Semua Bab Menjadi Tawanan Mafia: Bab 201 - Bab 210

322 Bab

Sampai Bunga Terakhir Mati

Selena tak menyangka Damian terlelap begitu cepat di atas tubuhnya hanya dengan sentuhan kecil di rambutnya. Itu membuat Selena bertanya-tanya apakah pria itu memang sangat kelelahan. Dia hanya tersenyum menatapi kepala Damian yang tepat di depan wajahnya dan menghirup aroma rambut Damian. Rambut pria itu wangi, mengingat Damian juga merawat dirinya dengan baik. Dia mengusap rambutnya dengan nyaman karena rambut Damian sangat halus dan lembut. *** Keesokan harinya, Damian dan Selena sedang sarapan bersama setelah sekian lama tidak sarapan bersama. Selena makan dengan lahap seperti biasanya. Nafsu makannya juga sedang tinggi karena hormonnya yang tak stabil saat sedang mengalami menstruasi. “Kenapa kau makan sedikit sekali?” Selena menatapi Damian yang kelihatannya tidak nafsu makan. “Aku hanya belum menyentuh makananku,” balas Damian seraya menatapi layar ponselnya, dia terlihat lebih segar dan lebih baik dalam penampilannya ketimban
Baca selengkapnya

Hari Luca dan Grace

“Ah, akhirnya kau mengajakku jalan-jalan juga. Aku senang mengetahui kita akhirnya menghabiskan waktu untuk makan bersama di sore hari, dengan menggunakan gaun. Ini benar-benar luar biasa!” Grace mengoceh sambil menatap Selena tak percaya. Selena tersenyum menanggapinya. Dia juga senang melihat Grace yang sangat antusias untuk ini. Biasanya Grace yang mengajaknya, namun kali ini sepenuhnya rencana Selena dan yang lainnya. Grace dijemput menggunakan salah satu mobilnya Damian, yang dikemudian oleh sopir Damian. Hanya Selena yang bisa membuat Grace bisa menaiki mobil mewah itu untuk acara yang dia pikir adalah acara mereka berdua, apa lagi tempatnya telah ditentukan juga. “Oh, aku akan berfoto dengan baik. Aku ingin memamerkan mobil yang aku tumpangi, aku mau memamerkan gaun yang tak pernah aku pakai sebelumnya,” ungkap Grace. “Aku akan membantumu dalam mengambil gambar, nanti bantu aku juga, ya!” Selena juga antusias.
Baca selengkapnya

Suara Tembakan

Suara tembakan itu berasal dari seseorang yang baru keluar dari area dapur. Suasana yang tadinya tenang dan damai saat waktunya makan malam, mendadak menjadi rusuh. Semua orang langsung berlari, berusaha untuk menyelamatkan diri dan menjauh dari area terjadinya tembakan barusan. Selena masih tertunduk, dia terlihat gemetar takut karena peluru itu melintas terlalu dengannya. Meski seharusnya Damian yang lebih gemetar karena peluru itu nyaris mengenai tangannya. Namun, pria itu punya pertahanan yang bagus. Dia juga sebenarnya kaget dan langsung mencari si penembak sambil segera bangkit untuk membawa Selena keluar dari tempat itu segera. “Semuanya ke sebelah sini! Cepat, cepat, cepat!” Seseorang secara mendadak menjadi pengarah untuk melakukan evakuasi darurat yang harus segera dilakukan di area itu. Tembakan itu tak hanya berlangsung sekali, namun masih ada beberapa tembakan yang terus diluncurkan secara acak. Tembakan itu tidak diarahkan ke tamu undangan
Baca selengkapnya

