Share

BAB 29 Soal Cucu

Penulis: Layls
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-20 21:35:05

"Umi kenapa repot-repot datang ke sini sendirian, padahal Sifa bisa ke rumah Umi kalau memang ada hal yang mendesak untuk dibicarakan," tegur Sifa setelah berhasil membimbing ibu mertuanya masuk dan duduk di sofa. Sufian juga ada di sana sehingga bertiga mereka berkumpul di ruang tamu sebab penasaran dengan tujuan datangnya Umi.

Setelah mengelus puncak kepala Sifa dengan lembut, tanpa banyak bicara lagi Umi meraih tasnya dan tampak mencari sesuatu di dalam sana. Sifa menoleh pada Sufian sejenak untuk bertanya tapi laki-laki itu juga tidak tahu apa-apa sehingga hanya menjawab dengan gelengan kepala.

Umi akhirnya menyodorkan dua buah kertas yang tersegel rapi dalam plastik bening. Sifa dan Sufian semakin bingung dibuatnya sehingga mereka saling bertatapan kembali untuk sesaat sebelum meraih masing-masing satu dari dua kertas di meja.

"Undangan? Sufian dan ...." Sifa tak sempat melanjutkan ucapannya sebab terlanjur terkejut dengan tulisan itu.

"Umi, ini semua Umi sendiri yang menyiapkan?
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ustaz, Ayo Bercerai Saja!   BAB 30 Omongan Pedas

    Seperti yang sudah diketahui bersama bahwa Sifa selain sudah menjadi seorang manager produksi di rumah makan ternama milik Diono atau lebih akrab disapa Pak Atasan oleh semua orang, gadis itu juga selalu menjadi murid bagi Sufian di rumah. Sebenarnya ia pantas-pantas saja jika menerima tawaran Umi untuk membantu mengajar di pondok pesantren, tetapi mentalnya masih belum siap apalagi jika nanti harus mengajar teman-teman seusia dengannya atau justru yang berumur di atas dirinya. Sudah seminggu sejak kedatangan Umi ke rumah mereka saat itu, Sifa diyakinkan oleh Sufian bahwa tak akan ada yang menuntut segera dapat cucu dari pasangan itu sebab bukan Sufian satu-satunya putra kiai. Ada dua kakaknya yang sudah lebih awal menikah bahkan sekarang sudah memiliki dua bahkan tiga anak dari pernikahannya, jadi Sufian meminta istri kecilnya untuk tidak mengkhawatirkan hal tersebut. Lagi pula Sufian berjanji tak akan pernah mengganggu proses pertumbuhan karir istrinya yang sekarang sedang berada d

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-21
  • Ustaz, Ayo Bercerai Saja!   BAB 31 Aku Anak Kandung?

    Sifa sudah mendapati Sufian di dapur sedang memasak sesuatu. Kaus lengan pendek polos lengkap dengan sarung di bagian bawahnya membuat Sifa agak sulit mengatur degup jantung supaya lebih teratur. Laki-laki itu menoleh sebentar saat Sifa menghampiri dengan mengasongkan kantong belanjaan yang barangkali ada sesuatu kebutuhan dari apa yang dibelinya."Aku pikir kamu belum bangun, Fa," ucap Sufian sekilas."Aku habis belanja ke depan, A. Aku ... aku mau nanya sesuatu boleh?" Ragu-ragu gadis itu mengajukan permintaan."Ada apa?" Sufian masih berkutat pada pekerjaannya."Aa beneran nggak apa-apa kalau kita berdua tunda punya anak?" Seketika itu raut wajah Sufian berubah heran. Untuk pertama kalinya Sifa menanyakan pendapatnya mengenai keseriusan rumah tangga yang mereka jalani dengan bersinggungan soal anak. Kompor dimatikan dan Sufian sudah menghadap sepenuhnya pada sosok perempuan yang berdiri di hadapannya sekarang. Tatapan mereka beradu dalam sekian menit sebelum Sifa menunduk sebab ta

