Semua Bab GODAAN CANTIKNYA PELAKOR: Bab 11 - Bab 20

37 Bab

Berangkat sekarang?

Di dalam kamar tamu, rumah kami, aku mengunci diri dari dalam. Dari suara mobilnya, Reno mungkin sudah tiba. Aku mendengar pintu kamar utama dibuka pelan. Tidak mendapatiku di sana. Akhirnya gagang pintu kamar ini bergerak namun terkunci. Ia lantas pergi lagi menuju kamar utama kami. Reno bukannya tidak paham akan rasa sakit yang kini sedang kurasakan. Dan ia memberiku waktu untuk menyendiri.Saat ini aku sedang merampungkan surat yang aku tulis khusus untuk Reno. Penaku meluncur di atas surat.…Mas, kurasa begitulah perasaanku saat ini. Sebagai penutup aku ingin menyampaikan syarat untukmu jikapun tidak dapat dikabulkan maka dengan terpaksa aku akan menggugat cerai. Bukti foto dan isi pesan dari wanita laknat itu sudah cukup untuk barang bukti di pengadilan. Aku ingin menyelesaikan pendidikanku di Kota kelahiranku, Bandung. Aku ingin tinggal Bersama Ibu dan Tania selama menempuh Pendidikan. Untuk sementara, aku ingin tidak berada di sisimu, Mas.Hormatku,Mama TaniaSetelah menulis
Baca selengkapnya

Go Bandung Go!

“Kamu yakin baik-baik saja, Jane?” Haikal bertanya, aku mengangguk. Walaupun hatiku dipenuhi rasa campur aduk yang tidak membuat nyaman, aku tetap harus menjadi waras dan normal secara mental serta fisik.Kring....Nada Handphone milikku berdering. Itu panggilan dari Sania. Aku bingung harus bagaimana nantinya menjawab pertanyaan dan sindiran darinya. Kali ini aku merasa sangat malang. Aku memasukkan handphone itu ke dalam tas dan membiarkannya terus berdering.Teringat belasan tahun lalu saat awal perjumpaanku dengan Sania. Hubungan kami ditentang olehnya dikarenakan Reno adalah anak tunggal dari keluarga kaya raya sehingga baginya menikah itu adalah urusan belakang yang tidak semestinya dipercepat, sedangkan saat itu Reno bersikukuh ingin segera menikahiku karena cinta. Sania membujuk sampai menangis di depan Reno agar membatalkan niatnya untuk menikah dan memilih untuk mengembangkan karir di perusahaan ibunya. Namun, Reno menolak.Karena marah, ibunya bahkan tidak memberi posisi
Baca selengkapnya

Gagang Sapu

Dua jam yang lalu, duniaku masih terasa gelap. Sekarang sudah sedikit terang karena ada Tania di sisi. Ia merengek minta ditemani bermain balok. Aku lantas dengan senang hati membantunya membangun balok warna-warni tersebut meski rasa lelah di perjalanan tadi masih terasa. Sebelumnya, Ibu menyiapkan bubur manis yang membuatku memiliki tenaga untuk tidak langsung tidur.“Istirahat saja dulu. Kamu baru saja turun dari pesawat, loh!”“Aku baik-baik saja, Bu.”“Yakin?”“Hmmm,” jawabku mengangguk pelan.“Ya sudah. Tapi, kalau ingin istirahat. Katakan pada Ibu agar Tania bisa Ibu pegang.”Benar saja. Tidak lama kemudian, aku sudah tertidur diantara mainan balok-balok plastik milik Tania. Ibu meletakkan bantal dengan lembut di bawah kepalaku, lalu merendahkan suhu AC. Akupun terlelap di ruang bermain Tania. Sedangkan Tania sudah dibawa Ibu keluar.Malam harinya, kediaman kami dikejutkan dengan sebuah mobil mewah yang masuk ke dalam pekarangan rumah. Hatiku sudah merasa tidak enak. Saat mengi
Baca selengkapnya

