Home / Pernikahan / TERTAWAN GODAAN CINTA / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of TERTAWAN GODAAN CINTA: Chapter 71 - Chapter 80

94 Chapters

Bab 71. Kecelakaan Maut

Beberapa waktu kemudian, Givari dan rombongannya sudah tiba di bandara. Langkahnya melambat saat ponsel dalam genggamannya bergetar. Ada sebuah panggilan masuk dari salah satu rekannya dari kepolisian wilayah Bali.Sejenak Givari mengernyit keheranan. Tumben sekali rekannya itu menelepon. Tanpa berpikir lagi, Givari langsung menerima panggilan itu.“Hallo, selamat siang Kombes Reyhan.” Givari menjawab ramah.“Selamat siang, Pak Givari. Saya ingin memberitahukan, putra Anda Ravindra Mahesa mengalami kecelakaan tunggal di jalan Tol Bali Mandara. Beliau Bersama dengan seorang wanita yang kini telah tewas dalam kecelakaan tersebut.” Kombes Reyhan menjelaskan dengan lugas.Givari mendadak mematung dengan ekspresi datar. Beberapa detik ia mencerna informasi tersebut.“Apa saya tidak salah dengar?” Givari mendadak pucat.“Tidak, Pak. Sekarang putra Anda sudah di bawa ke rumah sakit internasional. Keadaannya cukup kritis. Untuk keterangan lebih lanjutnya, kami tunggu kedatangan Anda di rumah
Read more

Bab 72. Mulai Terusik

“Gimana? Cocok kan lelaki itu sama Belva?” Cindy menaikkan sebelah alisnya, menatap Tigor yang malah terlihat masam.Tak ada sahutan dari pria itu. Cindy hanya tersenyum tipis. Sudah mengerti bagaimana perasaan Tigor saat ini.“Masih gantengan juga aku!” komentar Tigor sembari menyerahkan ponsel Cindy. “Jaman sekarang lelaki ganteng dan pintar itu banyak. Tapi yang setia itu jarang. Belum tentu lelaki itu bisa lebih baik daripada aku dalam mencintai!”Cindy tergelak dan kembali menimpal. “Rasa percaya diri kamu itu benar-benar tinggi. Aku salut! Tapi, aku rasa lelaki bernama Rizwan itu sepertinya juga memang menaruh perasaan sama Belva.”“Andaikan benar begitu, mereka gak pantas bersama. Lelaki itu kan sepupunya Ravin. Bisa saja Rizwan memiliki perangai yang sama dengan Ravin!” cibir Tigor sembari menyeringai.Cindy melengos dan mencebikkan bibir.“Kamu tuh negatif terus menilai orang! Walaupun mereka saudara, tapi belum tentu punya sifat yang sama. Yang sekandung aja kadang punya pan
Read more

73. Perempuan Cantik

Ia mendadak gelisah karena teringat pria itu. Namun, lagi-lagi Belva selalu menepis perasaan itu. Ada rasa ragu karena takut kembali berlabuh di hati yang salah. Itu sama saja akan membuka luka lama yang sangat menyakitkan.Keesokan paginya, Belva sudah tampak rapih dan segar. Ia menemui neneknya yang sudah menunggu di meja makan.“Bagaimana tidurnya? Enak dan nyaman, kan?” sapa hangat Oma Tarra.“Alhamdulillah nyenyak dan nyaman sekali. Ingat jaman kecil.” Belva terkekeh. Tentu saja ia bisa tidur dengan enak. Karena bebannya setiap malam kini sudah tidak ada.“Hari ini kegiatanmu apa saja, Nak?” tanya Oma Tarra di sela-sela sarapan.Mata Belva menerawang dan kemudian menjawab, “Niatnya hari ini aku mau ke pondok. Ketemu sama Hj. Idda. Aku udah buat janji sama beliau mau minta bantuan mengurus perizinan cabang butik baru.”Oma Tarra mengangguk. “Bagus itu. Oh ya, kenapa kamu tidak ajak sekretaris pribadimu itu? Bukankah ke manapun kamu pergi, dia harusnya ada bersamamu?”“Cindy aku tu
Read more

