Home / Fantasi / The Horizon of Jiu / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of The Horizon of Jiu: Chapter 61 - Chapter 70

87 Chapters

61. Kekuatan Pan

Shi Jiu melangkah kembali ke ruang tunggu. Di sana ia disambut oleh Pan, remaja itu berseru girang, mengucapkan selamat. Kali ini tidak ada raut datar di wajah Jiu maupun tatapan waspada. Hatinya sedang senang karena berhasil menguji kemampuan sekaligus memenangkan pertandingan. “Terima kasih, setelah ini giliran kamu, bukan? Semangat!” balasnya menyemangati. “Kau tidak mau menonton pertandingan ku?” pertanyaan tiba-tiba itu mengejutkan Shi Jiu. Tidak ada televisi seperti di dunia Jiu. Sehingga para partisipan tidak ada yang bisa melihat jalannya pertandingan selain dari bangku penonton. Mereka mengetahui nama pemenang dari suara keras sang pembawa acara. Sama seperti pertandingan sebelumnya, Jiu pastinya tidak akan menonton pertandingan Pan. “Peserta dilarang pergi dari ruang tunggu sampai acara selesai, kau tahu itu, Pan.” Jiu mengingatkan. Pemuda itu mengangkat bahu, menyeringai licik. “Itu kalau kita ketahuan,” bisiknya. Belum sempat Jiu bertanya maksudnya, Pan sudah menarikn
last updateLast Updated : 2023-11-13
Read more

62. Rencana Kuil Kuda Putih

Malam hari selepas acara pertandingan hari pertama. Disalah satu ruangan milik Kuil Kuda Putih. Sedang diadakannya rapat untuk membahas kemampuan para peserta. Ada sekitar lima orang, umur mereka rata-rata 45-60 tahun. Mereka membahas peserta-peserta unggulan dengan semangat. Sambil menunggu orang penting yang menjadi pelopor diadakannya pertandingan akbar ini.Suara pintu dibuka sontak membuat lima orang di dalam berdiri. Mereka menyambut kedatangan pria tua berusia tujuh puluh tahun, berambut dan berjenggot putih. Dia masuk dengan tenang, dari tubuhnya terpancar kharisma seorang pemimpin. Semua orang memperlakukannya penuh hormat. ia duduk di ujung meja yang diperuntukan bagi mereka yang berstatus paling tinggi. “Selamat malam wahai saudara-saudaraku,” Shi Kang menyapa ramah. “Aku percaya bahwa ini pertama kalinya setelah sepuluh tahun melangsungkan pertandingan akbar. Kita kedatangan bintang jatuh yang luar biasa. Tidak hanya satu, melainkan tiga sekaligus. Tentu ini merupakan sua
last updateLast Updated : 2023-11-15
Read more

63. Pertandingan Babak ke-2

Kuil Kuda Putih hari ini juga ramai dipenuhi orang-orang yang ingin menonton. Pertandingan Seni Bela Diri ke-10 hari ke-2 semakin panas suasananya. Beberapa sudah membentuk kelompok untuk mendukung pilihan dan jagoan mereka. Shenlong, Huanglong dan Long Wang melihat keramaian di depan mata. Beberapa orang menawarkan barang dagangan berupa pernak-pernik menggambarkan tiap peserta yang akan bertanding hari ini. “Poster Shi Jiu si Pendekar Wanita hanya 5 yuan!” seru pedagang di arah kanan. Tangannya membentangkan banner landscape berukuran 234 x 60 dengan lukisan wajah Shi Jiu. Ia juga menjajakan kipas lipat bagi penonton agar tidak kepanasan. Di sebelah pedagang itu, ada penjual yang tidak mau kalah. Ia menyuruh temannya untuk masing-masing memegang ujung spanduk. Ukurannya lebih lebar dari penjual poster Shi Jiu. Wajah yang terpampang di sana adalah remaja laki-laki berambut abu-abu, Pan. Penjual itu berpose dengan dua tangan terbuka lebar memperlihatkan spanduk Pan. “Poster besar u
last updateLast Updated : 2023-11-16
Read more

