Home / Romansa / Ustaz, Ayo Bercerai Saja! / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Ustaz, Ayo Bercerai Saja!: Chapter 31 - Chapter 40

49 Chapters

BAB 31 Aku Anak Kandung?

Sifa sudah mendapati Sufian di dapur sedang memasak sesuatu. Kaus lengan pendek polos lengkap dengan sarung di bagian bawahnya membuat Sifa agak sulit mengatur degup jantung supaya lebih teratur. Laki-laki itu menoleh sebentar saat Sifa menghampiri dengan mengasongkan kantong belanjaan yang barangkali ada sesuatu kebutuhan dari apa yang dibelinya."Aku pikir kamu belum bangun, Fa," ucap Sufian sekilas."Aku habis belanja ke depan, A. Aku ... aku mau nanya sesuatu boleh?" Ragu-ragu gadis itu mengajukan permintaan."Ada apa?" Sufian masih berkutat pada pekerjaannya."Aa beneran nggak apa-apa kalau kita berdua tunda punya anak?" Seketika itu raut wajah Sufian berubah heran. Untuk pertama kalinya Sifa menanyakan pendapatnya mengenai keseriusan rumah tangga yang mereka jalani dengan bersinggungan soal anak. Kompor dimatikan dan Sufian sudah menghadap sepenuhnya pada sosok perempuan yang berdiri di hadapannya sekarang. Tatapan mereka beradu dalam sekian menit sebelum Sifa menunduk sebab ta
Read more

BAB 32 Pahit

"Kita akan lakukan secara halus, jangan biarkan Sifa curiga dengan apa yang kita juangkan selama ini. Selama ini bahkan dia sudah mendapat kasih sayang yang agak kurang masuk akal jika diberikan oleh mertua, jangan sampai dia menyadari sebelum waktunya. Dia pasti akan tahu seiring berjalannya waktu." Abi menjelaskan kecemasannya.Hati Sifa terasa mencelos atas apa yang didengar barusan. Peduli amat soal tata krama adab-adaban di rumah tersebut, yang pasti saat ini pikirannya mendadak gelap serta tak dapat diajak berpikir jernih. Di ruang keluarga, kiai dan istrinya sedang membicarakan strategi supaya Sifa mau meninggalkan pekerjaan di rumah makan dan kembali ke lingkungan pesantren. Semua pembicaraan itu berhasil didengar oleh orang yang sedang dibicarakan. Sifa meneteskan air tanpa aba-aba ketika kalimat-kalimat yang terdengar semakin menjelaskan bahwa ia sebenarnya adalah putri kandung dari kiai dan umi. Namun bagaimana bisa? Ada apa sebenarnya selama ini?"Abi pikirkan dulu bagaima
Read more

BAB 33 Tidur Bersama

Sufian dan Sifa makan malam bersama di rumah. Tadi saat Sufian pulang, Sifa menjelaskan alasan matanya sembab dengan dalih sengaja menonton film berujung sedih dalam ponsel saking bosan diam di rumah. Setelah mendengar penjelasan Umi tadi, Sifa memutuskan langsung pulang saja tanpa menemui suaminya. Ia mengirim pesan singkat melalui ponsel bahwa berkas yang diminta sudah dirinya berikan pada Umi. Sufian tak banyak protes tetapi hanya mengingatkan supaya istrinya tidak kecanduan menonton film sedih. Lama-lama Sufian juga akan ikut prihatin melihat betapa sembabnya mata sang istri.Mereka menghabiskan makan malam dalam diam bahkan diam-diam pula Sifa mengamati Sufian yang menundukkan kepala saat menyuapi mulutnya dengan suapan makanan. Gadis itu kembali ingat kalimat-kalimat yang dilontarkan Umi sehingga kembali matanya memanas. "Hei, Fa! Kok masih aja nangis sih?" tegur Sufian tak terima. "Ah ... nggak kok, A, Aku masih agak kepikiran sama ending filmnya aja, aku masih kebawa perasaa
Read more