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-22
  • Ustaz, Ayo Bercerai Saja!   BAB 32 Pahit

    "Kita akan lakukan secara halus, jangan biarkan Sifa curiga dengan apa yang kita juangkan selama ini. Selama ini bahkan dia sudah mendapat kasih sayang yang agak kurang masuk akal jika diberikan oleh mertua, jangan sampai dia menyadari sebelum waktunya. Dia pasti akan tahu seiring berjalannya waktu." Abi menjelaskan kecemasannya.Hati Sifa terasa mencelos atas apa yang didengar barusan. Peduli amat soal tata krama adab-adaban di rumah tersebut, yang pasti saat ini pikirannya mendadak gelap serta tak dapat diajak berpikir jernih. Di ruang keluarga, kiai dan istrinya sedang membicarakan strategi supaya Sifa mau meninggalkan pekerjaan di rumah makan dan kembali ke lingkungan pesantren. Semua pembicaraan itu berhasil didengar oleh orang yang sedang dibicarakan. Sifa meneteskan air tanpa aba-aba ketika kalimat-kalimat yang terdengar semakin menjelaskan bahwa ia sebenarnya adalah putri kandung dari kiai dan umi. Namun bagaimana bisa? Ada apa sebenarnya selama ini?"Abi pikirkan dulu bagaima

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-23
  • Ustaz, Ayo Bercerai Saja!   BAB 33 Tidur Bersama

    Sufian dan Sifa makan malam bersama di rumah. Tadi saat Sufian pulang, Sifa menjelaskan alasan matanya sembab dengan dalih sengaja menonton film berujung sedih dalam ponsel saking bosan diam di rumah. Setelah mendengar penjelasan Umi tadi, Sifa memutuskan langsung pulang saja tanpa menemui suaminya. Ia mengirim pesan singkat melalui ponsel bahwa berkas yang diminta sudah dirinya berikan pada Umi. Sufian tak banyak protes tetapi hanya mengingatkan supaya istrinya tidak kecanduan menonton film sedih. Lama-lama Sufian juga akan ikut prihatin melihat betapa sembabnya mata sang istri.Mereka menghabiskan makan malam dalam diam bahkan diam-diam pula Sifa mengamati Sufian yang menundukkan kepala saat menyuapi mulutnya dengan suapan makanan. Gadis itu kembali ingat kalimat-kalimat yang dilontarkan Umi sehingga kembali matanya memanas. "Hei, Fa! Kok masih aja nangis sih?" tegur Sufian tak terima. "Ah ... nggak kok, A, Aku masih agak kepikiran sama ending filmnya aja, aku masih kebawa perasaa

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-24
  • Ustaz, Ayo Bercerai Saja!   BAB 34 Bangga Memilikinya

    Sifa keluar dari kamar mandi di kamar Sufian untuk pertama kalinya sejak delapan bulan menikah. Tadinya ia ingin memakai kamar mandi di kamarnya saja, tapi saat ini Sifa merasa ingin tergabung dengan laki-laki itu. Sufian masih berdiri di hadapan cermin sembari mengancingkan kemeja koko yang hendak dipakainya untuk berangkat ke masjid kala istrinya keluar dari kamar mandi tanpa berjilbab. Lima belas menit lagi azan subuh memang akan berkumandang.Rambut laki-laki itu masih dibiarkan berantakan belum disisir. Ketika Sifa hendak keluar dari kamar itu untuk kembali ke kamarnya, Sufian mencegah dengan memanggilnya. Sifa masih tak berani menatap Sufian meski semalam ia sudah sangat lancang memeluk laki-laki itu lebih dulu. Kali ini, Sufian lah yang dengan lancang memeluk perempuan itu meski tahu hal tersebut membuat wudu keduanya batal."Aa!" Sempat protes karena pengap oleh pelukan yang erat, tapi kemudian Sifa terdiam juga saat Sufian melonggarkan pelukan lalu menatapnya teduh."Terima