64. Pertandingan Hari Kedua

Pertandingan pertama di hari kedua dimulai. Dua orang pemuda turun ke arena sebagai perwakilan dari sekte masing-masing. Usia mereka sembilan belas tahun dengan perawakan sama tinggi. Setelah pembawa acara mundur dan partisipan memberi salam, maka dimulailah putaran pertama. Pemuda berbaju hitam menyerang pertama, melakukan teknik pedang kasar, serta serangan bertubi-tubi. Lawannya berseragam biru bertahan selama hampir satu menit sebelum ia balas menyerang. Teknik berpedangnya lebih halus dari pada pemuda berbaju hitam. Ia juga mengeluarkan teknik andalannya, “Gerakan ke-13 … Amukan Pedang Baja!”Para penonton berseru semangat melihat teknik dari pemuda berbaju biru. Ia berhasil menjatuhkan lawan dengan kemampuan luar biasa. Pembawa acara mengangkat tangan, menyatakan pertandingan telah usai. Pertandingan berikutnya, seorang gadis berusia delapan belas tahun melawan pemuda sembilan belas tahun. Gadis cantik berambut panjang dengan seragam putih. Penonton berseru memberi semangat pa
last updateLast Updated : 2023-11-23
Read more

65. Anak manusia dan Naga Panlong Bag. 1

Danau Gang yang terletak tidak jauh dari Kota Wuzhishan memiliki bentuk seperti bulan sabit. Memiliki luas perairan 300 kilometer persegi dan masuk ke dalam daftar danau terbesar. Selain itu Danau Gang menjadi titik temu bagi dua puluh arus aliran sungai yang bermuara ke laut. Meskipun hampir ratusan kilometer di sekitarnya dilanda kekeringan parah akibat amukan naga Panlong. Danau Gang adalah pengecualian, dikarenakan disana tempat bersemayamnya salah satu dari sembilan naga. Menurut urutan dari yang termuda, Panlong berada di urutan ke tiga. Dia lebih tua dari Huanglong sementara Long Wang adalah naga terakhir. Meski begitu, naga air dari Danau Gang lebih suka mengambil wujud remaja laki-laki berusia belasan tahun. Tidak jarang pula menyamar sebagai anak umur sepuluh tahun. Meski begitu, kebijaksanaan dan cara pandang serta kemampuannya tentu lebih tinggi. Sebelum terjadinya bencana besar, warga Kota Wuzhishan sering mengunjungi Danau Gang bersama keluarga. Mereka menjadikan temp
last updateLast Updated : 2024-02-01
Read more

66. Anak Manusia dan Naga Panlong Bag. 2

“Selamat pagi, Nyonya Ping. Hari ini cuacanya cerah dan udara juga terasa segar. Kebetulan sekali aku menemukan bunga yang keindahannya mirip Nyonya.” Panlong menyapa seorang wanita tua pemilik toko aksesoris buatan tangan khas Kota Wuzhishan. Nyonya Ping terkekeh pelan, rona merah merekah di pipinya yang memiliki kerutan tanda penuaan. Meski begitu senyum yang ia berikan pada Panlong sama cantiknya dengan bunga pemberian sang naga. “Terima kasih Xiao Pan, kau ini memang selalu pandai bicara.” Nyonya Ping menerima buket bunga dari Panlong. Lalu sebagai gantinya, wanita tua itu memberikan syal rajut berwarna abu-abu tua. “Pakailah saat malam, udara menjadi lebih dingin karena sudah dipenghujung akhir tahun.” Panlong menerimanya dengan senyuman lebar, “terima kasih, Nyonya Ping. Aku tidak akan kedinginan lagi berkat dirimu.” Beberapa penduduk segera menghampiri Panlong, menyapa remaja berusia belasan tahun itu. Mereka terlihat akrab, tidak ada pula kecanggungan dalam interaksi. Seak
last updateLast Updated : 2024-07-01
Read more

67. Seperti Tenang Sebelum Badai

Kota Shihezi tengah dilanda hujan angin sore ini. Atap-atap rumah bergetar, berjuang keras agar tidak lepas dan terlempar dari posisi. Gemuruh angin bagai lolongan binatang buas, memekakan telinga. Namun para warga yang berlindung di rumah masing-masing nampak tenang. Mereka duduk berkumpul bersama ditemani secangkir teh hangat. “Mama, teh hijau kali ini enak sekali,” ucap seorang bocah berusia sepuluh tahun. “Xiao Lie suka dengan teh kali ini?” sang ibu bertanya dengan wajah ramah. Anak itu mengangguk, kembali menyesap teh hangat di cuaca dingin akibat badai. “Hangat dan enak!”Raut wajah mereka jelas tidak menunjukan kekhawatiran, justru terlalu santai. Itu semua karena badai hujan seperti ini, bukanlah hal baru bagi penduduk di wilayah kekuasaan Naga Angin Shenlong. Ketakutan terbesar dan teror sesungguhnya telah hilang beberapa bulan lalu. Tidak ada lagi insiden anak hilang di kota ini. Tidak ada lagi rumor mengenai sang naga menginginkan anak kecil sebagai tumbal. “Mama, kapa
last updateLast Updated : 2024-07-02
Read more

