Semua Bab Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu: Bab 31 - Bab 40

268 Bab

Bab 31. Arjuna Menyukai Rara?

Setelah keluar dari ruang presdir Jaya Corp itu, Raja duduk termangu dalam mobilnya. Hati pria itu dipenuhi dengan perasaan yang campur aduk. Walau ada rasa kecewa karena belum bisa membantu Jeny, tapi ada perasaan menarik dalam hatinya yang sedikit berbunga-bunga setelah bertemu dengan sosok adik Satria Wijaya yang menawan, wanita yang entah kenapa bisa menggugah hatinya.Sampai detik ini, Raja tidak pernah menjalin cinta dengan wanita mana pun. Itu semua berkat sang ayah yang meminta Raja untuk selalu fokus dengan kedudukannya sebagai calon pewaris dan juga adiknya yang selalu mengkhawatirkan dirinya. Selain itu, penampilannya di mata semua orang terkesan galak dan menyeramkan, dan hal itu membuat para wanita tidak berani mendekatinya. Kalaupun ada, mereka hanya menarget kekayaan dan kedudukan Raja saja. Jauh berbeda dengan adik Satria Wijaya yang hari ini dia temui. Wanita itu dengan berani menatap lurus dirinya, bahkan menegurnya atas sikapnya yang patut Raja akui cenderung kelew
Baca selengkapnya

Bab 32. Kecurigaan Raja

Arjuna baru saja selesai mandi sore itu. Dengan mengenakan handuk sebatas pinggang yang mempertontonkan dada bidang dan otot perut berlekuk miliknya, pria itu tampak sedang mengeringkan rambutnya yang basah.Mendadak, ponsel yang Arjuna letakkan di nakas berdering, membuat dia langsung mengambilnya tanpa memakai baju terlebih dahulu. "Raja?" Dahi Arjuna mengernyit ketika membaca nama yang terpampang di layar ponsel itu. Sedikit terkejut karena temannya itu sangat jarang menghubungi di waktu selarut itu. Namun, daripada menduga-duga tujuan Raja, Arjuna pun langsung menerima panggilan itu."Ada apa?" Suara Arjuna terdengar datar seperti biasanya."Arjuna … kita perlu bicara.”Suara serius milik Raja membuat Arjuna cukup kaget. Temannya yang cenderung bersuara besar dan ceria itu terdengar berbeda.“Katakan saja."Raja sebenarnya merasa tak enak pada Arjuna, tapi dia tidak bisa menahan emosi ketika membayangkan bahwa temannya itu telah membohonginya siang tadi dan berujung bertemu den
Baca selengkapnya

Bab 33. Pembalasan Rara

"Bagaimana menurut Kakak? Apa keputusan yang aku ambil sudah benar?" Rara yang saat ini sudah di rumah dan berada di ruang kerja Satria, sedang memperbincangkan soal beberapa keputusan bisnis yang Rara ambil hari ini.Satria mengangguk dan nampak tersenyum tipis. "Bagus. Kamu telah melakukannya dengan baik." Dia merasa puas dengan kinerja Rara, meski adiknya itu masih pemula.Rara menghela nafas dan nampak begitu lega juga. "Syukurlah." Wanita itu tadi sempat bimbang dan takut jika keputusan yang dia ambil tak disetujui oleh Satria."Selama menurut kamu itu benar, lakukan." Kepercayaan penuh itu diberikan pada Rara, agar sang adik bisa merasa nyaman.Saat melihat Rara mulai merapikan dokumen, Satria pun bertanya, "Apa ada kejadian menarik di kantor?"Rara menaikkan satu alisnya, penasaran bagaimana sang kakak begitu up to date dengan segala yang terjadi di sekelilingnya. Apakah Satria dan Linda berinteraksi sesering itu? Menepiskan pertanyaan tersebut, Rara pun menjawab, “Raja Sanjaya
Baca selengkapnya

Bab 34. Obsesi Nizam

*Beberapa saat yang lalu*'Kebetulan sekali Kak Raja sudah sampai di rumah.' Jeny yang baru saja pulang melihat lampu ruang kerja Raja menyala. Dia pun tersenyum senang dan langsung menuju ke ruangan kakaknya itu. Nampak saat itu Raja tengah bergelut dengan beberapa dokumen pentingnya, wajahnya nampak serius. Tetapi ketika melihat Jeny masuk, pria itu lalu menutup salah satu dokumen yang sedang dia periksa."Sudah lama sampai rumah, Kak?" Jeny terlebih dulu basa-basi, dan langsung menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi yang ada di depan meja kerja Raja."Lumayan," jawab Raja singkat. Wajah lelaki itu yang biasa nampak ramah pada sang adik, saat ini terlihat sedikit mengeras. Tetapi hal itu tak menjadi pikiran Jeny, dia tetap saja mengatakan tujuan utamanya pada Raja."Kak, bisa nggak minta rekomendasi agar Nizam bisa masuk ke salah satu perusahaan ternama seperti Wijaya Group atau Pramana Group?"Apa pun yang dilakukan oleh Jeny saat ini adalah demi dan tentang Nizam saja. Karena pria
Baca selengkapnya