BAB 34 Bangga Memilikinya

Sifa keluar dari kamar mandi di kamar Sufian untuk pertama kalinya sejak delapan bulan menikah. Tadinya ia ingin memakai kamar mandi di kamarnya saja, tapi saat ini Sifa merasa ingin tergabung dengan laki-laki itu. Sufian masih berdiri di hadapan cermin sembari mengancingkan kemeja koko yang hendak dipakainya untuk berangkat ke masjid kala istrinya keluar dari kamar mandi tanpa berjilbab. Lima belas menit lagi azan subuh memang akan berkumandang.Rambut laki-laki itu masih dibiarkan berantakan belum disisir. Ketika Sifa hendak keluar dari kamar itu untuk kembali ke kamarnya, Sufian mencegah dengan memanggilnya. Sifa masih tak berani menatap Sufian meski semalam ia sudah sangat lancang memeluk laki-laki itu lebih dulu. Kali ini, Sufian lah yang dengan lancang memeluk perempuan itu meski tahu hal tersebut membuat wudu keduanya batal."Aa!" Sempat protes karena pengap oleh pelukan yang erat, tapi kemudian Sifa terdiam juga saat Sufian melonggarkan pelukan lalu menatapnya teduh."Terima
Read more

BAB 35 Perempuan Baik Itu

Halima benar datang menemui Umi yang dengan tenang masih duduk di teras rumah sendirian menunggunya. Sontak saja Halima membulatkan mata tak santai saat Umi justru berdiri ketika menyadarinya sudah datang. Halima menjadi kikuk tak kentara. Setelah dipersilakan duduk di kursi di sampingnya, Halima patuh dengan wajah masih memerah karena sungkan."Jadi Umi, ini Halima sudah bawa laporan keuangannya dari kas para santri putri karena kan dipisah pengurus baik santri putri dan santri putra. Kalau Umi gak keberatan biar Halima kirim pesan di grup pengurus supaya Ustaz Riza yang pegang keuangan santri putra datang menghadap Umi juga?" Halima langsung menjelaskan."Gak perlu, Neng, Umi cuma ingin bincang-bincang sedikit dengan Neng Halima," tolak Umi."Oh ... iya Umi boleh, soal apa?" Lagi-lagi Halima ingin mengutuk diri karena bertanya. Sudah jelas Umi akan bicara tentang keuangan! "Soal ... hubungan kamu dengan Sufian."Deg! Wajah perempuan cantik itu menjadi putih pucat bahkan buku di tan
Read more

BAB 36 Puncak Acara

Acara yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Di sebuah gedung beruangan luas, berhias bunga-bunga indah, sepasang pengantin terlihat anggun duduk di kursi pelaminan yang dihias sedemikian mewah. Di sisi kiri Umi dan Abi duduk mendampingi Sufian dengan pakaian setelan senada sementara di sisi kanan Bapak dan Ibu mendampingi Sifa dengan pakaian yang juga senada. Sejak tadi pengantin itu terus saja duduk sesekali berdiri untuk menghormati tamu yang datang untuk memberikan doa restu. Sifa tampak malu-malu menatap banyaknya tamu yang hadir di acara yang katanya sederhana itu. Raut bahagia tampak sangat di wajah Sufian apalagi ketika teman-teman kuliahnya datang, tapi raut wajah Sifa berubah tegang saat Halima berdiri di barisan teman-teman kuliahnya Sufian.Menyadari perubahan ekspresi perempuan pendampingnya, Sufian menggenggam erat tangan mungil itu lalu tersenyum menguatkan. Mata teduhnya menatap dalam, seolah sedang menerawang pikiran Sifa dan berkata bahwa semuanya akan baik-baik saja. B
Read more

BAB 37 Istri Yang Manis

Sifa memasuki kamar tidurnya untuk mencari pakaian ganti. Matanya membelalak saat melihat kondisi dari kamarnya yang sudah disulap menjadi sebuah tempat penuh buku dan kitab yang berjajar rapi di rak. Di bawahnya juga terhampar karpet dan beberapa sejadah yang terlipat rapi. Sifa sungguh tak percaya jika perkataan suaminya benar terjadi.Suara orang berdeham diikuti aroma maskulin farpum cowok seketika saja membuat dada Sifa bergemuruh. Ia merasakan seseorang sudah berada tepat di belakangnya sehingga jika berniat membalik tubuh maka sudah pasti ia akan langsung berhadapan dengan laki-laki itu. Sifa berusaha mengendalikan deru nafas beserta gemuruh jantungnya dengan terus menghela berat."Gimana, Sayang, bagus kan ruangan buat me time kita?" Sebelah tangan Sufian tiba-tiba menempel di bahu Sifa. Perempuan itu sempat bergeser sedikit tapi Sufian tak membiarkan dan kembali menariknya sehingga kini dua orang itu sudah berdiri sejajar, berdekatan, dan menempel sebab rangkulan laki-laki ya
Read more

