Share

39. Terbongkar

Penulis: Afnasya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-04 21:15:34

“Mala? Baru juga aku mau ngasih kabar, kamu sudah duluan nelepon.”

Terdengar Mala terkekeh di ujung telepon. “Kita, kan, sehati, Nes. Apa yang kamu rasain, pasti aku rasain juga. Jadi, sudah sampai ceritanya?”

“Iya, barusan banget masuk kamar kos di deket toko kue Mbak Maisa.”

“Syukurlah, Nes. Semoga kamu betah di sana, ya? Kalau nanti aku libur semesteran, diusahain main ke sana.”

“Ditunggu, La. Bagaimana magangnya hari ini? Kuliahmu lancar, kan? Ehm, sudah ada kabar pembeli rumahku belum, ya, La?”

“Sabar, Nes. Aku jawab yang mana dulu ini, hem?”

Aneska terkekeh mendengar ucapan Mala. Lalu, bungkam sesaat dan mendengarkan jawaban Mala dari ujung telepon.

“Magangnya lancar begitu juga sama kuliahnya. Untuk soal rumah, aku baru memasukkannya ke marketplace kemarin, Nes. Rencananya aku juga mau minta tolong teman buat masarin biar lebih banyak yang lihat dan baca.”

“Makasih banyak, ya, La. Maaf aku cuma bisa ngerepotin kamu saja.”

“Jangan begitu, Nes. Aku enggak ngerasa direpot
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Terjerat Pernikahan Dengan CEO   40. Usaha untuk Menemukanmu

    Elvano membuka mata perlahan dan beringsut duduk. Namun, nyeri di bagian belakang kepala membuatnya mengerang kesakitan. Dia mengusap bagian yang sakit sambil menunduk dan memejamkan mata.“Apes, Van. Mereka kabur dan aku enggak berhasil mengejarnya.”Elvano mendongak dan menyipitkan mata merasakan nyeri yang masih terasa. Pria itu berdecih lirih saat melihat Zayn datang dan langsung berjongkok di hadapannya.“Kamu enggak apa-apa, kan? Perlu aku antar ke dokter?”Elvano menggeleng dan mencoba bangkit sebelum mengempaskan tubuhnya ke kursi bulat yang ada di ruangan itu. Pria dengan manik mata biru itu masih mencoba menetralisir sakit yang terasa mencengkeram erat.“Tunggu sebentar.”Elvano melirik Zayn yang beranjak ke lemari pendingin dan mengeluarkan sebotol minuman kaleng sebelum menempelkan pada tengkuknya.“Aaargh, sakit, Zayn!”Zayn tergelak sebelum ikut mengempaskan tubuh di kursi samping Elvano. Pria dengan potongan rambut cepak itu mengedarkan pandangan dan tertuju kep

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-05
  • Terjerat Pernikahan Dengan CEO   41. Garis Dua

    Aneska mengelap mulut setelah memuntahkan sarapan yang menyentuh lambungnya tadi pagi. Dia bersandar kepada dinding kamar mandi dengan wajah memucat sebelum mengusap perut yang terasa mual. Sedetik kemudian, dia kembali memuntahkan isi perutnya.“Nes, kamu kenapa? Kamu enggak apa-apa, kan?” tanya Maisa dengan nada khawatir sambil mengetuk pintu kamar mandi.Aneska kembali mengelap mulut sebelum membuka pintu dan mengulas senyum. “Aku enggak apa-apa, kok, Mbak. Aku cuma mual karena nyium bau roti yang baru matang.”“Beneran enggak apa-apa, Nes. Muka kamu pucat banget, lho. Kalau sakit, mendingan pulang saja sekarang.”“Aku enggak apa-apa, kok, Mbak.”“Oke, tapi kalau kamu merasa enggak enak badan, kasih tahu, ya?”Aneska mengangguk dan kembali mengulas senyum, kemudian keluar kamar mandi dan membawa nampan berisi roti baru matang ke depan dan menatanya di etalase. Sekuat tenaga dia menahan mual yang terasa mengaduk-aduk perutnya. Berulang kali dia menutup mulut hingga keringat di