Buta Cinta

Luca mencari Damian setelah pintu itu ditutup. Dia mengeluarkan ponselnya untuk segera menelepon Damian. Grace di sisinya juga tampak celingukan untuk menemukan Damian dan Selena tang menghilang entah ke mana dari pandangan mereka. Seharusnya mereka sudah keluar. Di dalam, Damian mengeluarkan ponselnya yang berdering. Dan kemudian menatapnya sejenak, itu dari Luca. Dia menghela nafasnya dan mengangkat telepon itu. Dari luar, Luca tampak sedikit lega saat akhirnya Damian mengangkat teleponnya. “Kau ada di mana? Aku mencarimu ke mana-mana,” omel Luca sambil menggerutu pelan. “Aku di dalam. Sepertinya orang yang melakukan evakuasi bukan tamu undangan, bukan juga pihak restoran. Aku berada di dalam bersama Selena.” Di dalam sana, Damian sedang menganalisis sekitarnya. Dia sudah tak melihat siapa pun lagi selain dirinya, Selena dan Derek. Dia tak tahu Derek bersama berapa orang, hanya saja yang tampak saat ini hanya ada Derek. Dia penasar
Baca selengkapnya

Selena atau Axel

“Kau? Menghukumnya? Terdengar lebih seperti ingin memeluknya erat-erat dan menikahinya.” Derek menggunakan nada mengejek pada putrinya yang sekarang sedang gila cinta itu. “Aku tidak peduli apa pun itu dan Ayah tak perlu tahu. Pokoknya aku tidak mau Axel terluka sedikit pun saat dia menjadi milikku!” Arsella memiliki pendirian yang kokoh, dia bicara dengan tegas. Damian dan Selena yang memperhatikan pertikaian ayah dan anak itu menikmatinya dengan santai. “Oh, itu akan menjadi hukuman yang sangat berat bagi Axel, jika harus menikah dengan wanita yang tidak dia cintai, tetapi wanita itu tergila-gila padanya,” gumam Damian.“Dia bisa jatuh cinta pada Arsella juga, bukan?” tanya Selena sambil menatap Damian penasaran. “Tidak juga. Hati pria tidak semudah itu diterobos. Jika bisa, maka wanita itu akan menjadi wanita yang beruntung. Dalam kondisi Axel, dia tidak akan mudah jatuh hati pada Arsella,” ucap Damian. “Diam kau!”
Baca selengkapnya

Sosok Ibu

Luca tentunya keheranan melihat kehadiran Axel dan Sabrina yang tiba-tiba. Dalam sekali lihat, dia sudah tahu dia adalah ibu dari Selena. Begitu pula dengan Grace yang langsung menutup mulutnya tak percaya dengan apa yang dia lihat, dia bisa melihat sosok Selena dalam versi yang lebih dewasa dan lebih tua. Itu membuatnya tercengang. “Selena dan Damian terjebak di dalam bersama orang itu. Oh, siapa namanya? Ayah Selena?” Grace menjawab pertanyaan Axel dengan sedikit bingung, karena melupakan nama ayah Selena. “Ibu benar, kan? Derek sedang mengejar Selena. Mereka berdua di dalam? Hanya mereka berdua?” Sabrina menatap Luca dan Grace, orang yang langsung dihampiri Axel baginya adalah pusat informasi, dan dia harus mengetahui semua kondisi utamanya kondisi putrinya itu. “Ya, mereka hanya berdua di dalam. Tapi kau bisa tenang, Nyonya. Tidak ada tembakan susulan dan kelihatannya di dalam sana hanya terjadi obrolan dan pertikaian. Damian sedang
Baca selengkapnya

Reuni Derek dan Sabrina

Luca merogoh saku pria yang tak sadarkan diri akibat dihajarnya itu. Dia kemudian menatapi Sabrina dan Axel, dia tak bisa menemukan kuncinya. Dia menggelengkan kepalanya. Kemudian, salah satu dari orang yang bersama Sabrina itu langsung mendobrak pintu restoran tersebut hingga terbuka lebar. Dia kemudian mengarahkan senjatanya masuk ke dalam restoran sambil melangkah masuk, diikuti dengan temannya, Axel, serta Sabrina. Luca dan Grace saat itu juga ikut masuk karena tak ada perintah yang mengatakan kalau mereka tidak boleh masuk. Selena menatap ke arah ibunya dengan mata yang berkaca-kaca. Damian masih duduk santai di sana, menatap Luca yang langsung mendengus seraya memegangi keningnya, tak percaya dengan sikap acuh tak acuh yang ditunjukkan oleh Damian. “Situasi di dalam sini sebenarnya tidak terlalu serius,” ucap Damian sambil mendengus pelan. Sabrina menatapi Damian yang tampak memegangi tangan Selena untuk menenangk
Baca selengkapnya

