Nizam meringis mendengar ucapan kakaknya. “Terserah Kakak saja,” balas Nizam lantaran terlalu malas meladeni Sarah.Tepat di saat itu, Endang datang dengan wajah kusutnya dan penampilan yang amburadul dari arah dapur. Wanita paruh baya itu langsung mengomel sembari menunjuk-nunjuk Sarah. "Bagus! Pulang malam aja terus!” seru Endang. “Bukannya bantu-bantu di rumah, malah kelayapan di luar!” Tangan wanita itu menuding jam di dinding. “Sudah jam delapan malam, tapi ibu baru selesai mengerjakan pekerjaan rumah! Capek, tahu nggak?!"Sarah menghela napas kasar. Baru juga pulang dengan hati senang, malah balik-balik kena omelan sang ibu.“Ya, gimana ya, Bu? Bukannya bersih-bersih rumah tugasnya ibu rumah tangga?” balas Sarah dengan kurang ajarnya, sukses membuat mata Endang melotot. “Kalau capek, harusnya dari awal jangan suruh Nizam ceraikan Rara. Kalau nggak, sewa pembantu kek.” Selalu jawaban yang sama untuk keluhan yang sama.“Kamu–!”Baru saja mau memulai perdebatan, mendadak Endang t
Baca selengkapnya