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-05
  • Terjerat Pernikahan Dengan CEO   42. Lahirnya Sang Penerus

    Elvano menatap nanar sertifikat rumah atas nama Andi dan segepok uang yang ada di mejanya. Dia meraup wajah dan berulang kali menghela napas panjang. Hatinya berdenyut nyeri berkali-kali lipat melihat besarnya pengorbanan yang telah dilakukan oleh Aneska. Pria itu memejamkan mata sejenak sambil memijat pangkal hidungnya sebelum bangkit dari duduk dan berjalan ke sisi jendela kaca.“Kamu di mana sebenarnya, Nes? Jangan buat aku makin merasa bersalah karena sikapmu ini.”Elvano bergeming di depan jendela kaca sambil meliarkan pandangan untuk menatap hamparan gedung pencakar langit. Mendengar suara ponsel berdering, dia menoleh dan berjalan mendekati meja untuk melihat siapa yang sudah meneleponnya. Melihat nama Zayn yang terpampang di layar, pria dengan manik mata biru itu bergegas menjawab panggilan.“Zayn, apa ada kabar tentang A ... siapa ini? Kenapa HP Zayn ada pada kamu?” tanya Elvano dengan dahi berkerut dalam.“Apa Anda teman pasien? Maaf saat ini pasien sedang dalam kondisi

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-06
  • Terjerat Pernikahan Dengan CEO   43. Alsaki Shankara Smith

    Suara tangis bayi langsung menggema memenuhi ruang tamu di kediaman Maisa. Sehari setelah melahirkan, Aneska memang diminta untuk sementara tinggal di rumah wanita itu. Gadis itu awalnya menolak, tetapi tak kuasa saat melihat wajah memelas Maisa.Maisa memang mendambakan hadirnya seorang anak di tengah rumah tangga bersama sang suami yang sudah terjalin selama bertahun-tahun lamanya, tetapi sampai sekarang keinginan itu belum terwujud. Sehingga saat Aneska melahirkan, batin Maisa meronta ingin ikut merawat bayi yang masih merah itu.“Jadi mau kamu kasih nama siapa, Nes?” tanya Maisa sambil menatap bayi lelaki yang terpejam dalam gendongannya.“Kemarin sempat cari nama dan ketemu, Mbak. Ehm, namanya Alsaki Shankara S ....”Maisa mengernyit heran mendengar ucapan Aneska yang menggantung. “Kenapa, Nes?”“Ah, enggak, Mbak. Namanya Alsaki Shankara.”“Bagus, Nes. Mbak boleh panggil dia Shanka?”Aneska mengangguk sambil tersenyum tipis mengiakan permintaan Maisa. Lelah yang mendera, p

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-06
  • Terjerat Pernikahan Dengan CEO   44. Berpisah Sementara Waktu

    Mala bergegas mengambil kantong plastik berisi beberapa perlengkapan bayi sebelum berlalu meninggalkan Elvano yang masih mematung di tempat.“Mala, tunggu!” seru Elvano setelah tersadar dari lamunan. Dia segera mendekati Mala dan berdiri di hadapannya. “Kalau boleh aku tahu kamu mau ke mana?”Mala mengernyit mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut pria di depannya. Dia menelisik Elvano dari atas hingga bawah sebelum memutuskan untuk menjawab pertanyaannya.“Aku mau pulang kampung, Mas. Mumpung libur semesteran juga. Ada apa, ya?”“Apa selama ini Anes masih menghubungimu, La?” Ada keraguan yang terpancar dari nada suara Elvano. Dia paham kalau seandainya Mala tahu keberadaan Aneska pun, tak mungkin memberi tahunya. Namun, tak bolehkah dia sedikit berharap kali ini. Sayangnya, Elvano harus menelan kecewa karena Mala menggeleng lemah.“Anes sudah tidak pernah menghubungiku, Mas. Nomornya juga sudah tidak aktif lagi. Maaf.”Elvano menghela napas panjang sebelum menyugar ram