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-25
  • Ustaz, Ayo Bercerai Saja!   BAB 35 Perempuan Baik Itu

    Halima benar datang menemui Umi yang dengan tenang masih duduk di teras rumah sendirian menunggunya. Sontak saja Halima membulatkan mata tak santai saat Umi justru berdiri ketika menyadarinya sudah datang. Halima menjadi kikuk tak kentara. Setelah dipersilakan duduk di kursi di sampingnya, Halima patuh dengan wajah masih memerah karena sungkan."Jadi Umi, ini Halima sudah bawa laporan keuangannya dari kas para santri putri karena kan dipisah pengurus baik santri putri dan santri putra. Kalau Umi gak keberatan biar Halima kirim pesan di grup pengurus supaya Ustaz Riza yang pegang keuangan santri putra datang menghadap Umi juga?" Halima langsung menjelaskan."Gak perlu, Neng, Umi cuma ingin bincang-bincang sedikit dengan Neng Halima," tolak Umi."Oh ... iya Umi boleh, soal apa?" Lagi-lagi Halima ingin mengutuk diri karena bertanya. Sudah jelas Umi akan bicara tentang keuangan! "Soal ... hubungan kamu dengan Sufian."Deg! Wajah perempuan cantik itu menjadi putih pucat bahkan buku di tan

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-25
  • Ustaz, Ayo Bercerai Saja!   BAB 36 Puncak Acara

    Acara yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Di sebuah gedung beruangan luas, berhias bunga-bunga indah, sepasang pengantin terlihat anggun duduk di kursi pelaminan yang dihias sedemikian mewah. Di sisi kiri Umi dan Abi duduk mendampingi Sufian dengan pakaian setelan senada sementara di sisi kanan Bapak dan Ibu mendampingi Sifa dengan pakaian yang juga senada. Sejak tadi pengantin itu terus saja duduk sesekali berdiri untuk menghormati tamu yang datang untuk memberikan doa restu. Sifa tampak malu-malu menatap banyaknya tamu yang hadir di acara yang katanya sederhana itu. Raut bahagia tampak sangat di wajah Sufian apalagi ketika teman-teman kuliahnya datang, tapi raut wajah Sifa berubah tegang saat Halima berdiri di barisan teman-teman kuliahnya Sufian.Menyadari perubahan ekspresi perempuan pendampingnya, Sufian menggenggam erat tangan mungil itu lalu tersenyum menguatkan. Mata teduhnya menatap dalam, seolah sedang menerawang pikiran Sifa dan berkata bahwa semuanya akan baik-baik saja. B

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-25
  • Ustaz, Ayo Bercerai Saja!   BAB 37 Istri Yang Manis

    Sifa memasuki kamar tidurnya untuk mencari pakaian ganti. Matanya membelalak saat melihat kondisi dari kamarnya yang sudah disulap menjadi sebuah tempat penuh buku dan kitab yang berjajar rapi di rak. Di bawahnya juga terhampar karpet dan beberapa sejadah yang terlipat rapi. Sifa sungguh tak percaya jika perkataan suaminya benar terjadi.Suara orang berdeham diikuti aroma maskulin farpum cowok seketika saja membuat dada Sifa bergemuruh. Ia merasakan seseorang sudah berada tepat di belakangnya sehingga jika berniat membalik tubuh maka sudah pasti ia akan langsung berhadapan dengan laki-laki itu. Sifa berusaha mengendalikan deru nafas beserta gemuruh jantungnya dengan terus menghela berat."Gimana, Sayang, bagus kan ruangan buat me time kita?" Sebelah tangan Sufian tiba-tiba menempel di bahu Sifa. Perempuan itu sempat bergeser sedikit tapi Sufian tak membiarkan dan kembali menariknya sehingga kini dua orang itu sudah berdiri sejajar, berdekatan, dan menempel sebab rangkulan laki-laki ya