BAB 38 Anak Laki-Laki Cerewet

Sudah lebih lama pernikahan Sifa bertahan dengan kian manis serta indahnya sebab Sufian benar-benar mempraktikan apa saja hal yang pantas diperlakukan kepada istri kecilnya itu. Ilmu, akhlak, dan adab sungguh membuat kehidupan mereka bahagia bahkan meski tanpa gemerlap kemewahan yang begitu banyak. Sejauh ini Sifa masihlah bekerja dengan Ratih, pun Sufian masih bekerja sebagai pengurus pondok dan sekolah Al Hidayah sambil sesekali mengisi kajian di beberapa tempat yang memang dirinya diundang. Kadang, Sufian juga berangkat mendampingi Abi jika mengisi kajian atau pertemuan dalam majlis.Menjalani kesibukan sebagai seorang karyawan dan mahasiswa, Sifa juga tak melupakan kewajibannya untuk selalu menuntut ilmu agama. Tak jarang di rumah ia mengakhirkan waktu istirahat hanya untuk mengkaji ilmu agama dengan suaminya. Tak hanya itu, mereka juga lebih sering mengobrol bahkan bercanda sebagaimana sahabat. Perkembangan hubungan mereka kian tampak apalagi dari cara menghormati satu sama lain
Read more

BAB 39 Oh Tidak!

Sifa membuka mata perlahan lantas menyadari kalau Sufian sudah tak ada di sampingnya. Perasaannya sudah cukup membaik daripada kemarin jadi ia bergegas membersihkan diri sebelum menemui sang suami yang entah sudah ada di mana. Langkahnya dituntun menuju dapur sebab tercium aroma masakan dari arah sana. Melihat Sifa sudah terbangun maka Sufian yang tengah memanaskan masakan semalam pun segera tersenyum menyambut."Pagi banget istriku bangun, katanya lagi haid?"Sifa tak berkata apa-apa karena dengan melihat Sufian masih ada di rumah saja dia sudah merasa lega. Sifa memilih duduk menyaksikan suaminya itu beraktivitas sendirian."Soal kemarin aku masih minta maaf loh, yaa ..." Laki-laki itu tersenyum menggoda kala mengingatkan.Sifa tak juga menjawab dengan kata-kata tapi pandangannya mulai terfokus pada laki-laki itu untuk mendengarkan barangkali ada penjelasan. Jika saja kemarin ia dapat kabar bahwa tidak akan dijemput maka tidak usah repot-repot lah dirinya menunggu di parkiran dengan
Read more

BAB 40 Bukan Anak Kiai

Sufian dan Sifa ada dalam perjalanan menuju rumah pak atasan. Mereka hendak hadir untuk undangan makan malam beserta niat untuk menyampaikan sedikit donasi dari keluarga tersebut kepada sekolah Al Hidayah yang melalui Sufian. Namun, pada kenyataannya bukan itu maksud sesungguhnya di balik undangan makan malam tersebut melainkan karena pak atasan sungguh yakin bahwa Sufian adalah orangnya.Selepas makan malam, mereka mengobrol di ruang tamu mengenai donasi. Untung saja ketika itu Alfin tidak ada sehingga Sifa merasa aman ada di sana. Saat itu pak atasan terus saja melihat ke bagian kepala Sufian, ke pecinya yang mana membuat Sifa heran bertanya-tanya serta menduga-duga barangkali pak atasan suka dengan peci suaminya? Atau apa?"Nak, boleh saya pinjam peci itu sebentar? Saya rasa itu peci yang bagus sekali, bikin saya mau mencoba sebentar di kepala saya ini apakah pantas?" Tawa pak atasan keluar bersamaan permintaan konyolnya.Baru lah Sifa mengangguk tenang karena ternyata dugaannya be
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status