Home / Pernikahan / Bangkitnya Istri yang Dibuang / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Bangkitnya Istri yang Dibuang: Chapter 111 - Chapter 120

130 Chapters

Setelah Dua Bulan

Tepat dua bulan setelah panggilan mereka saat itu, nyatanya benar pemikirannya Leonard tidak lagi memanggilnya saat itu. Awalnya seluruh panggilan dan pesan yang Kania berikan hanya diabaikan beberapa hari lamanya untuk kemudian nomor Leonard tidak bisa ia akses lagi. Selama beberapa minggu, Kania merasa hilang akal, ia tidak terima karena ia dicampakkan begitu saja oleh pria itu. Ia tidak terima karena Leonard menghilang begitu saja dari kehidupannya.Namun, Kania mencoba bersikap tegar, bukankah bukan sekali ini kehidupan cintanya menghilang begitu saja? Ada banyak hal yang harus ia pikirkan dibanding dengan kehidupan asmara yang selalu saja membuatnya kecewa.Semenjak itu, Kania sama sekali tidak tahu kabar Leonard. Ia hanya bisa mengetahui kabar pria itu dari informasi media sosial bahwa Leonard menjalankan perusahaan ayahnya di London saat ini, sedangkan perusahaannya yang berada di sini diserahkan kepada orang terpercaya mereka. Meski terkadang sulit, Kania mencoba menghapus seg
Read more

Apa Rindu?

Kania tertegun mendengar ucapan Sean. Sean memang memberikan pilihan yang baik untuknya, namun ia merasa ragu. Belum tentu jika Kania pergi ke London, Leonard mau menemuinya lagi. Ia sudah terlalu banyak kecewa, ia tidak inginsl semakin kecewa lagi.Kania menghela nafasnya, "Aku tahu ini penting bagimu Sean, tapi izinkan aku memikirkannya lagi." balas KaniaSean menghela nafasnya panjang mendengar ucapan Kania, "Baiklah jika kau berkata seperti itu, mau bagaimana lagi."Kania kemudian bangkit berdiri, "Aku akan mengabarimu secepatnya nanti."Sean mengangguk kecil, "Baiklah.""Sepertinya Devan sudah menyelesaikan puzzlenya, aku akan kembali pada Devan."Kania segera bergerak keluar dari ruang kerja Sean. Benar seperti dugaannya, puzzlenya memang sudah selesai."Sudah selesai, Nak?" Tanya Kania."Sudah Ma. Lihat bagus kan?"Kania mengangguk melihat hasil kerja Devan, "Kalau begitu ayo kita pulang."Devan balas mengangguk, ia menatap ke arah Catherine, "Nek, Devan pulang dulu.""Iya Say
Read more

Menyerah Saja

Kania mengangkat alisnya saat melihat nomor asing berada di layar ponselnya. Tatapan matanya terlihat bingung melihat nomor itu bukan berawalan dari angka 62, melainkan angka 44. Apa telepon ini berasal dari luar negeri?Kania segera mengangkat panggilan itu dengan ragu. Bagaimana jika panggilan ini adalah penipuan? Tapi meski merasa ragu, rasa penasaran mengalahkannya. Ia segera mengangkat panggilan itu lalu menempelkannya ke arah telinga."Hallo, ini siapa? Hallo? Siapa ini?" ucap Kania berulang-ulang. Kania mengangkat alisnya dengan bingung. Hanya ada suara nafas yang terdengar dari sebrang sana."Hallo... Jika tidak ada yang berbicara, akan saya tutup," ujarnya kembali saat tidak ada satupun sambutan yang keluar dari sana."Kania... Aku merindukanmu..."Nafas Kania seketika tertahan saat mendengar suara itu. Suara itu adalah suara yang menggetarkan hati dan perasaannya selama ini, suara itu... Suara yang sangat ia rindukan. Ini suara Leonard, Leonard yang dicintainya."Leon? Ini k
Read more

Sudah Seharusnya Usai?

