Semua Bab Terjerat Pernikahan Dengan CEO: Bab 31 - Bab 40

95 Bab

31. Kubangan Sesal

Elvano meraup kasar wajahnya setelah dihantam badai kehilangan atas kepergian Aneska. Ya, istri yang sama sekali tak pernah diinginkannya itu berhasil memutar balik dunianya hanya dalam waktu sekejap. Perasaan bersalah langsung menyelimuti hatinya. Dia bangkit dan meninggalkan kamar yang ditempati Aneska dalam kesendirian selama lima bulan itu dengan beban berat di pundak.Elvano membawa langkah beratnya menuju kamarnya sendiri, menghidupkan lampu, dan mengikis jarak dengan ranjang. Namun, langkah pria itu terhenti kala kakinya menginjak sesuatu. Dia menunduk dan memungut sebelum membentangkannya. Sekejap mata hatinya kembali perih melihat baju Aneska sudah koyak tak berbentuk.“Apa ini? Kenapa bisa robek begini?” tanya Elvano dengan dahi berkerut dalam.Pria itu mengempaskan tubuh lelahnya ke ranjang sambil terus menatap baju Aneska yang koyak. Dia menghela napas panjang, menunduk dalam sambil memejamkan mata dan berusaha untuk memutar kembali ingatan tentang kejadian semalam.Sa
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-01
Baca selengkapnya

32. Mencari Harap

“Anes memang enggak cerita apa-apa sama aku, Mas bule. Tapi dari sikap dan omongannya selama lima bulan ini, aku bisa menangkap bahwa ada sesuatu di antara kalian berdua. Anes memilih untuk menyimpan semuanya sendiri, alih-alih ngomong sama aku.”Elvano tak mampu lagi berkata-kata. Lidahnya kelu mendengar semua ucapan Mala. Dia menyugar rambut dan mengantuk-antukkan kepala ke sandaran kursi sambil memejamkan mata.“Meskipun aku sama Anes sudah temenan lama, tapi kita enggak mau ikut campur urusan pribadi kecuali salah satu di antara kita ngomong jujur.”Rasa penyesalan dan bersalah bergumul dalam dada Elvano hingga mencipta perih. Dia menggeleng lemah, menghalau semua sebah dalam hati. Namun, sesal makin erat mencengkeram dadanya.“Selama ini Anes selalu ceria seperti biasa, makanya agak kaget juga pas tahu dia pergi dari rumah. Tapi, syukurlah kalau begitu. Anes pasti punya alasan karena memilih untuk menyerah.”“Bisa tolong hubungi Anes dan tanyakan di mana dia sekarang?”“Maa
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-01
Baca selengkapnya

33. Satu Permintaan

“Halo, Vin. Ada apa?”Gavin terkejut mendengar suara Elvano. Spontan, dia mematikan panggilan dan menatap lekat Aneska yang tertidur pulas. Dia menghela napas berat dan meraup wajah ketika kalimat racauan terakhir yang diucapkan gadis itu kembali terngiang di telinga.“Sadar, Mas. Aku Anes bukan Zaya. Jangan ... sakiiit.”Dalam keadaan tidak sadar pun gadis itu masih sempat mengigau tentang perbuatan yang dilakukan suaminya. Sekarang Gavin tahu siapa yang telah membuat Aneska begitu terluka. Darahnya menggelegak seketika. Dadanya bergemuruh hebat dengan tangan terkepal erat. Amarah menguasai diri, tetapi langsung lindap karena ingat kondisi Aneska.“Enggak, aku enggak boleh gegabah. Sekarang yang terpenting sembuhkan Anes dulu, baru buat perhitungan sama Mas Elvan.”Gavin mengempaskan kasar tubuhnya ke kursi dan menengadah. Dia menyugar rambut dan mengembuskan napas kasar mengingat apa yang telah dilakukan sang kakak. Tepat saat itulah ponsel Gavin berdering nyaring. Dokter pria
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-02
Baca selengkapnya

