Home / Romansa / Ustaz, Ayo Bercerai Saja! / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Ustaz, Ayo Bercerai Saja!: Chapter 21 - Chapter 30

49 Chapters

BAB 21 Tertampar, Terjungkal Fakta

Langkah kaki seorang laki-laki yang baru saja pulang dari masjid tergesa-gesa memasuki rumah. Hari ini Sufian akan pergi mengajar sangat pagi karena akan ada tamu yang menyebabkan semua guru di sekolah SMA Al Hidayah wajib hadir semua mengikuti upacara. Masih mengenakan setelan sarung dan baju muslimnya, Sufian menuju dapur untuk menyiapkan sarapan. Sejauh ini hubungannya dengan Sifa memang seperti dua orang asing yang hidup dalam satu atap. Matanya menyipit karena kotak bekal makanan yang sudah tersedia di meja. Sufian membuka kotak itu dan tersenyum melihat isinya. Ada dua potong roti lapis dan sekotak minuman yang dirinya sangat minati. Sufian menengokkan kepala ke arah pintu kamar Sifa kemudian menggeleng pelan sembari tak bisa berhenti tersenyum. Hatinya terasa bahagia dengan ulah gadis itu pagi ini."Tumben dia nyiapin sarapan dan bekal," gumamnya lalu bergegas masuk kamar untuk bersiap. Pintu kamar Sufian terbuka bersamaan dengan pintu kamar Sifa. Dua orang itu keluar bersama
Read more

BAB 22 Kekanakan dan Egois

"Aku ... aku baru selesai mondok dan sekarang masih bingung mau lanjut kemana." Jawaban Sifa membuat kedua temannya membulatkan mata."Sepintar gini kamu bingung arah tujuan masa depan kamu, Fa? Ya ampun gak mungkin!" bantah Cia."Gimana kalau ikut kerja aja sama aku, kita ngekos bareng deh biar bayarannya irit karena jadi bertiga!" Ratih tertawa jail saat mengatakan itu.Sifa menyimpulkan senyum yang sulit sekali karena sudah menutupi kenyataan dirinya sudah menjadi istri orang. Sifa merasa tidak percaya diri jika harus jujur soal pernikahannya karena sampai saat ini pun dirinya belum merasakan manisnya ibadah dalam rumah tangga."Saranku ini ya, Fa, kamu bisa ambil kuliah tahun depan aja dan sekarang nyari dulu pengalaman yang banyak soalnya mumpung kita masih muda. Lagian mau apa lagi kalau nggak kerja?""Hm ... kamu sekarang tinggal di mana, Fa? Masih tinggal di pondok ya? Ngabdi gitu sama guru? Eh bentar kamu mondok di pesantren mana?" Runtutan pertanyaan itu bersumber dari Cia.
Read more

BAB 23 Cemburu

"Sudah cukup, aku mohon sudah cukup!" pinta Halima dengan tangan terangkat meminta laki-laki di hadapannya berhenti bicara. "Aku pikir kamu butuh Sifa sekarang, pulanglah atau setidaknya aku minta maaf, tolong pergi dari sini," pinta Halima dengan kedua tangan saling menangkup menandakan permohonan.Sufian merasa tersinggung dengan perlakuan yang diterimanya sehingga buru-buru beranjak dan pergi dari tempat tersebut. Ia tidak punya tujuan kemana akan pergi bahkan setelah melesat mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan tinggi. Ia sungguh prustrasi sekarang.Di rumah, Sifa sudah selesai menyiapkan makanan dan juga bersih-bersih rumah. Diliriknya jam dinding yang sudah menunjukkan hampir magrib, tapi ketika melihat ke luar jendela tidak tampak tanda-tanda Sufian pulang. Hatinya menjadi cemas tak kira sebab ia lagi-lagi tidak tahu kemana Sufian pergi. Kali ini ia menghubungi Sufian dengan perasaan takut yang besar."Halo?"Jantung Sifa berdegup tak santai. Gemuruhnya terasa sangat be
Read more