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-26

Bab terbaru

  • Ustaz, Ayo Bercerai Saja!   BAB 49 Hati yang Ikhlas

    "Aku yang salah, aku yang salah, Sifa ... aku yang salah!" Azam menunduk dengan kedua tangan memegangi kepala. Betapa menyesal Azam sudah berusaha mempercayakan kehidupan perempuan tercintanya kepada seorang yang ternyata justru tidak berniat sungguh-sungguh membangun rumah tangga dengan baik. Azam kira Sufian ingin menjadi panutan terbaik tapi nyatanya harapan itu tiada."Seharusnya aku ikuti apa kata hatiku dulu, Sifa, seharusnya aku berusaha keras merebutmu dari tangan Ustaz Sufi, seharusnya aku percaya pada hatiku, seharusnya begitu!" Kedua mata laki-laki itu menyorot tajam ke arah meja, tiada objek yang ia sedang pandang sebab pandangannya ialah kosong. Amarah begitu tampak di kedua bola matanya.Azam tidak ingin mendengar Sifa bicara walau sebuah pembelaan atas pernikahan yang terjadi. Perempuan itu masih ada dalam hatinya, masih menjadi belahan jiwanya, maka saat ini yang diinginkan Azam hanya mencarikan jalan keluar agar masalah yang sedang menerpa Sifa segera menemukan akhir.

  • Ustaz, Ayo Bercerai Saja!   BAB 48 Cara Yang Salah

    Sifa menunduk selama turun dari tangga, ia sangat sadar kalau sekarang dirinya sedang dijadikan satu-satunya objek pandang bagi laki-laki bukan mahram yang sedang duduk di sofa. Tak perlu waktu lama, Sifa segera berdiri dan menatap laki-laki itu dengan berani. Sebenarnya ia terpaksa memberanikan diri.Azam ikut berdiri kala itu lantas menyerahkan sebuah amplop putih yang tak Sifa ketahui isinya. Namun, dalam benaknya langsung terpikir bahwa sepertinya ia dapat undangan pernikahan yang spesial. Ekslusif khusus untuknya seorang. "Aku tidak akan banyak bicara di sini, aku cukup tahu diri, aku juga tidak yakin kamu akan datang memenuhi undanganku itu, tapi aku harap kamu tidak terburu-buru dan melihatnya secara dengan pandangan yang baik. Jangan buang surat itu, aku mohon, sekali ini saja penuhi keinginanku walau untuk yang terakhir kalinya atau walau kamu tidak ikhlas. Sekali ini. Aku pamit sekarang, sudah terlanjur malam, istirahatlah."Ketika langkah laki-laki itu sudah memunggungi Si

  • Ustaz, Ayo Bercerai Saja!   BAB 47 Azam Akan Menikah

    Azam. Laki-laki itu mengerti akhirnya bahwa apa yang dikatakan Sufian itu bukan semata canda. Permata yang dipinjam sudah dikembalikan ialah Sifa. Sifa yang pernah menjadi permatanya dan tak disangka akan diijab kabul oleh guru sendiri. Azam hendak melangsungkan pernikahan karena keinginannya untuk melupakan Sifa. Deretan nama perempuan yang disuguhkan oleh orang tuanya di rumah membuat Azam bingung memilih karena yang dicari bukan lagi soal cantik tapi soal seberapa pandai ia membuatnya tertarik.Ketika seorang perempuan yang dikiranya akan mampu membuat hati Azam tertarik telah hadir, yang didapat justru adalah peluang untuk mendapatkan kembali versi asli dari yang diinginkan. Sifa Nurul Azizah. Sejak lama Azam dan Sifa selalu berbalas surat karena amat tertarik satu sama lain. Namun, surat yang terbalas rupanya tak menjamin akan membawa mereka ke pernikahan. Keduanya terpisah oleh perjodohan kala itu.Azam sebenarnya pernah beranikan diri meminta Sifa pada kiai, tapi belum sempat m