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-07
  • Terjerat Pernikahan Dengan CEO   45. Merindumu Sampai Gila

    Aneska bergeming mendengar penuturan Mala tentang pertemuan singkatnya di stasiun dengan Elvano. dari keterangan yang didapat, wanita itu tahu bagaimana kondisi suaminya. Dalam hatinya bertanya-tanya apa yang telah terjadi kepada pria itu.“Apa Mazaya mengabaikan Mas Elvan? Tapi enggak mungkin. Bukankah mereka saling mencintai? Harusnya mereka lebih bahagia karena aku telah pergi dari kehidupan Mas Elvan. Tapi apa yang sudah terjadi pada mereka? Ah, kenapa aku harus memikirkan mereka? Toh, mereka bukan urusanku lagi.”“Nes ....”Aneska tergagap saat mendengar suara Mala yang disertai tepukan di lengannya. Dia tersenyum tipis sebelum membuang pandangan. Meskipun mencoba abai, nyatanya cerita Mala tentang Elvano mengganggu pikirannya. Jika boleh jujur, cinta itu masih tertinggal di salah satu sudut hatinya.Lima bulan bukan waktu yang singkat untuk mengenal dan mendalami cinta. Awalnya Aneska berusaha untuk melayani Elvano sepenuh hati tanpa melibatkan perasaan karena sadar posisiny

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-07
  • Terjerat Pernikahan Dengan CEO   46. Pertemuan Tak Disengaja

    “Tenang, Nes. Shanka cuma haus, mungkin kamu lama makanya dia nangis kejer.”Aneska menghela napas panjang karena lega semua pikiran buruknya tidak terbukti. Dia segera menerima Shanka dari tangan Maisa dan mendekapnya erat. Dia bahkan menyematkan kecupan di pipi bayi itu.Untuk sesaat, tangis bayi itu mereda. Aneska segera membuka kancing baju dan memberikan ASI kepada Shanka yang disambut dengan suka cita. Tampak bayi itu mengisap rakus sumber kehidupannya. Sisa isak tangisnya masih sesekali terdengar, membuat Aneska diperam lara. Dia langsung meraih tangan mungil sang anak dan menciumnya.“Maafin Bunda, Nak. Bunda niatnya cuma sebentar, ternyata mendadak mulas tadi perutnya.”“Lain kali bilang sama Mbak kalau Shanka mau kamu tinggal, Nes. Takutnya kayak gini lagi.”“Aku enggak enak, Mbak. Takut ganggu waktu istirahat Mbak.”Maisa menggeleng lemah sambil mengusap lengan Aneska. Lalu, tangannya beralih mengusap lembut kepala Shanka.“Mbak enggak akan merasa terganggu selama it

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-08
  • Terjerat Pernikahan Dengan CEO   47. Hubungan Darah

    Aneska segera berbalik dan berjalan dengan tergesa-gesa sambil menunduk, hingga tanpa sadar menabrak seseorang.“Eh, maaf. Saya enggak sengaja.”Aneska masih menunduk sambil mengusap lengannya karena gugup, kemudian segera melewati orang itu dengan setengah berlari. Namun, langkahnya terhenti saat ada orang yang mencekal lengannya.“Anes?”Aneska tersentak mendengar namanya dipanggil. Dia ragu mendongak, kemudian sepasang mata dengan manik mata berwarna cokelat sedang menyorotnya tajam. Namun, belum sempat membuka suara, orang itu segera menarik Aneska menjauhi kerumunan. “Lepaskan saya! Anda sepertinya salah orang! Tolong lepaskan saya!”Orang itu tak menggubris dan terus menyeret Aneska yang meronta dalam cekalannya. Lalu, di sinilah dia berada, di samping sebuah mobil berwarna putih bersama seorang pria yang terus menatapnya lekat sambil bersedekap.“Ke mana saja kamu, Nes?”“Maaf Anda sepertinya salah orang, Pak.”“Mana mungkin aku salah mengenali kamu, Nes.”Aneska seg