Kecemburuan Alice

Tanpa sadar, Alice memperhatikan bagaimana reaksi Derek saat bertemu lagi dengan Sabrina. Derek yang seperti terpana itu, terlelap dalam pikirannya untuk beberapa saat berhasil membuat Sabrina mendengus kesal dan merasakan rasa cemburu yang luar biasa. Derek kehilangan kara-katanya saat bisa bertemu lagi dengan Sabrina setelah sekian lama. Tepat saat beberapa orang dengan senjata masuk, dan langsung menembaki orang-orang yang mengepung Selena dan Damian, Alice menatap ke arah Sabrina yang tengah hendak tiarap untuk menghindari tembakan. Saat itulah, Alice melepaskan peluru ke arah Sabrina.Tak ada yang menduga tembakan itu sama sekali. Sabrina bahkan tersungkur sesaat, sebelum dia memegangi dadanya yang tertembak dan terbaring ke lantai dengan lemas. Bahkan Angelo dan Sam tak memperhatikan karena saat itu perhatian mereka teralihkan pada orang-orang bersenjata yang masuk dan menembaki musuh yang ada, identifikasi sebagai sekutu. Selena dan Damian yang sa
Baca selengkapnya

Arsella yang Belum Menyerah

“Kau masih mencintainya? Sudah kuduga, semua yang kau lakukan ada motif di dalamnya. Kau mengalihkan perhatianku dengan iming-iming properti itu. Kau dengan sengaja ingin melindungi Selena dan Sabrina dariku, bukan begitu?” Alice berteriak hingga suaranya bergetar. Arsella menatap ayahnya dengan tatapan tak percaya. Dia masih tak mengerti perasaan ayahnya. Tentang keluarganya sendiri atau tentang Sabrina. Dia masih bingung, sebenarnya ayahnya masih mencintai Sabrina atau mencintai keluarganya. Tapi yang dia lihat, Sabrina tetap tak mudah dilupakan olehnya meski Derek memang mencintai keluarganya. Arsella menatapi senjata api yang dilemparkan Derek ke dekatnya. Senjata yang digunakan Alice untun menembak Sabrina. Dia meneguk ludahnya kasar dan kemudian menoleh ke arah Axel. Sesaat, dia memang senang berada dalam pelukan Axel. Namun, mengingat Axel adalah putra angkat Sabrina, itu semakin menyakiti hatinya. Karena di sisi lain, dia tahu Sabrina adalah cin
Baca selengkapnya

Sisi Lain Damian

Mata Damian menggelap saat menatapi Selena yang memasuki mobil lainnya dan tak ikut bersamamu dalam mobil tersebut. Dia menyingkirkan tangannya dari luka tembak yang ada di bahunya. Tangannya berlumuran darah, namun ekspresinya berubah jadi tidak begitu kesakitan.Luca melirik Damian, kelihatannya tahu jika luka tembak itu tidak akan banyak mempengaruhinya dan sepertinya sangat sadar jika dia hanya berpura-pura saat meringis kesakitan di depan Selena. Pria itu menghela nafasnya dan melirik Luca yang telah mengetahui rencananya. “Kau meringis tidak nyata,” komentar Luca.“Ah, aku hanya mengusahakan yang terbaik dan ingin membuatnya sedikit khawatir agar dia tidak terlalu takut padaku. Selena itu terlalu penakut, tapi dia menghadapi banyak situasi seperti ini. Ya, dia akan terbiasa seiring waktu.” Damian membuka kemejanya dan menatapi lukanya. “Kau mau aku mencabut pelurunya?” tanya Luca sambil menatapi bahu Damian yang terluka. “Kau mau
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1920212223
...
33
DMCA.com Protection Status