All Chapters of Pesona Istri yang Dicampakkan: Chapter 21 - Chapter 30

200 Chapters

Bab 21. Tamu Malam

"Kamu nggak ada hubungan apa-apa 'kan sama yang punya rumah ini?" Pak Cahyo memandang Maira dengan tatapan penuh selidik, hingga sebelah alisnya terlihat naik.Maira terkesiap, dia menatap bapaknya dan menggeleng pelan."Astaghfirullah, Pak. Bapak ini pikirannya buruk terus ya, sama Maira," gerutunya. Mana mungkin juga Maira berani menjalin hubungan dengan yang punya rumah. Status sosial mereka jauh berbeda, batin Maira."Bapak ini cuma tanya, Mai." tegas Pak Cahyo Kembali. Kini raut wajahnya sudah lebih tenang."Kemarin Bapak sangat kaget saat tiba-tiba mantan mertuamu memberi surat pemberhentian kerja sama Bapak." Pak Cahyo menjeda ucapannya, pria paruh baya itu menghela nafasnya sebentar, "Bapak nggak menyangka mereka tega mengusirmu, Mai. Perasaan Bapak begitu sakit mengetahui kamu telah difitnah. Bapak menyesal sudah pernah menyerahkanmu pada mereka. Maafkan Bapak ya, Mai …," kepala pak Cahyo terdunduk dalam."Sudahlah, Pak. Tidak usah disesali apa yang sudah terjadi, pengalaman
last updateLast Updated : 2023-08-27
Read more

Bab 22. Usaha Untuk Mendekatkan Diri

"Sebelumnya … saya mengucapkan banyak terima kasih pada Mas Rendi yang sudah begitu memperhatikan keadaan putri saya, tapi …,"Pak Cahyo kembali menghela nafasnya. Sedangkan yang lain, semua diam ikut menyimak. "Tapi saya pikir … Mas Rendi tidak perlu berlebihan, apalagi sekarang Maira sudah ada kami, orang tuanya." jelas Pak Cahyo dengan halus.Baik Rendi maupun Maira, mereka sama-sama menundukkan kepala, sibuk dengan pikiran masing-masing.Terasa seperti ada tembok pemisah yang mulai didirikan oleh Pak Cahyo. Rendi merasakan dadanya ikut sesak, namun lelaki tampan itu berusaha untuk bersikap tenang. Dia tidak akan menyerah sebelum berjuang.Rendi berdehem untuk mengurangi perasaan sesak yang kian memenuhi rongga dadanya."Maafkan saya, Pak, jika saya lancang," ucap Rendi masih dengan kepala menunduk. Lelaki muda nan tampan itu tiba-tiba merasa kecil juga di depan orang tua Maira. "Nggak apa-apa Mas, saya juga hanya mengingatkan saja, lebih baik kalian saling menjaga jarak, apalagi
last updateLast Updated : 2023-08-28
Read more

Bab 23. Sidang Perdana

Alfin menatap lekat Tania, "kamu nggak mau menerima orang tuaku?"Perempuan berambut coklat itu tampak gelagapan, bola matanya bergerak-gerak bingung mencari alasan. Sejurus kemudian dia memalingkan muka lalu kembali menatap manik hitam lelakinya."B–bukan gitu, sayang. Aku cuma nggak mau kamu kecapekan aja, udah sibuk ngurusin kantor, eh … dirumah masih harus jagain Mama kamu. Aku kasihan aja lihat kamu begitu, Mas," ujar Tania dengan mimik wajah sendu. Perempuan itu berusaha meraih kembali lengan Alfin. Namun ditepis oleh sang empunya."Kalau kamu kasihan sama aku, harusnya kamu malah dukung aku, bukannya terkesan malah menjauhkan aku dengan Mama!" ketus Alfin.Berusaha menekan emosinya, Tania semakin memepet tubuh Alfin. Jemarinya yang lentik mengusap-usap punggung tangan sang lelaki. "Yaudah, maaf deh, kalau aku ada salah kata, tapi beneran aku nggak bermaksud jauhin kamu dengan mamamu, Mas." Tania memasang wajah memelas untuk menarik simpati Alfin. "Yaudah, kita pulang sekarang
last updateLast Updated : 2023-08-29
Read more