"Aku akan membuang nomorku yang lama, Hannah. Carikan aku nomorr ponsel yang baru segera." ucap Leonard ke arah sekertarisnya. Hannah adalah sekertaris ayahnya dulu yang kini menjadi sekertarisnya.Hannah terlihat bingung mendengar ucapan Leonard yang cukup aneh, "Kenapa tiba-tiba ingin mengganti nomor, Pak?" Tanya Hannah bingung.Leonard terlihat menghela nafas, teringat akan kejadian semalam dimana ia malah menelepon Kania secara tiba-tiba. Lagipula kenapa ia masih menyimpan nomor Kania di sana hingga membuat tragedi seperti ini?"Tidak apa-apa, hanya ingin saja.""Apa ada penguntit yang menghubungi Bapak? Atau wartawan yang haus berita mengganggu Bapak?" tebak Hannah.Leonard terlihat merenung, mana mungkin ia memberitahu Hannah bahwa ia mengganti nomor hanya karena masalah asmara."Ya semacam itu," balas Leon singkat."Siapa Pa? Apa saya perlu membuatkan laporan ke pihak berwajib juga mengenai ini?"Leonard tercengang mendengar kesigapan Hannah, ia segera menggeleng dengan cepat,
Read more

Apa Ini Benar-Benar Kau?

"Saya Valerine, saya adalah penanggung jawab yang dipercayai oleh Pak Sean di sini. Anda Bu Kania, bukan?"Kania menghela nafasnya panjang mendengar pembicaraan Valerine yang memakai bahasa inggris untuk mereka berkomunikasi."Senang bertemu dengan Anda, Bu Valerine. Ya saya Kania dan ketiga orang ini adalah karyawan saya." Balas Kania dengan bahasa inggris yang tidak kalah fasihnya.Dewi, Lana dan juga Isa terlihat terperangah melihat situasi itu. Mereka tidak pernah menyangka bahwa atasannya bisa berbahasa asing dengan fasih sekali.Kania tersenyum dengan lebar, wajar jika karyawannya terlihat terheran-heran dengan kemampuannya ini. Kania mempelajari bahasa asing dengan diam-diam. Karena Leonard berasal dari London, Kania meminta Leonard untuk menyempurnakan tata bahasanya hingga Kania bisa berbicara dengan lancar seperti ini.Ya, seluruh keberhasilannya memang tidak pernah lepas dari andil Leonard, batin Kania."Untuk hari ini kita hanya akan sekedar berkenalan Bu Kania. Saya akan
Read more

Kebetulan?

Kania tidak mempercayai penglihatannya saat ini. Pria di hadapannya terlihat sangat rapuh seakan Leonard yang ia kenal sudah tidak ada lagi di sana. Kania menarik nafasnya panjang lalu bertanya dengan nada lirih, "Kau baik-baik saja?""Dimana dia?""Di sana Bu.""Astaga, Alden Syarakar! Kenapa kau mabuk-mabukan lagi?"Tepat saat Kania hendak menghampiri pria itu, Kania tersentak saat mendengar suara familiar yang sudah ia kenal sebelumnya. Bukankah ini... Bukankah ini suara Jasmine? Perasaan Kania seketika menjadi panik. Dengan cepat Kania mengangkat topi di jaketnya dengan cepat lalu berlalu pergi dari sana. Jasmine tidak boleh tahu bahwa ia berada di sini.Jasmine terlihat cukup heran melihat seseorang yang berada di hadapan Leonard cukup lama. Ia menghampiri pria itu lalu bertanya, "Kau mengenalnya?""Kania... Huhuhu Kania..."Tck! Jasmine berdecak dengan kuat saat mendengar gumaman Leonard untuk ke sekian kalinya."Hah... Lagi-lagi kau menyebut nama Kania padahal kita akan segera
Read more

Lupakan Saja Hubungan Kita

Leonard tidak mempercayai penglihatannya. Sesaat ia tertegun di tempat melihat siapa yang berada di hadapannya saat ini. Kania, wanita yang selalu ia rindukan sekaligus wanita yang coba ia lupakan, matanya mengerjap sempurna, jadi semalam bukanlah khayalan atau halusinasinya? Jadi semalam Kania benar-benar ada di sini? Bagaimana bisa?Kania terlihat mengulurkan tangannya, berusaha terlihat profesional."Salam kenal Pak Leonard, Pak Delon."Meski banyak pertanyaan yang mengganjal di dalam hatinya, Leonard segera menyambut uluran tangan itu.Tangan mereka yang dingin bersatu menjadikan sentuhan itu terasa hangat. Kania menarik nafasnya dengan susah payah lalu menarik tangannya dengan cepat. Melihat Leonard yang juga bungkam terhadap salam perkenalannya, sepertinya pria itu enggan menyebut bahwa mereka saling kenal. Entah kenapa ia merasa kecewa dengan fakta yang ia terima saat ini."Saya benar-benar antusias karena saya bisa bekerja sama dengan kalian, para pengusaha yang pernah berkanc
Read more

