Semua Bab Ustaz, Ayo Bercerai Saja!: Bab 11 - Bab 20

49 Bab

BAB 11 Misi Pengantin Baru

"Duduk saja dulu, ada yang mau saya bicarakan!" titah Sufian sementara dirinya berjalan menuju lemari untuk memilih baju. Sifa terduduk takut di sana tapi tak bisa menolak keinginan lelaki itu. Setelah mereka kembali duduk bersampingan, Sufian meminta Sifa tidak berpikir macam-macam. Lagi pula Sufian tak berniat menyakiti atau melakukan hal yang ditakutkan gadis itu."Tadi aku bicara dengan Abi, mengenai obrolan kita tadi pagi." Kalimat tersebut keluar dari mulut Sufian.Sifa hanya menundukkan kepalanya sebab malu sudah bertanya lancang mengenai hal itu. Namun, ia merasa berhak tahu apalagi setelah ia menyadari kalau Sufian sama sekali tak tahu perkara balas budi di balik pernikahan itu."Saya di sini sebagai orang yang akan menyampaikan kebenaran walau sebenarnya pahit. Abi bilang, keluargamu menyerahkan putrinya untuk dinikahkan denganku karena keluarga Abi sudah membiayai kamu sejak kecil." Sufian merasakan lidahnya kelu karena tatapan Sifa kali ini tampak menahan bulir bening yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-02
Baca selengkapnya

BAB 12 Rumah Mertua

Sufian dan Sifa melangkah bersampingan sore itu. Mereka hendak mengunjungi rumah kiai karena Abi terkhusus Umi ingin sekali melihat Sifa secara langsung pasca pernikahan berlangsung. Ya, meski sebenarnya Sufian sempat habis-habisan membujuk Sifa untuk mau datang ke sana. Sifa mengenakan gamis hitam saat itu, sama seperti warna kemeja yang dikenakan suaminya. "Ustaz, aku takut," ungkap Sifa ketika selangkah lagi mereka menuju gerbang masuk area rumah yang diapit oleh masjid dan pondok pesantren."Takut siapa? Takut dilihat Azam?" tebak Sufian.Sifa menunduk dan diam. Benar seperti yang dikatakan Sufian bahwa Sifa takut Azam akan melihatnya berjalan bersama lelaki yang tak lain adalah ustaznya sendiri. Sifa tak bisa bayangkan perasaan Azam nanti. Tiba-tiba saja Sufian meraih tangan Sifa untuk digenggamnya erat. "Gak usah takut. Bismillah saja," kata Sufian yang berhasil membuat Sifa kembali yakin.Keduanya berjalan kaki memasuki area rumah kiai yang berada di tengah-tengah pondok, lebi
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-03
Baca selengkapnya

BAB 13 Mesra Karena Dusta

"Salah satu saudari kita yaitu Sifa Nurul Azizah sudah boyong dari pesantren, saya harap kalian masih bersemangat belajar di sini terutama teman-teman dekatnya," ucap Halima sebagai kalimat pembuka sebelum mengajar para santri di malam hari itu.Dia baru kembali mengajar setelah terserang demam dua hari sehingga malam ketika kiai mengumumkan pernikahan Sufian maka dirinya tidak tahu. Sekarang dia sudah membuka lembaran kitab untuk dikaji bersama."Ustazah, tadi sore saya lihat Sifa bersama suaminya datang kemari!" seru seorang santri mengangkat tangan."Iya begitu? Dia tidak menemui saya kok, dia sudah menikah ya? Bukannya Sifa baru lulus dari sekolah?" Halima mendadak gelisah serta penasaran."Dia tadi langsung ke rumah kiai, Ustazah!""Meminta restu mungkin, ya?" tebak Halima lagi masih setengah tidak percaya."Iya, sekaligus saja mungkin bertemu mertua. Kelihatannya sekarang pun mereka menginap di sana.""Apa? Mertua siapa? Maksud kalian ini siapa yang menikah sih?" tanya Halima bi
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-04
Baca selengkapnya