Bab 24. Tragedi Toilet

"Nggak usah sok suci deh! Aku bisa kok kembali menghangatkan ranjangmu kalau kamu mau." Lanjut Alfin dengan suara berbisik, seperti takut kekasihnya ikut mencuri dengar. Darah Maira seketika terasa mendidih, Alfin benar-benar telah berubah menjadi lelaki br3ngs3k, kini hatinya semakin mantap untuk berpisah dengan Alfin. Tidak ada lagi yang perlu diragukan, tidak ada sisa perasaan apapun untuk untuk mantan suaminya itu."Simpan saja khayalanmu itu! Aku tidak akan pernah sudi merendahkan diri didepanmu. Sudah cukup dua tahun aku menemanimu, dan kini semua memang harus segera diakhiri," ucap Maira dengan tegas, tanpa menoleh pada Alfin.Alfin mengatupkan rahangnya, mendadak wajahnya terasa panas, Maira telah berani menolaknya. Dan Alfin sangat benci penolakan.Pagi itu sidang berjalan dengan lancar, baik dari pihak Maira maupun Alfin sepakat tidak ada mediasi. Hingga akhirnya palu diketuk oleh ketua hakim tiga kali sebagai tanda acara selesai.Maira segera beranjak, dan berjalan menemui
last updateLast Updated : 2023-08-30
Read more

Bab 25. Penyesalan Alfin

Alfin menajamkan pandangannya pada Tania, lelaki yang wajahnya sudah babak belur itu mendengkus kesal."Kamu pikir menikah tidak perlu persiapan yang matang? Lagian akta ceraiku saja belum keluar!" tolaknya."Aku nggak mau tahu! Kita bisa nikah secara siri dulu! Aku nggak mau kamu terus teringat dengan wanita udik itu!" desak Tania dengan mimik wajah memaksa.Alfin mengabaikan perempuan yang tengah merajuk itu. Pikirannya semakin kacau saat melihat Maira yang semakin terlihat cantik dan segar, tidak seperti saat masih bersamanya. Sedikit banyak, lelaki itu merasakan penyesalan yang begitu menyesakkan dalam hatinya. Dia mengakui itu. Maira memang hanya seorang perempuan lugu. Namun, pesonanya justru kian terpancar saat ikatan suci itu telah terlepas. Ya, Alfin menyesal telah melepaskan pemilik wajah teduh itu, namun dia malu untuk mengakuinya. Egonya terlalu tinggi.Alfin menendang bak sampah yang berada di area toilet hingga terguling, beberapa isinya tercecer di lantai. Amarahnya ti
last updateLast Updated : 2023-08-31
Read more

Bab 26. Jerat Masa Lalu

"Kau hutang penjelasan sama Papa, Fin!" desis Pak Mahendra dengan tatapan nyalang. Ia mendengkus kasar, kemudian langsung berbalik pergi tanpa berpamitan. Pria paruh baya itu segera masuk ke dalam mobilnya. Mati-matian dia menahan perasaan malu di depan mantan besannya. "Apa kamu masih betah berada di sini?" cibir Pak Cahyo ketika Alfin tidak segera undur diri. Lelaki muda itu tersenyum kikuk padanya."Maafkan saya, Pak, saya tahu saya salah. Tapi–" "Pargilah! Jangan pernah tampakkan mukamu lagi disini. Dan satu lagi, jangan pernah kau mengusik ketenangan putriku lagi! Kalian sudah berpisah, lebih baik tak usah saling mengganggu. Bahagia lah dengan pilihanmu itu." tegas Pak Cahyo, sebelum akhirnya masuk ke dalam rumah meninggalkan Alfin yang masih mematung di tempatnya. Bu Ratih juga segera masuk ke dalam menyusul sang suami.Lelaki bergelar mantan suami Maira itu memandang hampa rumah mantan istrinya. Semakin kesini perasaan menyesal itu kian menjadi-jadi. Tin!Tin!Bunyi klakson
last updateLast Updated : 2023-09-01
Read more

Bab 27. Mencari Simpati

Alfin menghempaskan tubuhnya di ranjang begitu tiba di kamar. Mata elang itu terpejam beberapa saat, angannya kembali melanglang buana."Kenapa jadi kacau begini, sih," gumamnya sendiri."Apa iya, aku harus segera mencari pengganti Maira secepat itu?""Apa aku turuti saja kemauan Papa sama Mama, ya? Siapa tahu gadis itu memang menarik." Alfin bangkit dari rebahan dan duduk menyandarkan punggungnya di kepala ranjang. "Tapi … bagaimana dengan Tania. Ah, semua ini gara-gara dia, hidupku jadi kacau. Kenapa juga dulu aku bisa tergila-gila sama perempuan sepertinya?""Arrgghhh …." Alfin berteriak frustasi dan mengacak-acak rambutnya. Rasanya percuma saja menyesali yang telah terjadi. Maira–perempuan lemah lembut yang dulu telah berhasil masuk ke dalam hatinya, kini justru dia lepaskan.Alfin tersentak saat ponsel di saku celananya berdering nyaring. Lelaki itu segera merogoh sakunya dan mengeluarkan ponsel dari sana. Sesaat netranya menatap layar yang tengah berkedip-kedip, lalu ia melempar
last updateLast Updated : 2023-09-03
Read more