BAB 24 Tidur Bersama

Sufian berjalan dipapah oleh Sifa memasuki rumah mereka. Pak Maman sudah pamit pulang karena ada urusan dan karena Sifa berhasil meyakinkan jika ia bisa mengurus Sufian sendirian. Setelah duduk di sofa, laki-laki itu meminta air minum karena kehausan."Nah, minumnya!" Sifa memberikan sebotol air mineral yang sempat dibelinya tadi."Bukain dong kan aku masih sakit," rengek Sufian mendadak manja."Yang sakit kan kaki, emangnya Ustaz selama ini apa-apa pake kaki?" Sifa tak menghiraukan keinginan suaminya dan segera masuk kamar untuk menunaikan shalat magrib.Dengan perasaan sedikit lebih baik, Sufian tersenyum melihat botol di tangannya. Hatinya menjadi seperti dapat keberanian untuk mengakui bahwa ia menyukai Sifa mulai sekarang. Tidak, lebih tepatnya sejak Sifa memarahinya di rumah sakit. Gadis itu marah antara menahan cemas dan cemburu yang tercampur jadi satu.Ketika gadis itu kembali keluar dari kamarnya maka Sufian mulai aksi berlaga seolah manusia paling sakit di dunia. Sufian ses
Read more

BAB 25 Keinginan Istri Kecil

Sembari berteriak memanggil-manggil nama Sufian, Sifa juga terus mengetuk pintu kamar mandi dengan tidak santai. Jantungnya bahkan berdegup tak teratur sebab cemas yang menyerang sehabis mendengar suara debuman keras yang sumbernya dari kamar mandi."Aku gak apa-apa, Sifa!" seru laki-laki itu dari dalam."Beneran gak apa-apa? Barusan itu suara apa yang jatuh?" Sifa memekik tak percaya begitu saja."Bukan apa-apa, cuma ember penuh air yang tumpah karena kesenggol. Udah kamu tenang aja, aku bisa tangani ini sendirian!" Sifa mengembuskan napas lega, mengusap dadanya yang semula begitu sesak bahkan sulit menetralkan napas, lalu melangkah keluar untuk melanjutkan penyiapan sarapan di dapur. Gadis itu menatap nanar ke arah kompor yang lupa ia matikan sesaat akan menyusul suara dari kamar mandi. Ketika tutup panci dibuka, kepulan asap hitam dengan bau tak sedap tercium tajam ke rongga-rongga hidungnya."Ustaz Sufi pasti marah lihat masakan gosong ini," keluhnya lantas segera membersihkan se
Read more

BAB 26 MEMBUKA HATI

Sufian diam cukup lama dengan pandangan terpusat pada satu objek tak bergerak sebab pikirannya terus memutar mencari solusi. Pun di sampingnya, Sifa juga ikut larut dalam situasi saling diam karena dirinya juga bingung harus menyertakan alasan apa lagi sedangkan Sufian sudah melarangnya berhenti bicara. Dengan gerakan tangan yang perlahan, Sifa menyentuh lengan suaminya supaya berhenti melamun.Laki-laki itu menoleh hampir terkejut lalu menautkan kedua alis sebagai bentuk pertanyaan. Sifa menggeleng cemas karena rasa bersalah perlahan menyergap hati serta pikirannya. Ia merasa tidak tahu diri sudah membuat Sufian yang sedang sakit akibat kecelakaan malah semakin bertambah beban pikiran."Biar aku pikirkan lagi dulu," kata Sufian hendak mencegah Sifa untuk bicara lagi."Kali ini aku minta maaf! Aku terlalu egois, tapi Ustaz Sufi jangan bersikap begini, aku jadi gak tega lihatnya!" jawab Sifa bernada menekankan."Sifa, kalau kamu sembunyikan identitas pernikahan kita dari temen-temen ka
Read more

BAB 27 Sufian Ingin

Sifa sudah mengatakan statusnya sebagai istri seorang laki-laki baik, tapi ia tak mengatakan kalau suaminya itu adalah putra kiai di pondoknya dulu. Bahkan gadis itu menceritakan pada teman-temannya bahwa pernikahan mereka didasari oleh restu kiai dan kedua keluarga, bukan sebab perjodohan tak jelas yang mana untuk mencari tahu akar alasannya pun harus sesulit yang tak terbayangkan.Sifa sudah seminggu bekerja di rumah makan sebagai koki junior karena memang dirinya yang pandai mengolah masakan. Sementara Ratih menjadi pramusaji dan Cia bekerja di sebelah rumah makan tempat kedua temannya bekerja sebagai staf kasir di kafe. Sejauh ini baik Ratih maupun Cia belum juga melihat wajah suami Sifa karena Sufian memang tak pernah mengantar istrinya sampai ke halaman rumah makan. Sekalipun pernah maka Sufian sengaja memakai masker, helm, serta jaket supaya wajahnya tak terekspos banyak.Pertama kali Sufian menjelaskan bahwa Sifa bekerja atas keinginannya mencari pengalaman maka Umi dan Abi me
Read more