Pasta Saus Bolognese

Malam semakin larut.Ibu masuk ke dalam kamarku dan Tania. “Ini Ibu buatkan, Teh.”“Darimana Ibu tahu kalau aku belum tidur?” kataku bergegas duduk.Ibu tidak menjawab. “Minum sajalah.” Dia tersenyum dan memberiku secangkir teh.Aku menunduk lalu bersandar di bahu Ibu. Terasa begitu nyaman dan hangat. Aku lupa kapan terakhir bersandar di bahu ibuku seperti ini. Pasti sudah lama sekali.“Ibu tahu saat ini kamu merasa bahwa hidup ini berat. Kamu terluka, tapi Ibu percaya jika putri kebanggaan Ibu adalah wanita yang tegar, Ibu yakin kamu bisa melewati ini semua dengan jalan keluar yang terbaik. Malam ini, rasa sakit itu akan berkurang seperempat, besok akan berkurang separuhnya, dan lusa sudah tidak akan terasa sakit lagi. Percaya saja dengan itu. Karena beberapa hari lagi kamu akan bersyukur karena sudah melangkah sejauh ini. Tidak ada kata nasib buruk dari tuhan. Semua ada hikmahnya dan sebagai manusia biasa, kita hanya bertugas untuk mencari hikmah dari semua kejadian lalu akhirnya b
Baca selengkapnya

Kunci T

Begitu kakiku melangkah ke dapur, Aku langsung disambut Aisyah dengan panci saus pasta yang sudah kubuat sebelumnya. Aku begitu sibuk hari ini. Banyak pesanan pasta yang masuk. Untung saja Aisyah punya waktu membantu.“Setelah ini, kamu sudah bisa memikirkan untuk mencari asisten,” bisik Aisyah.“Iya, aku tahu,” jawabku tetap bekerja dengan cekatan.Ini adalah hari ke tiga, kami membuka pesanan pasta. Dari kemarin, pesanan terus bertambah dan puncaknya hari ini. Ada pesanan untuk acara arisan di siang dan acara reuni komunitas gitar di malam hari.“Siapa sangka kamu begitu terkenal soal masak di sekolah kita dulu. Gila! Kakak kelas, adik kelas bahkan guru SMA kita dulu langsung bergerak untuk memesan pasta buatanmu,” puji Aisyah bangga.“Aku juga tidak menyangka,” jawabku merasa senang.“Tapi iya, sih. Kalau kamu tidak terkenal, tidak mungkin sepupuku si Haikal bisa sangat-sangat mengidolakanmu sejak dulu.”Mendengar itu aku tersanjung.“Aduhai, Mama Tania. Meriah sekali!” Ibuku masuk
Baca selengkapnya

Handphone Monophonic

Jumat malam. Cahaya dari lampu kendaraan misterius itu masih bergerak lambat. Berhubung belum dekat, aku menggenggam obeng dengan sangat erat. Tanganku berlatih sekedarnya jika harus ada pertarungan kecil. Biar tak lama, aku pernah mengikuti pelatihan karate di sekolah. Sedikit banyaknya manfaat latihan dari seni bela diri itu, aku bisa menendang lawanku dengan baik.Kendaraan itu sudah dekat. “Bandrek, Dek?” Sebuah pertanyaan diberikan kepadaku.Kulepaskan nafas lega. “Tidak,” jawabku singkat. Itu hanyalah bapak tua penjual bandrek dengan gerobak dagangannya. Pantas saja jalannya lambat. Motor yang ia pakai tidak kalah tua dengan usianya. Seketika sadar, aku lalu memanggil, “Pak!” Aku bergerak mendekati, setengah berlari. Gerobak bandrek itu berhenti mendadak. Bapak itu terkejut mendapatiku sudah menyusul dan kini berada tepat di depannya. Keterkejutannya seperti sedang melihat hantu. Matanya tertuju pada obeng yang kupegang erat. Tidak bermaksud menakuti, aku lantas mengantongi ob
Baca selengkapnya

Namaku Reno dan inilah isi hatiku

(Dari sudut pandang Reno)Sejak tadi malam aku resah. Handphone milikku tertinggal di mobil Anggi saat ia mengantarku pulang dari kantor kemarin. Mobilku sedang dalam proses perbaikan di bengkel. Besok pagi akan diantar mekanik ke rumah. Bagaimana jika Jane melakukan panggilan. Aku tidak ingin ia salah paham. Pagi ini, aku sudah berada di kantor dan sudah mulai tidak sabar menunggu kehadiran Anggi. Aku ingin segera meminta hp ku. Aku Reno Ardian. Suami dari Jane dan Ayah dari Tania. Bagiku, mereka berdua adalah napasku. Aku yakin sekali jika Jane tahu bahwa aku sangat mencintainya melebihi dari apapun di dunia ini. Bahkan, aku mencintainya melebihi perkiraannya tentang perasaanku kepadanya. Aku bisa gila jika ia berencana untuk berpisah denganku. Apa saja akan kulakukan agar hubungan rumit ini bisa berakhir dengan baik dan bahagia. Sebagai catatan, aku tidak ingin melepas satupun dari mereka. Jane. Aku mengenalnya saat ia pertama kali menginjakkan kaki di sek
Baca selengkapnya