Bab 28. Diajak Rendi

Tin!Tin!Suara klakson mobil berhenti tepat di depan rumah Pak Cahyo. Maira dan ibunya yang sedang menyiapkan pesanan catering untuk makan siang karyawan saling melempar pandangan."Siapa ya, Mai?" tanya Bu Ratih dengan mimik wajah penasaran.Maira mengedikkan bahunya. Sepasang tangan berkulit putih itu tampak sibuk memasuk-masukkan sayuran ke dalam kotak makan."Nggak tahu, Bu. Pelanggan Ibu mau pesen catering mungkin," jawabnya asal sambil merapatkan tutup kotak makan yang sudah terisi lengkap."Yaudah, Ibu tinggal ke depan dulu, ya. Siapa tahu benar, ada orang mau pesan catering lagi. Nanti sekalian hitung udah jadi berapa itu kotaknya, Mai." Perintah Bu Ratih, wanita paruh baya itu segera menanggalkan celemek yang dipakainya, lalu mencuci tangannya di kran air dan segera melangkah ke depan meninggalkan Maira."Iya, Bu," balas Maira, perempuan itu menoleh pada ibunya sekilas, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.Berselang beberapa menit, Bu Ratih kembali ke dapur dengan langkah
last updateLast Updated : 2023-09-04
Read more

Bab 29. Hati yang Gelisah

Perasaan Maira kian gelisah saat sang Ibu melibatkan bapaknya. Perempuan cantik itu tidak yakin jika bapaknya akan mengizinkannya pergi bersama Rendi. Dalam hati Maira merutuki keberanian Rendi mendekati orang tuanya. Terlalu nekat. Masalahnya dengan Alfin saja belum kelar, ini malah Rendi datang seperti akan membawa masalah baru. Diam-diam Maira melirik kesal pada lelaki yang duduk di sampingnya itu."Nggak masalah, Bu. Dengan senang hati saya akan menunggu izin dari Bapak untuk bisa membawa Maira," ujar Rendi dengan tenang dan lugas. Kedua sudut bibirnya tak pernah lepas dari senyuman.Maira melotot ke arah lelaki itu, dia tidak setuju dengan sikap Rendi yang dinilai terlalu nekat. Namun Rendi justru menatapnya aneh. "Kamu kenapa?" ujarnya dengan kedua alis bertaut, membuat Maira semakin kesal saja.Lagi lagi Maira hanya bisa merutuki Rendi dalam hati, lelaki itu tidak peka dengan apa yang diinginkannya. Maira sungguh merasa takut jika bapaknya murka padanya, belum juga perceraiann
last updateLast Updated : 2023-09-06
Read more

Bab 30. Takut Kecewa

Maira melanjutkan langkahnya, dia kembali ke dapur. Tampak di atas meja kotak-kotak catering sudah tertata rapi, dan sudah dimasukkan ke dalam kantong kresek besar. Pasti ibunya yang telah menyelesaikan.Perempuan berparas teduh itu memilih untuk duduk di kursi kayu depan meja dapur. Tangannya sigap menuang air putih ke dalam gelas kemudian meneguknya hingga tandas. Seketika kerongkongannya terasa basah."Mai, Ibu tahu kamu masih trauma sama pernikahanmu dulu, Ibu paham dengan perasaanmu, tapi Nak … tidak semua orang kaya itu jahat seperti Alfin dan keluarganya. Ibu lihat … Rendi itu orangnya tulus, dia juga punya sopan santun yang bagus sama orang tua. Tidak mentang-mentang sama orang nggak punya." Bu Ratih menyentuh bahu Maira dari belakang. Maira menoleh padanya dengan sorot mata sendu.Lagi-lagi Maira hanya bisa menghembuskan napasnya pelan, entah bagaimana caranya menyampaikan isi hatinya pada sang ibu, Maira ingin ibunya bisa memahami posisinya, tak mudah baginya untuk bisa melu
last updateLast Updated : 2023-09-07
Read more
PREV
123456
...
20
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status