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-08

Bab terbaru

  • Terjerat Pernikahan Dengan CEO   95. Akhir Bahagia

    Kehidupan pernikahan Aneska dan Elvano makin penuh kehangatan usai semua halangan yang sempat menghadang menghilang. Tinggallah kebahagian yang tengah melingkupi. Shanka makin aktif dan pintar di sekolah, janin kembar yang ada dalam kandungan Aneska juga berkembang dengan baik dan sehat. Dua hal itu yang membuat Elvano makin menyayangi anak dan istrinya.Usai sembuh dari sakitnya dan pulih, Elvano kembali menyambangi perusahaan The Golden Grup dan mengawasi anak buahnya. Dia juga melebarkan usaha di beberapa bidang untuk menambah pundi-pundi rekeningnya.Hubungannya dengan berbagai relasi bisnis berjalan dengan baik, sehingga bisnis yang dijalankan Elvano mengalami kemajuan dengan pesat. Namun, dia tidak mau silau dengan semua kekayaan yang didapat. Pria itu selalu menyisihkan beberapa persen dari penghasilannya untuk diberikan kepada yang membutuhkan. Semua itu tak luput dari perhatian Aneska yang selalu mengingatkannya.“Aku sudah engagk punya orang tua lagi, Mas. Aku merasakan b

  • Terjerat Pernikahan Dengan CEO   94. Membaik

    Shanka kembali muntah dan membasahi ranjang. Dia menangis karena kerongkongannya sakit. Sambil menahan lemas di tubuh, dia menatap orang tuanya.“Enggak apa-apa, Sayang. Kita ke kamar mandi buat basuh tubuh kamu, ya? Biar Bunda yang bersihin ranjangnya.”Elvano memapah sang anak menuju kamar mandi untuk membilas tubuh dan menggantinya dengan baju yang bersih. Sementara, Aneska mengganti seprai dan segera membersihkannya. Lalu, membawa semua baju kotor itu ke tempat cuci sebelum kembali untuk melihat Shanka yang terbaring lemas di kamarnya.“Shanka bagaimana, Mas?”“Aku sudah memberi minyak angin dan mengurut punggungnya. Sepertinya sudah agak tenang. Mudah-mudahan dia bisa tidur setelah ini.”“Syukurlah kalau begitu.”Bertepatan dengan itu, terdengar suara pintu diketuk. Aneska menoleh dan mendapati Bi Minah sudah berdiri di ambang pintu. Wanita itu mendekat dan tersenyum.“Ada apa, Bi?”“Di bawah ada orang yang mau terapi Tuan, Nyonya.”“Makasih, ya, Bi. Tolong buatkan minum

  • Terjerat Pernikahan Dengan CEO   93. Kepergian Mazaya

    Mendung menggelayut manja di langit pagi itu. Udara dingin perlahan membekap dan menyeruak di antara para pelayat yang datang ke area pemakaman. Tak ada air mata yang tampak mengiringi kepergian seorang wanita berparas cantik itu. perlahan, rintik turun membasahi bumi, mengisyaratkan bagaimana kewsedihan tengah menyelimuti orang-orang yang menghadiri pemakamannya.Aneska menggamit erat lengan Elvano yang berdiri sambil berpegangan pada kruk. Kacamata htam yang bertengger di hidungnya, mengaburkan gurat kesedihan yang membayangi selama prosesi pemakaman berlangsung. Sementara, di sebelahnya pria dengan manik mata biru itu menatap lurus gundukan tanah merah yang basah di depannya. Di balik kacamata hitam yang dikenakannya, tampak gurat kekecewaan yang kentara.Bersama pelayat yang pergi meninggalkan area pemakaman, Elvano berjalan tertatih menuju mobil bersama Aneska. Tak ada satu pun kata yang terucap dari mulut keduanya hingga sampai di dalam kendaraan.Aneska menggenggam erat jema