34. Secercah Asa

“Bawa aku pergi dari sini, Mas. Aku mohon.”Meskipun lirih, Gavin masih bisa mendengar suara lemah Aneska. Dia bergeming sejenak sebelum terkejut melihat gadis yang ada dalam pelukannya tenggelam dalam kegelapan. Dengan perlahan, dokter pria itu membaringkan Aneska dan menyelimutinya. Dia tatap lekat wajah pucat gadis itu sebelum mengusap rambutnya.“Aku janji akan membawamu pergi dari sini, Nes. Ke mana pun kamu mau, aku akan mengantarmu.”Tepat saat itulah ponsel Gavin berdering nyaring. Melihat nama Viona yang terpampang di layar, dia menghela napas panjang sebelum menjawab panggilan.“Iya, Oma.”“Kamu enggak pulang lagi, Vin? Sudah tiga hari kamu nginep di rumah sakit, kamu baik-baik saja, kan?”“Gavin baik-baik saja, Oma. Jadwal makin padat, makanya daripada capek bolak-balik mendingan Gavin nginep di sini saja. Jangan bilang Oma kangen, ya?”Terdengar suara Viona terkekeh di seberang telepon. “Iya, Oma kangen sama kamu. Rasanya ada yang kurang kalau kamu enggak ada di rum
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-02
Baca selengkapnya

35. Pergi Membawa Luka

Elvano berdecih lirih sambil mengayun langkah mendekati orang yang sejak tadi menunggunya. Dia menghela napas panjang ketika sudah berdiri di depannya.“Kamu kenapa ke sini, Zaya? Bukankah ini sudah terlalu malam?”“Aku tahu, Mas. aku kangen sama kamu.” Mazaya mendekat dan langsung memeluk erat Elvano.Elvano bergeming. Jika biasanya pesona Mazaya begitu memabukkan, tetapi tidak kali itu. pria itu perlahan melerai pelukan dan menjauhkan tubuhnya dari wanita di depannya. Saat Mazaya akan mendekat, telapak tangan kanannya teracung.“Pulanglah, Zaya. Aku sangat lelah hari ini.”“Tapi, Mas. Aku kangen banget sama kamu. Sebentar saja aku di sini, ya?”“Enggak! Pulanglah sebelum aku memanggil satpam untuk menyeretmu keluar!”Mazaya mengentakkan kaki ke lantai sambil bersedekap. Dia mengerucutkan bibir sambil membuang pandangan. Namun, melihat sikap Elvano yang tetap dingin, Mazaya makin kesal.“Kamu kenapa, sih, Mas? Biasanya kamu senang kalau ketemu aku. Kenapa sekarang beda? Apa s
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-03
Baca selengkapnya

36. Berkubang Sesal

Gavin menyeringai mendengar permintaan Elvano. Dia menggeleng lemah dan bangkit dari ranjang, lantas berjalan ke sisi jendela dan menatap taman di mana terdapat air terjun buatan. Dokter pria itu menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan sebelum berbalik dan menatap Elvano yang masih bergeming.“Buat apa, Mas? Buat menyakitinya lagi, iya!”“Bukan, Vin. Aku mau minta maaf karena sudah memperlakukannya dengan buruk. Aku sungguh menyesal, Vin.”“Sayangnya hal itu tidak akan pernah terjadi, Mas.”“Apa maksudmu, Vin?”“Anes baru saja pergi meninggalkan rumah sakit tanpa sepengetahuanku. Dan entah di mana dia sekarang.”Gavin kembali menatap jendela, sedangkan Elvano meraup wajahnya kasar dan mengembuskan napas berat. Pria itu menunduk dengan selaksa penyesalan yang menembus jantungnya. Sesak kembali membebat rongga dadanya. Bahunya berguncang karena tak sanggup lagi menahan sebah dalam dada. Setetes air matanya luruh membasahi selimut yang dipakainya.“Ini semua salahku, Vi
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-03
Baca selengkapnya

37. Memulai Hidup Baru

Aneska sudah mematut diri di depan cermin di pagi buta dalam indekos Mala. Tampak jelas kedua mata yang bengkak karena terlalu banyak menangis. Pipinya sedikit tirus karena nafsu makannya berkurang jauh kala teringat peristiwa memilukan itu. Gadis itu kembali menunduk dengan air mata yang sudah luruh membasahi pipi.“Nes,” panggil Mala dari arah dapur. “Sarapan dulu, ya? Sebelum aku anterin kamu ke terminal.”Aneska bergegas menghapus air matanya sebelum menoleh dan tersenyum tipis. Lalu, mendekat ke arah ranjang dan duduk bersila menyambut dua piring nasi goreng yang diberikan Mala. Nasi goreng itu tampak masih mengepulkan asap.“Makan dulu, Nes. Buat asupan tenaga sebelum menempuh perjalanan jauh.”“Makasih, ya, La. Entah apa jadinya aku kalau enggak ada kamu.”“Jangan ngomong begitu, Nes. Kita, kan, sahabat selamanya. Kalau kamu bahagia, aku juga bahagia. Begitu juga sebaliknya. Jadi jangan sungkan, ya?”Aneska mengangguk sambil menyunggingkan senyum tipis. Lalu, perlahan men
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-03
Baca selengkapnya