74. Merona

Belva tersenyum tipis. Ia tetap terlihat tenang dan santai. “Iya, Ravin mengalami kecelakaan. Dan, sebetulnya aku dan dia sudah bercerai.”Laila sontak melebarkan mata. Ia cukup terkejut mendengar pernyataan dari Belva.“Bercerai, Mbak? Aku gak salah dengar, kan?” Laila masih berekspresi serius.Belva mengangguk dan kemudian menghela napas perlahan. “Tepat dihari yang sama saat kecelakaan itu, kami resmi bercerai.”“Secepat itu kah kalian berpisah? Bukankah ... kalian itu menikah karena cinta dan aku pernah mendengar sekilas, kalau kalian itu memang sudah dekat sejak kecil?” Laila semakin dibuat penasaran.“Kami memang dekat sejak kecil. Tapi, pernikahan yang kami lalui kemarin, bukan atas dasar cinta.” Belva tersenyum manis menatap gadis disebelahnya yang tampak serius menyimak. “Kami melakukan kesalahan besar kemarin, yaitu bersandiwara dalam pernikahan itu.”Laila sempat bingung dengan kalimat terakhir. Tetapi ia sudah cukup dewasa untuk bisa mengerti maksud dari penjelasan Belva.
Read more

75. Hukuman

Givari dan Susan langsung bergegas menemui Ravin yang katanya sudah mulai siuman. Pria itu sudah mulai mengerjap. Bola matanya bergerak ke kiri dan kanan, bibirnya pun mulai bergerak memberikan respon.“Alhamdulillah, Ravin.” Susan menggenggam jemari putranya. Pria itu menoleh pada ibunya dengan sudut bibir yang terangkat perlahan. Ia menyunggingkan senyuman. Itu membuat Susan merasa sangat lega.“Ibu ....” Ravin berucap lirih, ada setitik buliran bening di sudut matanya. Susan menyeka air mata itu dan tersenyum dalam bibir yang bergetar menahan tangis.Givari pun merasa tenang melihatnya. Tak lama dokter memasuki ruangan itu dan memeriksa kembali keadaan pasiennya. Berdasarkan pemeriksaan, Ravin mulai berangsur membaik. Dokter pun akan melakukan pemeriksaan lebih mendetail pada bagian kepala. Khawatir ada bagian tertentu yang mengalami kerusakan pasca benturan hebat akibat kecelakaan itu.Beberapa saat kemudian, dokter sudah selesai melakukan berbagai rangkaian pemeriksaan. Givari da
Read more

76. Curi-Curi Pandang

“Alhamdulillah. Oma hanya takut kamu menolak membuka hati lagi dengan orang baru. Bagaimanapun kan kamu itu masih muda, masih 27 tahun. Masa depan masih panjang dan ... kamu mau menikah lagi kan nantinya?” Oma Tarra memicingkan mata.Belva tertawa kecil. “Doakan saja, Oma. Doakan agar aku berjodoh dengan seseorang yang baik. Baik secara agama dan hatinya.”“Aamiin. Kali ini, Oma nggak mau ikut campur soal pilihan hatimu. Siapapun, asalkan dia sholeh, baik hati, dan kamu cinta sama dia, insyaAllah Oma akan restui.” Oma memeluk Belva.“Terimakasih, Oma.”“Jadi, gimana projek butik barunya? Sudah sampai mana?” tanya Oma.“Aku hari ini baru mau ketemu sama Laila. Kebetulan aku konsultasi sama dia soal pembangunan dan arsitekturnya. Baru mau bahas gimana desain bangunan mentahannya dulu.” Belva berdiri lalu berpamitan.***Sementara itu di tempat lain, kiyai Rahman dan istrinya beserta Laila baru saja melihat rangkaian berita tentang Ravin. Mereka pun terlihat sangat prihatin dengan hal it
Read more