Kau Juga Sama Brengseknya

Kania hanya bisa terhenyak mendengar ucapan Leonard. Tidak percaya bahwa kata-kata yang menyakitkan dan dingin keluar dari mulut pria yang teramat memujanya. Kania mendengus, ia kemari memang untuk memastikan hubungan mereka dan juga perasaan Leonard, namun mendengar ucapan Leonard yang sedari tadi terus menyepelekannya membuat Kania merasa seluruh usahanya sia-sia."Aku tahu kau sedang dalam keadaan berduka dan kehidupanmu terasa sangat sulit sekarang, tapi bukankah ini sangat keterlaluan Leonard Elicaster?" sinis Kania. Hatinya terasa sangat sakit melihat Leonard kini, Leonard seolah membangun benteng yang cukup tinggi yang tidak lagi bisa ia sebrangi.Kania bangkit berdiri, ia sudah tahu semuanya, jadi untuk apa melanjutkan semua perbincangan mereka yang terasa sia-sia ini? Leonard sudah ingin membuangnya, apalagi yang bisa ia harapkan?"Brengsek. Nyatanya kau juga sama brengseknya dengan Sean." kata-kata umpatan seketika keluar dari mulut Kania, ia sudah tidak tahan lagi menghadap
Read more

Tidak Bisakah Kita Berhenti Saja?

"Bagaimana? Kau sudah tahu apa hubungan mereka?" Tanya Jasmine keesokan harinya kepada orang bayaran yang ia minta menjaga Leonard."Ya, saya sudah tahu tentang hubungan mereka. Sepertinya mereka terlibat dalam projek membuat brand pakaian negara asal mereka di sini, Bu.""Benarkah?""Ya, sepertinya begitu. Itu yang saya dengar dari beberapa staff di sana."Jasmine mengerutkan keningnya mendengar jawaban penjaga itu, bagaimanapun ia harus ikut andil dalam projek itu.Jasmine segera mengambil ponselnya kembali lalu menghubungi nomor Lauren."Aku punya rencana soal Kania, Tante." ujar Jasmine saat panggilan mereka akhirnya tersambung."Rencana apa, Sayang? Tante juga sudah mencari tahu ternyata Kania memang terlibat pekerjaan dengan Leonard.""Ya, aku juga sudah tahu. Karena itu Tante harus membantuku." ujar Jasmine dengan yakin."Apa yang harus Tante bantu, Sayang?""Buat aku menjadi bagian dari produk mereka. Aku harus mengawasi langsung bagaimana kehidupan pekerjaan mereka, Tante bis
Read more

Kembali Bertemu dengan Jasmine Maureen

Leonard berjalan ke ruangannya dengan langkah gontai. Makan malam keluarga semalam benar-benar menguras energinya. Lauren tetap bersikeras akan menikahkan dirinya dan juga Jasmine hingga membuat Leonard sama sekali tidak bisa berkutik. Orang tua yang ia miliki hanya tinggal Lauren seorang, ia tidak bisa membantah perkataan Lauren begitu saja setelah ayahnya baru saja meninggal beberapa pekan.Katanya ini juga demi memperbesar perusahaan. Leonard sungguh tidak mengerti, kenapa harus selalu ada pernikahan bisnis demi mengambil keuntungan seperti ini?Tok tok tokPintu ruangan Leonard seketika diketuk, Leonard segera mengangkat wajahnya saat melihat Hannah sekertarisnya masuk ke dalam ruangannya membawa beberapa berkas dan tablet di tangan. Leonard menarik nafasnya panjang lalu menghembuskannya seketika. Meski pikirannya sedang berantakan di dalam sana, pekerjaan tetap harus berjalan, bukan?Hannah terlihat mengulurkan tablet ke arahnya, "Saya sudah membuat proposal projek Pakaian Budaya
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status