Keesokan hari, mentari menyapu pori-pori wajah Damian, menarik lelaki dari balik selimut itu untuk terbangun. Kedua tangan mengusap wajah, lalu meraih ponsel demi mengetahui waktu. Analog dalam benda pipih menunjukkan pukul setengah sembilan, Damian mengitari sekeliling ruangan dengan perhatian perlahan, namun tak ditemukan sang istri yang sudah membuatnya hampir gila semalam.Damian menarik tubuh dari selimut, duduk di tepi ranjang menurunkan kedua kaki. Otot-otot pada tubuh diregangkan olehnya, lalu berjalan mendekati pintu terbuka sedikit. Damian mengusap rambut ke arah belakang, terdengar suara berisik dan lekas ia menghampiri. Senyum diulas tampan, memeluk wanita yang tengah mempersiapkan makanan di dapur.“Aku mencarimu,” parau Damian manja, mencium sisi leher istrinya.“Tidurmu sangat nyenyak, aku tidak tega membangunkan. Segarkan dirimu lebih dulu, setelah itu kita makan.” Ines mengusap sisi wajah suaminya lembut, kemudian berbalik mengurai senyum. “Di depan ada paman, aku aka
Baca selengkapnya