BAB 14 Janji Sufian

"Jangan takut, aku ada di sini," ucap Sufian berusaha menenangkan gadis yang memeluk erat lengannya dan masih berdiri di belakangnya.Sufian tadinya hendak mengerjai gadis itu dengan dalih menakut-nakuti, tetapi Sifa justru takut secara betulan. Tidak ada momen menyenangkan bagi Sufian selain malam ini yang mana ia bisa merasakan kehadiran Sifa sangat dekat dengannya."Ustaz, barusan itu ada apa? Dan kenapa bisa mati lampu sih kan jadinya nyeremin gini!" gerutu Sifa masih dengan posisi di dekat Sufian bahkan dengan mata terpejam.Pegangan terhadap lengan lelaki itu mulai melonggar tetapi Sufian tak membiarkannya terjadi. Ia menarik Sifa untuk mendekap dalam pelukannya dan gadis itu hanya menurut tanpa curiga bahwa mati lampu hanyalah alasan di balik kejailan Sufian. Sufian terus mendekap tubuh Sifa tanpa mendengar komplain, sehingga ia tak ingin merusak momen dengan bertanya atau bicara. Hanya detak jantung yang bisa ia rasakan mulai mengencang."Astaghfirullah!" Sifa mendorong Sufian
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-05
Baca selengkapnya

Bab 15 Bulan Madu

Di meja makan keluarga kiai sedang menikmati sarapan. Sifa sebagai anggota keluarga baru juga sudah sangat menyiapkan diri sejak subuh dibantu Sufian agar yakin untuk percaya diri berkumpul dan melaksanakan sarapan bersama. Kiai rupanya begitu memperhatikan raut wajah menantunya yang murung sejak turun bergabung ke meja makan. Untuk itu kiai menghentikan beranjak tanpa menghabiskan alas yang Umi tambahkan."Loh, Bi? Mau kemana buru-buru?""Abi kurang enak badan, sepertinya istirahat sebentar bisa membantu. Sufian, selesai sarapan nanti temui abi di ruangan ya," titah kiai."Mau dibuatkan teh jahe sekarang, Bi?" tawar umi."Jangan, nanti saja."Beberapa menit selepas kiai bergegas, bahkan mungkin baru saja kiai tiba di pintu masuk ruangannya, Sufian sudah meneguk air minum tanda sarapannya juga selesai. Melihat itu tentu Sifa menjadi bingung, pasalnya isi piring ia masih cukup banyak serta tak mungkin harus pergi sebelum makanannya habis."Jangan buru-buru, aku mau nyusul abi siapa tah
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-06
Baca selengkapnya

BAB 16 Marah dan Rindu

Sifa bergegas mengambil pakaian kotor miliknya di kamar setiba di rumah. Akan tetapi Sufian melarangnya mencuci saat itu juga. Mereka belum menyediakan mesin cuci yang menyebabkan Sifa harus menggosok pakaian secara manual. Namun sebenarnya itu bukan masalah besar bagi Sifa, karena sudah terbiasa melakukannya selama tinggal di pondok."Duduk dulu, aku mau bicarakan hal penting!" ajak Sufian menepuk sofa di sampingnya.Sifa menaruh pakaian kotor di keranjang kemudian duduk di samping sang suami untuk mendengarkan pembicaraannya. "Aku bawa kabar baik buat kamu," tegur Sufian menyadari gurat kegelisahan di wajah Sifa sejak duduk di sampingnya."Kabar gembira? Ada apa? Apa kita akan bercerai?" Plak! Sufian menepuk dahi lalu menggelengkan kepala dengan sedikit tertekan. Selalu saja Sifa membahas perceraian."Maaf, Ustaz, terus kabar baik apa?" toyor gadis itu bertambah penasaran."Kamu mau kuliah kan?" tanya Sufian.Sifa memandang lelaki di sampingnya yang baru saja mengajukan pertanyaan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-07
Baca selengkapnya

BAB 17 Pasangan Keras Kepala

Setelah puas bercerita panjang lebar seharian mengenai kehidupan barunya kepada sang ibu, Sifa dapat merasakan sedikit perasaan lega. Gadis itu turun langsung ke dapur untuk ikut menyiapkan makan malam sembari menyambut para lelaki yang habis pulang dari masjid. Sesekali ia dibercandai oleh sang kakak ipar alias istrinya Taufik mengenai hubungan romantisme pernikahan."Ibu gak nyangka suamimu itu sangat memperlakukan kamu dengan lembut, kelihatan dari wajahnya sih dia begitu tegas!" ucap Ibu.Kakak ipar Sifa juga mengangguk menyetujui kalimat Ibu. "Dari wajahnya kelihatan tegas banget ya, bener kata Ibu."Sifa terkekeh pelan sembari terus memotongi sayuran. "Beliau memang tegas, Bu, Teh. Galak juga waktu aku masih jadi muridnya, sering dapat hukuman aku di pondok waktu itu. Hanya saja saat bersamaku di rumah sebagai suami, perilakunya berubah banget.""Bersyukur kamu, Nak," sahut Ibu.Sifa mengangguk saja. Ada rasa aneh tersirat dalam benaknya sebab kali ini timbul keraguan yang entah
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-08
Baca selengkapnya