  • Terjerat Pernikahan Dengan CEO   92. Memaafkan

    Aneska segera beranjak ke dapur dan kembali sambil membawa segelas air sebelum mengangsurkannya kepada Elvano.“Minum dulu, Mas. Tenangin diri kamu sebelum cerita apa yang sudah terjadi.”Elvano mengambil gelas dari tangan sang sitri sebelum meneguknya hingga tandas. Dia mengatur napas sejenak sebelum menatap lekat Aneska yang tampak cemas di sampingnya.“Aku tadi bermimpi, Sayang. Aku bermimpi kembali ke masa penyekapan Shanka di rumah orang tua Zaya. Aku melihat bagaimana mereka membuat anak kita ketakutan, Sayang.”Elvano menjeda ucapan karena perih kembali membayangkan apa yang sudah dilalui Shanka selama beberapa jam bersama Mazaya dan Arman. Dia menatap sang anak yang masih pulas tertidur di dekatnya. Tangannya terulur untuk mengusap kepala bocah itu. tepat saat itulah Shanka terjaga dan langsung mengerjap pelan.“Ayah kenapa?” tanya Shanka sambil mengucek mata dan beringsut duduk.“Ayah mimpi buruk tadi, Sayang. Maafkan Ayah, ya?” Elvano kembali mengusap kepala Shanka seb

  • Terjerat Pernikahan Dengan CEO   91. Mengingat Semuanya

    “Memicu apa, Sayang? Aku enggak paham apa yang kamu bicarakan?”Aneska tersenyum tipis menanggapi pertanyaan suaminya. Dia memilih tak memperpanjang lagi pertanyaan untuk mencecar sebuah kejujuran. Wanita itu tak ingin sang suami merasa tertekan dan berujung kepada sakit kepala yang akhirnya menyiksa.“Enggak usah dipikirin lagi soal itu, Mas. Sekarang kita ke belakang, yuk!”Aneska mendorong kursi roda Elvano menuju halaman belakang, kemudian mengajaknya duduk di ayunan yang terletak di dekat kolam renang.“Kamu ingat saat kita di sini bertiga, Mas? kamu sama Shanka renang berdua dan aku duduk di sini sambil baca buku.”“Hem. Ingin rasanya menarikmu untuk ikut berenang. Sayangnya, tak pernah bisa.”Elvano terkekeh, pun dengan Aneska. Lalu, keduanya saling menautkan jemari sambil menerawang jauh. Hening meningkahi keduanya hingga beberapa jenak sampai terdengar suara Shanka dari ambang pintu.“Bunda, Shanka boleh main bola enggak?”Aneska menoleh dan mengangguk sekilas sambil

  • Terjerat Pernikahan Dengan CEO   90. Faktor Pemicu

    “Kamu kenapa, Mas?” tanya Aneska dengan nada panik melihat Elvano makin meringis kesakitan.Wanita itu segera menyuruh sang sopir untuk berbelok arah menuju rumah alih-alih meneruskan lajunya sampai ke kantor. Sepanjang perjalanan, Aneska melihat wajah suaminya memucat dengan keringat dingin sebesar biji jagung memenuhi dahinya. Tangan pria itu sibuk memegangi kepala yang berdenyut hebat. Sementara, Aneska makin diperam kelesah sambil sesekali menatap jalanan.Setibanya di rumah, Aneska mendorong kursi roda sang suami hingga sampai di kamar. Lalu, membantunya berbaring di ranjang sebelum beranjak ke dapur untuk mengambil air minum.“Minum obatnya dulu, Mas.” Aneska berkata sambil menyerahkan obat pereda nyeri yang diberikan bersamaan dengan kepulangan Elvano dari rumah sakit.Elvano langsung meneggak obat bersama air minumnya, kemudian memejamkan mata sejenak untuk meredam nyeri yang terasa menyiksa. Melihat itu, Aneska langsung mengambil tisu dan mengelap keringat yang membasahi