  • Ustaz, Ayo Bercerai Saja!   BAB 46 Berdamai

    Abi dan Umi setuju untuk menyembunyikan status Sifa yang sebenarnya dari publik. Mereka akan berupaya bersikap seolah menganggap Sifa sebagai menantu saja terutama di hadapan para santri yang mana tak ada yang tahu kebenaran bahwa Sifa adalah putri kandung mereka. Hari itu bahkan dua kakaknya datang untuk mendengarkan apa yang ingin kiai sampaikan tentang Sifa dan masalah yang menerpa. Dua kakaknya yang semula tidak percaya pun segera bergantian memberikan kalimat penguat untuk adik kecil mereka yang di usia belia sudah menjadi perempuan yang berpisah dari suami.Rutinitas Sifa di sana kian bertambah menyesuaikan seperti ikut membantu mengajar atau membantu para pengurus membuat dan menyiapkan suatu acara jika waktu kuliahnya sedang senggang. Sifa pun kian menjadi dekat dengan Halima yang mana tak tahu soal Sufian sebab sudah lama tak juga saling berhubungan. Halima percaya saja saat Sifa mengatakan kalau suaminya melanjutkan kuliah di luar negeri karena beberapa alasan dan masih seri

  • Ustaz, Ayo Bercerai Saja!   BAB 45 Undangan Setelah Cerai

    "Jangan pergi, Aa ...."Umi tiba-tiba mendorong tubuh Sufian yang mendekapnya hingga tubuh pemuda itu terdorong sepenuhnya ke belakang. Ia juga menarik Sifa agar tak mendekat pada laki-laki yang sudah bukan suaminya lagi. Sufian segera berdiri mengikuti Umi yang kini memandangnya marah. Sifa berusaha menenangkan Umi untuk tidak menyakiti Sufian, meski dirinya sangat hancur karena diceraikan tapi ternyata hati Umi jauh lebih hancur melihat putrinya disakiti oleh orang yang dianggap putranya sendiri."Dia tidak seperti orang berhati!" tegas Umi begitu marah."Jangan mengutuk apapun untuknya, Umi, jangan, aku mohon ...."Syukur momen menegangkan itu berakhir segera oleh hadirnya Abi yang menarik Sufian dari para perempuan di kamar itu yang terus saja menuntut. Abi meminta Sufian untuk segera berangkat saja meninggalkan tempat itu karena jika tetap tinggal maka semuanya tak akan pernah selesai. Setelah keluar dari kediaman kiai lantas baru beberapa langkah Sufian menjauh, sebuah derap lan

  • Ustaz, Ayo Bercerai Saja!   BAB 44 Pengharapan

    Sufian melangkah lebih dahulu dengan agak tergesa-gesa, di belakangnya Sifa mengikuti dengan kepala yang menunduk tak wajar seolah sepanjang jalan yang terpenting berada di bawah. Bekas tangis di matanya masih terlihat jelas sehingga Sufian lah yang meminta perempuan itu menunduk selama perjalanan agar tak ada siapapun yang menyadari lalu beranggapan aneh. Perih sekali hatinya ketika diminta berbohong seperti itu padahal Sifa ingin berteriak menjerit mengeluarkan bahwa apa yang sesungguhnya ia terima dari sang suami itu sangat menyakitkan.Kiai dan istri sedang sarapan di meja makan, sesekali terselip canda sehingga tawa pun pecah. Saat pintu terbuka dan melihat Sufian bersama putri mereka datang dengan raut wajah tak mengenakan, Umi beranjak menghampiri mereka di ruang tengah. Pun dengan Abi, dibantu tongkatnya yang kuat, kakinya ikut dilangkahkan meninggalkan meja makan. Dilihatnya Sufian yang sudah duduk itu berdiri sejenak karena kedatangan sang kiai."Ada apa ini, Yan?" Kiai men

