dan bangkit dari kursinya. “Apa? Siapa? Nada Hartanto?” cecar Sindy dengan mata membulat
Read more

70. RUMAH SAKIT

Nada sedang mengemudikan mobil setelah mendapatkan telepon dari guru sekolah Deven. Dengan wajah yang panik Nada berusaha fokus dengan jalanan yang ada di hadapannya. “Ahhh!” desah Nada frustrasi, sambil menonjok kemudi. Di detik berikutnya Nada menekan klakson mobil. “Tolonglah, cepat minggir!” katanya dengan mata yang sudah berkaca. Dadanya pun terasa sangat sesak, setelah mendapat kabar kalau anaknya dilarikan ke rumah sakit. Dari tempat Nada berada, butuh waktu sekitar setengah jam untuk sampai ke rumah sakit tujuannya. Sedangkan kini jalanan juga penuh dan terasa sangat sesak. Nada hanya berharap orang-orang dengan berbaik hati memberikannya jalan. Atau pamannya bisa sampai lebih dulu di rumah sakit. Suara sirine ambulans terdengar dari belakang. Nada segera melirik pada kaca spion yang ada di atasnya. Dia langsung memberikan jalan pada ambulans tersebut. Dan seolah tidak ingin menghilangkan kesempatan, Nada langsung mengemudikan mobilnya tepat di belakang ambulans. Akhirnya
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status