38. Kejutan dari Mazaya

Elvano menelan ludah dengan susah payah setelah mendengar ucapan Viona. Dia melirik Gavin, tetapi hanya cebikan yang didapat. Dokter pria itu bahkan mengedikkan bahu sebelum mendekati Viona dan berdiri di sampingnya.“Gavin tinggal visite sama buka praktik dulu, ya, Oma. Nanti siang Gavin balik lagi ke sini. Mungkin ada yang mau disampaikan Mas Elvan ke Oma berdua saja.”Elvano melotot mendengar ucapan adiknya. Andai saja tidak sedang sakit dan terbaring lemah di brankar, ingin rasanya menghajar dokter pria itu karena telah membuatnya terjebak dalam situasi tak mengenakkan.Melihat wajah pucat Elvano, dokter pria itu terkekeh sebelum mengecup pipi Viona dan berlalu meninggalkan ruangan. Sepeninggal Gavin, Viona mengempaskan tubuh di kursi yang berada di samping brankar dan menatap lekat cucunya.“Jadi di mana Anes, Elvan?”Elvano menghela napas panjang, memejamkan mata sejenak karena sebah dalam dada, lalu menatap sang nenek yang masih setia menunggu jawabannya. Seberapa lama men
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-04
Baca selengkapnya

39. Terbongkar

“Mala? Baru juga aku mau ngasih kabar, kamu sudah duluan nelepon.”Terdengar Mala terkekeh di ujung telepon. “Kita, kan, sehati, Nes. Apa yang kamu rasain, pasti aku rasain juga. Jadi, sudah sampai ceritanya?”“Iya, barusan banget masuk kamar kos di deket toko kue Mbak Maisa.”“Syukurlah, Nes. Semoga kamu betah di sana, ya? Kalau nanti aku libur semesteran, diusahain main ke sana.”“Ditunggu, La. Bagaimana magangnya hari ini? Kuliahmu lancar, kan? Ehm, sudah ada kabar pembeli rumahku belum, ya, La?”“Sabar, Nes. Aku jawab yang mana dulu ini, hem?”Aneska terkekeh mendengar ucapan Mala. Lalu, bungkam sesaat dan mendengarkan jawaban Mala dari ujung telepon.“Magangnya lancar begitu juga sama kuliahnya. Untuk soal rumah, aku baru memasukkannya ke marketplace kemarin, Nes. Rencananya aku juga mau minta tolong teman buat masarin biar lebih banyak yang lihat dan baca.”“Makasih banyak, ya, La. Maaf aku cuma bisa ngerepotin kamu saja.”“Jangan begitu, Nes. Aku enggak ngerasa direpot
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-04
Baca selengkapnya

40. Usaha untuk Menemukanmu

Elvano membuka mata perlahan dan beringsut duduk. Namun, nyeri di bagian belakang kepala membuatnya mengerang kesakitan. Dia mengusap bagian yang sakit sambil menunduk dan memejamkan mata.“Apes, Van. Mereka kabur dan aku enggak berhasil mengejarnya.”Elvano mendongak dan menyipitkan mata merasakan nyeri yang masih terasa. Pria itu berdecih lirih saat melihat Zayn datang dan langsung berjongkok di hadapannya.“Kamu enggak apa-apa, kan? Perlu aku antar ke dokter?”Elvano menggeleng dan mencoba bangkit sebelum mengempaskan tubuhnya ke kursi bulat yang ada di ruangan itu. Pria dengan manik mata biru itu masih mencoba menetralisir sakit yang terasa mencengkeram erat.“Tunggu sebentar.”Elvano melirik Zayn yang beranjak ke lemari pendingin dan mengeluarkan sebotol minuman kaleng sebelum menempelkan pada tengkuknya.“Aaargh, sakit, Zayn!”Zayn tergelak sebelum ikut mengempaskan tubuh di kursi samping Elvano. Pria dengan potongan rambut cepak itu mengedarkan pandangan dan tertuju kep
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-05
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status