  • Ustaz, Ayo Bercerai Saja!   BAB 43 Bercerai Saja

    Dengan bahasa yang begitu mudah dimengerti dan tidak terfokus pada kesalahan diri, Umi berhasil menjelaskan pada Sufian mengenai bertemunya mereka di panti asuhan kala itu. Lantas, dengan bahasa yang baik pula istrinya pak atasan menjelaskan dengan tangis yang berderai-derai bagaimana dahulu dirinya amat menyesal karena sudah menitipkan Sufian di panti asuhan ketimbang mengasuhnya langsung. Meski begitu tetap saja Umi memuji keberanian ibu kandung Sufian untuk menitipkan anaknya ketimbang harusa mengakhiri hidupnya.Dalam kasus kerumitan hubungan darah tersebut, Sifa yang merasa paling terpojok karena seolah-olah sengaja menyembunyikan semuanya dari Sufian supaya laki-laki itu tidak tahu apa-apa. Sedikitnya Sifa tertohok oleh ucapan Sufian yang mengatakan kalau ia bagai tak dianggap suami sebab apapun yang Sifa anggap penting tak pernah berusaha dibagi. Fakta sebesar itu pun Sifa simpan seorang diri.Selesai pertemuan itu diakhiri dengan pelukan dan salaman persaudaraan dengan harapan

  • Ustaz, Ayo Bercerai Saja!   BAB 42 Terlena Nafsu

    Sesuai permintaan pak atasan, Sifa sudah berhasil membawa Sufian untuk mampir makan di restoran keinginannya dengan alasan ingin rayakan perpisahan dengan dunia kerja. Sufian juga memaklumi bagaimana Sifa menceritakan amat sedihnya berpisah dengan orang-orang baik di tempat kerjanya. Tiba-tiba saja Sufian tersenyum ramah menyambut kedatangan pak atasan beserta istrinya yang berjalan ke arah meja mereka. Sifa pun segera menyarankan Sufian agar mereka bergabung saja untuk makan siang kali itu. Tiada kecurigaan dalam diri Sufian sehingga senang hati saja ia setuju.Menjelang makanan di piring Sufian habis, pak atasan memanggil namanya dengan sopan sebagaimana biasa. Sifa terlihat lebih gugup daripada kedua orang tua Sufian yang akan menjelaskan fakta di detik selanjutnya. Melihat sang istri agak murung, Sufian lekas menggenggam tangan perempuan itu lalu mengangguk sekilas seolah berkata bahwa semua akan baik-baik saja. Sifa tidak tahu harus dengan cara apa ia mengatakan kalau hari ini bu

  • Ustaz, Ayo Bercerai Saja!   BAB 41 Fakta Besar

    Sifa memasuki restoran sebagaimana biasa untuk bisa menjadi salah satu pekerja yang baik. Sebelum memulai semuanya ia lebih dahulu mengecek perlengkapan dapur, bahan baku produksi, dan juga kebersihan di sana. Setelah dirasa cukup baik maka ia hanya menatap kosong area dapur tersebut sembari menunggu yang lain datang. Ia berjanji akan merindukan suasana itu suatu saat nanti. Sekarang adalah hari terakhir Sifa bekerja di sana karena nanti saat jam istirahat maka ia akan menemui pak atasan untuk mengajukan surat pengunduran diri. Pekerjaannya sebagai mahasiswa kerap membuat Sifa kewalahan jika harus sambil bekerja juga, sebagaimana saran Sufian. Dirinya juga sudah meminta pendapat Ratih dan gadis itu pun menyarankan hal demikian sama dengan Sufian supaya berhenti saja bekerja.Hari ini Sifa habiskan semangatnya untuk bekerja, sebab ia tahu betul mulai besok tak akan pernah datang lagi ke tempat itu, tak akan bertemu teman kerjanya yang baik-baik, lalu perlahan pun ia akan tergantikan o

DMCA.com Protection Status