BAB 28 Pak Atasan

Hari-hari Sifa betulan berubah setelah memutuskan mengabdikan diri menjadi istri yang baik untuk Sufian. Dalam kondisi tersebut, karirnya juga melenjit bahkan beberapa orang yang menjadi pengunjung restoran tempat ia bekerja sungguh ingin bertemu Sifa saking lezatnya menu masakan yang tersaji. Katanya ketika mencicipi masakan yang dimasak oleh Sifa maka rindunya pada kampung halaman terutama pada masakan ibu menjadi bertubi-tubi. Pun bagi yang semula tidak memikirkan apapun selain makan untuk membuat diri kenyang menjadi ingin lagi dan lagi datang.Atasan Sifa meminta bertemu saat jam pulang tiba. Sifa mendatangi laki-laki paruh baya seusia ayahnya dengan perasaan segan karena tidak biasanya ia dipanggil padahal orang-orang sejadwal dengannya sudah pulang. "Silakan duduk, Nak! Silakan!" titah pak atasan dengan ramah.Selepas mematuhi perintah tersebut, barulah Sifa mengetahui alasan dirinya dipanggil menghadap karena ingin dinaikkan jabatan menjadi seorang manager produksi. Sifa tida
Read more

BAB 29 Soal Cucu

"Umi kenapa repot-repot datang ke sini sendirian, padahal Sifa bisa ke rumah Umi kalau memang ada hal yang mendesak untuk dibicarakan," tegur Sifa setelah berhasil membimbing ibu mertuanya masuk dan duduk di sofa. Sufian juga ada di sana sehingga bertiga mereka berkumpul di ruang tamu sebab penasaran dengan tujuan datangnya Umi.Setelah mengelus puncak kepala Sifa dengan lembut, tanpa banyak bicara lagi Umi meraih tasnya dan tampak mencari sesuatu di dalam sana. Sifa menoleh pada Sufian sejenak untuk bertanya tapi laki-laki itu juga tidak tahu apa-apa sehingga hanya menjawab dengan gelengan kepala.Umi akhirnya menyodorkan dua buah kertas yang tersegel rapi dalam plastik bening. Sifa dan Sufian semakin bingung dibuatnya sehingga mereka saling bertatapan kembali untuk sesaat sebelum meraih masing-masing satu dari dua kertas di meja."Undangan? Sufian dan ...." Sifa tak sempat melanjutkan ucapannya sebab terlanjur terkejut dengan tulisan itu."Umi, ini semua Umi sendiri yang menyiapkan?
Read more

BAB 30 Omongan Pedas

Seperti yang sudah diketahui bersama bahwa Sifa selain sudah menjadi seorang manager produksi di rumah makan ternama milik Diono atau lebih akrab disapa Pak Atasan oleh semua orang, gadis itu juga selalu menjadi murid bagi Sufian di rumah. Sebenarnya ia pantas-pantas saja jika menerima tawaran Umi untuk membantu mengajar di pondok pesantren, tetapi mentalnya masih belum siap apalagi jika nanti harus mengajar teman-teman seusia dengannya atau justru yang berumur di atas dirinya. Sudah seminggu sejak kedatangan Umi ke rumah mereka saat itu, Sifa diyakinkan oleh Sufian bahwa tak akan ada yang menuntut segera dapat cucu dari pasangan itu sebab bukan Sufian satu-satunya putra kiai. Ada dua kakaknya yang sudah lebih awal menikah bahkan sekarang sudah memiliki dua bahkan tiga anak dari pernikahannya, jadi Sufian meminta istri kecilnya untuk tidak mengkhawatirkan hal tersebut. Lagi pula Sufian berjanji tak akan pernah mengganggu proses pertumbuhan karir istrinya yang sekarang sedang berada d
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status