77. Tidak mungkin bersama

Sejenak Belva terdiam ketika gadis itu berkata demikian. Padahal sejauh ini, Belva berusaha menutup rapat-rapat kekagumannya pada pria itu pun sebaliknya. Tetapi ternyata menurut penilaian orang lain, kekaguman itu sudah terlihat jelas dan nyata. Hanya keduanya saja yang masih malu-malu.Belva menoleh pada pria itu yang sedang bersiap melajukan motornya. Rizwan menunggu Laila bermaksud agar gadis itu melaju lebih dulu.“Hati-hati di jalan, Laila.” Belva tersenyum. Hanya itu respon yang dapat ia berikan. Sementara Laila pun langsung membalas senyum dan menyalakan mesin motor kemudian melesat meninggalkan lokasi itu bersama dengan Rizwan yang menekan klakson tanda berpamitan.Belva masuk ke dalam mobil. Ia mengatur napas dan kembali merona saat teringat kejadian tadi. Apakah benar Rizwan memperhatikannya sedari tadi? Tapi kenapa? Belva sibuk sendiri dengan benaknya. Kadang merasa ge-er bahwa pria itu pun telah menyukainya.“Ya Allah ... ak
Read more

78. Memantapkan Niat

Aku mencintaimu. Sebab itu, aku bersedia ikut dengan keyakinanmu, Belva!” seru Tigor dengan eskpresi penuh keyakinan.Belva menghela napas perlahan. Meskipun ia masih belajar memperdalam ilmu agama, tetapi ada satu hal yang pernah ia ketahui. Ia pernah mendengar sebuah ceramah mengenai hukum seorang perempuan muslim menikahi pria yang tidak seiman.“Tidak bisa. Dalam agamaku, perempuan muslim haram menikah dengan pria non muslim. Kecuali sebaliknya. Kamu mau tau kenapa? Karena dalam agamaku, suami adalah imam, yang akan membimbing istrinya menuju surga. Suami yang akan menjadi nahkoda dalam kapal rumah tangga. Kalau seorang suami tidak memahami landasan agama, lalu bagaimana ia akan membimbing istri dan anak-anaknya?”Itu benar sekali. Bahkan hal itu sudah tertera dalam Al-Quran surah Al-Baqarah ayah 221 yang memiliki arti kurang lebih seperti: “Dan janganlah kamu menikahi orang-orang musyrik, sebelum mereka beriman.”“
Read more

79. Mendapat Restu

Rizwan bertemu dengan Givari. Mereka pun berbincang santai mengenai banyak hal. Terutama tentang rencana Rizwan yang akan membangun toko buku sekaligus membantu kiyai Rahman mengurus pondok pesantren.Givari terkagum sekali dengan keponakannya itu. Kadang terbesit dalam hatinya, ingin sekali memiliki putra yang seperti itu. Andaikan Ravin seperti Rizwan yang benar-benar sholeh dan terarah masa depannya.Akan tetapi dalam hidup ini, kadangkala kenyataan tak sejalan dengan harapan. Mungkin karena terlalu berharap banyak, akhirnya harus menelan kekecewaan.“Usia kamu sudah 28 tahun. Karir pun sudah bagus dan kamu sudah mapan. Sudah sepantasanya kamu menikah, Nak Rizwan. Apa sudah ada calon istrinya?” tanya Givari.Tentu saja, di negeri kita ini kalau ada seseorang yang sudah dewasa dan mapan, pasti akan berujung ditanya soal kapan menikah.Rizwan tersenyum lebar dan menjawab. “Aku juga sudah ada niatan untuk menikah. Tetapi, belum ad
Read more

80. Apakah masih trauma?

Keesokan paginya, Belva pun tampak sangat resah karena semenjak kedatangan Tigor ke kota itu tentu membuatnya banyak cemas. Khawatir Tigor akan nekat datang menemuinya di rumah dan membuat Oma Tarra pun jadi risih.Akhirnya Belva pun menceritakan semuanya pada Oma Tarra. Tentang perasaannya yang dulu pada Tigor hingga saat ini pria itu masih terus menginginkannya. Bahkan nekat menyusulnya ke daerah ini dan enggan menyerah meski Belva sudah berkali-kali menjelaskan.Sejenak, wanita tua itu termangu mendengarkan cerita dari sang cucu.“Soal cinta, memang tidak ada satu orang pun yang bisa mengendalikannya. Mau berbeda keyakinan atau apa pun itu, cinta tidak memandang tempat untuk berlabuh. Oma tidak menyalahkan perasaan kalian. Pun Tigor pun tidak bersalah karena telah mencintaimu. Hanya saja ... di sini kamu yang harus selalu bersikap tegas. Menolak dengan baik, dan tetap teguh pada keimanan.” Oma Tarra rupanya bisa dengan bijak menyikapi masalah Belv
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status