BAB 18 Mantan

Sifa dan Sufian kembali ke rumah setelah melakukan perjalanan dari rumah orang tua Sifa. Mereka terlihat sudah seperti pasangan keluarga bahagia karena sehari semalam begitu dekat dan lebih sering berinteraksi meski hanya melalui obrolan kecil. Sementara di rumah itu mereka kembali menjadi saling kaku.Sufian langsung masuk kamar untuk membersihkan diri agar tak begitu gerah, sedangkan Sifa menuju dapur untuk menyiapkan kopi dan sedikit cemilan untuk suaminya. Sifa tidak menemukan gula di mana-mana sehingga ia ingat masih ada uang yang dimiliki dan cukup untuk membeli gula. Sifa bergegas menuju pintu kamar Sufian untuk meneriaki suaminya bahwa ia akan keluar sebentar."Bu, ada gula?" tanya Sifa saat sampai di toko seberang jalan tempat biasa ia membeli camilan. "Lagi kosong, Neng, coba ke warung di ujung sana tuh!" Sifa memandang warung yang membuatnya nonstalgia ke masa-masa menjadi santri. Sebenarnya warung itu sering dijadikan alasan untuk ia bisa bertemu Azam dan berbalas surat
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-09
Baca selengkapnya

BAB 19 Istri Kecil Hilang

Gadis berjilbab biru denim itu melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 04.00 sore. Sufian belum juga pulang setelah sebagian kemarahannya terluapkan tadi. Sifa melirik ke meja, tepat secangkir kopi yang sudah dingin beserta cemilan gorengan yang ia sengaja sediakan sejak empat jam yang lalu. Ia tahu kesalahannya dan hendak meminta maaf saat Sufian kembali, tapi lelaki itu justru pergi lama sekali sampai membuat dirinya nekat menelepon ke nomor Sufian.Untuk pertama kalinya ia berani menelepon Sufian, tangannya yang memegangi ponsel terasa gemetar serta berkeringat dingin. Gadis itu berjalan mondar mandir menunggu teleponnya dijawab, tetapi tidak juga. Hingga tiga panggilan ia langsungkan tapi tetap saja hasilnya nihil.Sifa lantas duduk dengan tidak nyaman di sofa, memandangi secangkir kopi yang membuatnya ingin berteriak memaki diri sendiri. Sifa tak percaya sudah melakukan kesalahan yang membuat suaminya pergi dari rumah dengan kondisi amarah yang tinggi."Apa aku telepon u
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-10
Baca selengkapnya

BAB 20 Membingungkan Gadisnya

Sufian masih memiliki satu ruangan yang tampaknya tidak masuk akal jika Sifa berada di sana. Meski begitu ia segera memeriksa dan seolah yakin jika Sifa bisa saja bersembunyi di garasi. Ketika pintu garasi dibuka, Sufian merasa sedikit lega bercampur marah. Gadis itu tertidur di mobil bagian kemudi seolah memang merencanakan semuanya.Matanya mengerjap ketika Sufian sengaja mengarahkan cahaya senter ponsel ke wajah gadis itu. Sifa kemudian turun dengan kondisi yang lemah karena masih merasa takut atas kemarahan Sufian serta nyawa yang belum sepenuhnya berkumpul."Kenapa kamu tinggal di sini?" Maksud Sufian ialah mengapa Sifa tinggal di garasi."Karena aku ikut Ustaz, tentu saja. Apa aku harus pulang ke rumah ibu setelah Ustaz memutuskan untuk mentalak aku karena kesalahan tadi itu?" Sifa merasa kantuknya sekejap hilang."Aku tanya sekali lagi, kenapa kamu malah tidur di mobil sini? Kamu tahu, aku cari kemana-mana dan kenapa HP ini kamu tinggal di dapur? Kenapa kamu nggak tidur di kama
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-11
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status