  • Terjerat Pernikahan Dengan CEO   89. Kembalinya Ingatan

    Aneska tergagap dan langsung mendorong dada suaminya saat mendengar suara teriakan Shanka. Lalu, menoleh dan mendapati raut penuh kemarahan terpancar dari wajah sang anak. Sementara itu, Elvano terkekeh dan memanggil Shank dengan melambaikan tangannya.“Ke sini, Jagoan!” titahnya yang langsung dituruti sang anak. “Memang apa salahnya Ayah sama Bunda menunjukkan kasih sayang dengan berciuman, hem? Itu salah satu cara untuk mempererat hubungan kami.”“Benarkah?”“Tentu saja. Apakah perlu Ayah tunjukkan juga dengan menciummu?” tanya Elvano yang langsung menyematkan kecupan di pipi sang anak.Shanka terkekeh geli karena cambang halus yang menumbuhi dagu sang ayah menyentuh permukaan kulitnya. Sayangnya, Elvano tak menggubris dan makin sering menciumnya.“Geli, Ayah. Sudah cukup! Geli!” seru Shanka sambil mendorong dagu sang ayah agar menjauh. “Bersihkan dulu itu baru nanti Shanka cium balik.”Elvano tergelak sebelum melepaskan sang anak. “Mandilah! Nanti kita ketemu di meja makan un

  • Terjerat Pernikahan Dengan CEO   88. Kembali Pulang

    Usai Elvano terjaga dari tidur panjangnya selama sebulan, terapi untuk kesembuhannya mulai dijadwalkan. Kaki yang kaku karena terlalu lama berbaring, mulai menjalani pemijatan sebelum belajar untuk berjalan.Melihat semangat kesembuhan yang terpancar dari wajah sang suami, Aneska selalu mendampinginya. Wanita itu ikut menyunggingkan senyum dan menyemangati Elvano. Tak ada yang berubah dari diri pria itu, kecuali ingatan tentang kejadian saat pembebasan sang anak. Trauma yang mendalam akibat luka yang ditorehkan Arman, membuat Elvano kehilangan memori hanya saat kejadian penganiayaan itu.Aneska bersyukur karena kejadian buruk itu yang menghilang dari ingatan seorang Elvano. Dia sendiri pun tak ingin sang suami merasa sangat bersalah karena melihat Shanka ikut merasakan sakitnya terluka. Wanita yang tengah hamil itu selalu mengalihkan perhatian setiap kali Elvano bertanya apa yang menyebabkannya terbaring lemah di rumah sakit. Hanya kecelakaan tunggal yang dia jadikan alasan sakitnya

  • Terjerat Pernikahan Dengan CEO   87. Kabar Bahagia

    Aneska langsung mendekat dan mengguncang tubuh Gavin. Namun, pria itu bergeming sejenak sebelum menghela napas panjang dan menatap lekat wanita di depannya.“Mas Elvan masih belum sadarkan diri, Nes. Tadi, dia sempat gagal napas. Untung saja, dia masih bisa kembali.”Aneska langsung membekap mulut dan meluruh ke lantai sambil terseduh. Hatinya berdentam lara karena bayangan buruk yang sempat melintas di kepalanya. Beruntungnya Tuhan masih berbaik hati memberikan kehidupan kepada sang suami.Gavin mendekat dan langsung membantu Aneska untuk berdiri, lantas memeluknya erat. “Sudah, Nes. Aku yakin sebentar lagi Mas Elvan pasti bangun dari tidurnya. Kamu jangan putus berdoa, ya?”Gavin melerai pelukan dan menatap lekat wajah wanita di depannya. Lalu, menuntun Aneska untuk duduk di bangku dan mengusap bahunya. Dia lakukan hal itu semata-mata hanya untuk menenangkan tanpa ada maksud lainnya. Melihat wanita di sampingnya sudah lebih tenang, Gavin bangkit dari duduk.“Pulanglah, Nes. Bia

DMCA.com Protection Status