Cemburu Buta

“Aku cantik, tidak. Mas?”“Cantik,” jawabku sekenanya. Hatiku tidak tenang. Bagaimana jika di acara itu nantinya ada yang menanyakan tentang keberadaan istriku, Jane. Aku masih saja gelisah, meski sebelumnya Mama sudah meyakinkan bahwa acara itu adalah perhelatan orang-orang penting di dunia bisnis. Tidak ada yang perduli dengan privasi masing-masing pengunjung acara.“Reno!” Itu Mama. Ia sedang memegang cangkir mahal dengan minuman merah di dalamnya. Ia melambaikan tangannya ke arah kami agar segera datang menghampirinya. Di sana, ada beberapa pria berjas yang menunggu. Aku lantas merapikan dasiku saat berjalan pelan ke arah mereka dan Anggi menggantungkan tangannya di tangan kiriku. Oke baiklah, Ini semua demi bisnis.“Kenapa lama sekali?” Mama tersenyum penuh wibawa memandangi tangan Anggi.“Kami sudah di sini sejak tadi, Bu. Tapi Mas Reno menemaniku berbicara di depan wartawan berita ekonomi sebelum masuk ke ruangan ini,” jelas Anggi tersenyum tak kalah wibawa.“Pria yang baik,” u
Baca selengkapnya

Camera, Roll, Action!

Jangan panggil aku Reno, jika aku tidak bisa membawa istriku pulang ke rumah dalam waktu dekat.Pagi ini aku bangun lebih cepat dari biasanya. Aku ijin tidak masuk ke kantor. Handphone sengaja kumatikan dan kutinggalkan di rumah. Aku ingin mengurus sesuatu yang harus sesuai dengan rencanaku. Aku ingin mengeluarkan bakat aktingku yang terpendam. Kali ini aku menuju sebuah rumah peran di tengah kota. Tempat dimana sahabat lamaku kini bekerja. Saat sampai di sana, aku sangat antusias masuk dan mencari sosok sahabatku tersebut.“Bram?” Aku menegur seseorang di depan teras bangunan.“Reno!” Dia langsung mengenaliku dan menjabat tanganku erat. Kami bercanda gurau sebelum akhirnya masuk ke dalam ruang kerja miliknya, lalu aku mulai membicarakan hal serius tentang masalahku serta alasan mengapa aku mencarinya.“Aku ingin dibuatkan set rumah sakit dalam keadaan koma, Bro! Aku bayar berapapun untuk itu. Aku hanya ingin istriku percaya bahwa aku sedang dalam keadaan sakit yang serius.”“Wah. Aku
Baca selengkapnya

Mati saja, Mas!

Mati saja, Mas.Senja terlihat manis di ujung jendela rumah sakit ini. Aku sendiri menikmati rasa rindu dan rasa senang untuk kehadirannya. Pukul berapa ini? Kenapa Jane belum kunjung datang? Tapi biarlah, yang terpenting adalah dia berkata bahwa dia akan datang hari ini.“Mas Reno!” Gadis itu datang ke dalam ruangan.“Ke-Kenapa kamu di sini?” tanyaku kebingungan. Suaraku sampai tercekat karena terkejut melihatnya sudah berada di dalam ruangan dengan disusul mamaku.“Kami yang seharusnya bertanya, kenapa Jane yang berada di luar kota lebih dahulu tahu berita keadaanmu dibandingkan kami!” Mama memotong.Gadis itu adalah Anggi, dan saat ini ia sedang menangis, aku panik, meski begitu, aku masih sempat memperhatikan wajahnya yang terlihat cantik saat menghapus air mata.“Aku tidak apa-apa. Bisakah kalian pulang saja untuk saat ini?” jelasku mulai merasa kewalahan, memikirkan apa yang akan terjadi jika Jane datang.“Kenapa harus pulang? Mama masih geram dikirimi fotomu dalam keadaan berd
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status