68. Shi Jiu Melawan Ghe Zhang

Saat pertandingan dimulai, Shi Jiu segera mengambil kuda-kuda. Matanya bergerak mengikuti pergerakan lawannya. Ghe Zhang menyeringai bagai pemburu dan menyerang lebih dulu. Suara denting pedang beradu terdengar, dari atas ke bawah, meski semua berhasil ditangkis. Shi Jiu melakukan salto ke belakang lalu balas menyerang. Ia melakukan teknik menusuk berulang kali sambil maju setiap satu langkah. Ghe Zhang berhasil menahan dengan pedang lebarnya. Lalu mencoba mencari cela untuk membalas serangan. Pemuda itu melakukannya dengan tindakan yang tidak Jiu duga. Tangan besar menangkap salah satu tangan Jiu dan mencengkramnya erat. Sementara tangan satu lagi mengayunkan pedang. Jiu berpikir cepat, menggunakan tangan yang bebas untuk memotong gerakan Ghe Zhang. Gadis itu menangkis tepat di pergelangan tangan, sehingga menggagalkan serangan lawan.Tidak berhenti sampai situ, sang pemuda kembali menyerang. Kali ini Jiu merunduk demi menghindar, lalu mengangkat kepala sedetik sebelum pedang menge
last updateLast Updated : 2024-07-03
Read more

69. Pan dan Sekte Kuil Kuda Putih

Acara ilmu bela diri pedang hari ini akan diakhiri dengan pertandingan Pan melawan Chou Lee. Seorang penantang dari Timur berkulit gelap. Bangku penonton sudah ramai sejak pertandingan Shi Jiu. Mereka masih sibuk membicarakan teknik berpedang Shi Jiu kali ini. Melihat gaya baru bertarung jagoan mereka seakan membawa angin segar. “Aku tidak sangka, Shi Jiu bisa bermain agresif seperti itu!” salah seorang penonton berseru. Dari raut wajahnya jelas terlihat ia menikmati.“Kemarin dia menyerang dengan teknik pedang keseluruhan. Tapi hari ini, gabungan Taijutsu dan pedang membuat rahangku hampir jatuh!” teman yang lain ikut menimpali. “Sebenarnya darimana dia belajar banyak teknik ilmu pedang?”Celetukan dari salah seorang penonton seakan menarik perhatian semua dengan pertanyaanya. Biasanya ahli pedang akan berguru di satu tempat saja. Entah itu aliran dari Sembilan Sekte, atau dari guru tanpa nama. Sehingga biasanya pendekar pedang memiliki satu gaya bertarung, tidak lebih. Mereka sela
last updateLast Updated : 2024-07-04
Read more

70. Kebenaran di balik Kamar

Shi Jiu tanpa sadar menahan napas saat melihat sepasang kaki muncul di depan kolong meja. Perempuan muda dengan pakaian terusan berwarna hijau lumut dan celana bahan panjang berwarna putih. Ia sibuk mencari dan merapikan dokumen di atas meja tempat Shi Jiu bersembunyi. Sekitar dua sampai tiga menit Shi Jiu merasa jantungnya berdebar kuat. Sampai akhirnya kaki jenjang itu menjauh dari meja. Suara pintu geser dibuka lalu ditutup juga terdengar kemudian. Barulah Shi Jiu bisa bernapas lega. “Tadi dia bilang, Tuan Shi Kang? Mungkin saja itu nama pria tua tadi yang hendak diikuti Pan.” Shi Jiu segera keluar dari kolong meja dan berlari menuju pintu geser. “Aku tidak boleh kehilangan jejak perempuan itu!”Untunglah perempuan muda itu belum jauh. Shi Jiu dengan cepat menemukan dan mengikutinya diam-diam. Sekitar satu menit berjalan, tibalah dia di depan sebuah kamar besar di lantai paling atas. Sebuah pintu berdaun dua dengan corak kuda putih berdiri di tepi jurang. Indah sekaligus terkesan
last updateLast Updated : 2024-07-05
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status