Bab 35. Kebusukan Kakak Beradik Saputra

"Sial! Kenapa sih si Raja itu mau ketemu sama aku?!" Nizam mengumpat dan sangat kesal setelah mengakhiri panggilan dengan Jeny. Sebenarnya, ketika pertama kali berkenalan dengan Jeny, Nizam sudah ingin bertemu keluarga wanita itu. Hanya saja, Jeny malah tak memperbolehkan dengan dalih ‘belum waktunya’.Nizam paham jelas apa maksud Jeny, yakni bahwa dirinya sebagai pria belum pantas untuk bertemu dengan orang tua Jeny karena kedudukannya sama sekali tidak menonjol. Demikian, Jeny mengusulkan ide untuk menaikkan derajat Nizam terlebih dahulu sebelum mempertemukan pria tersebut dengan keluarganya.Disiram kenyataan seperti itu membuat Nizam selalu menghindari acara-acara yang bisa mempertemukannya dengan keluarga Jeny. Dia pun memiliki ketakutan kalau dia bertemu dengan keluarga wanita itu sebelum mendapatkan kedudukan yang lebih baik, bisa-bisa gagal sudah rencananya selama ini untuk menikahi Jeny.Akan tetapi, sekarang malah kakak wanita itu secara khusus meminta untuk bertemu! Nizam
Baca selengkapnya

Bab 36. Sifat Endang

Nizam meringis mendengar ucapan kakaknya. “Terserah Kakak saja,” balas Nizam lantaran terlalu malas meladeni Sarah.Tepat di saat itu, Endang datang dengan wajah kusutnya dan penampilan yang amburadul dari arah dapur. Wanita paruh baya itu langsung mengomel sembari menunjuk-nunjuk Sarah. "Bagus! Pulang malam aja terus!” seru Endang. “Bukannya bantu-bantu di rumah, malah kelayapan di luar!” Tangan wanita itu menuding jam di dinding. “Sudah jam delapan malam, tapi ibu baru selesai mengerjakan pekerjaan rumah! Capek, tahu nggak?!"Sarah menghela napas kasar. Baru juga pulang dengan hati senang, malah balik-balik kena omelan sang ibu.“Ya, gimana ya, Bu? Bukannya bersih-bersih rumah tugasnya ibu rumah tangga?” balas Sarah dengan kurang ajarnya, sukses membuat mata Endang melotot. “Kalau capek, harusnya dari awal jangan suruh Nizam ceraikan Rara. Kalau nggak, sewa pembantu kek.” Selalu jawaban yang sama untuk keluhan yang sama.“Kamu–!”Baru saja mau memulai perdebatan, mendadak Endang t
Baca selengkapnya

Bab 37. Dihadapan Uang, Semua Mungkin

"Menjatuhkan Rara sekarang bukanlah hal mudah, Bu. Jangan lupa, dia ada hubungan dengan presdir perusahaan besar seperti Jaya Corp.” Endang mengerutkan dahinya, merasa tidak senang saat ingat kenyataan itu.Nizam menghembuskan nafas panjang selagi mengingat pertemuannya kembali dengan Rara yang selalu saja sukses membuatnya malu dan mati kutu."Bukan cuma itu, dia juga mendapatkan dukungan dari si Arjuna," ucap Nizam lagi. “Di level kita sekarang, sulit menyentuh dia.”"Kenapa bisa begitu sih?" Endang nampak penasaran lagi. “Kayaknya dulu dia nggak punya koneksi deh!”Nizam menaikkan kedua pundaknya. "Aku juga nggak tahu, Bu.”Endang terdiam. Menantunya yang penurut dan mudah ditindas itu sekarang begitu kuat dan ada koneksi dengan sejumlah orang kaya. Jika mengingat latar belakang Rara dulu, wanita itu hanya anak yatim piatu dengan satu kakak laki-laki yang lebih tua sebelas tahun di atasnya, jadi bagaimana mungkin mereka ada hubungan dengan kalangan atas?Keluarga Endang saja yang s
Baca selengkapnya

Bab 38. Lawan Kita Adalah Rara

“Menjual kata manis dan menurut pada Jeny seperti anjing peliharaan demi bisa mendapatkan keuntungan. Itu ‘kan yang kamu lakukan?”Nizam mendengus kasar sembari mengerucutkan bibirnya ke depan, sangat kesal dengan makian Sarah. "Jaga mulut kamu, Mbak!" Matanya menatap tajam ke arah Sarah. "Bukankah kamu juga nggak kalah buruk? Kamu malah menjual tubuh untuk mendapatkan si Daniel itu kan?" Nizam seperti tak mau kalah dengan si kakak.Namun, reaksi yang ditunjukan oleh Sarah malah tampak tenang dan biasa saja. Wanita itu tak terganggu sama sekali dengan perkataan adiknya itu."Nggak masalah sih, aku nyaman aja kok melakukannya. Karena dengan begitu aku bisa dengan mudah mengendalikan Daniel seperti mainan." Sarah berkata sambil tersenyum licik."Ingat ya, aku yang mengendalikan Daniel. Jauh beda sama kamu yang dijadikan mainan sama si Jeny!" Sarah masih merasa paling pintar dibanding dengan adik lelakinya itu.Sebenarnya kakak beradik itu sama saja, melakukan apa saja demi uang, meski
Baca selengkapnya

Bab 39. Yang Hina Aku atau Mereka?

“Ngapain wanita murahan kayak kamu di sini!?” Dengan wajah sinis dan penuh percaya diri, Endang mencoba menjatuhkan harga diri Rara.Dilihat dari ekspresi teman-temannya ketika dirinya datang, Endang yakin Rara mengatakan sesuatu yang membuat mereka memandangnya dengan agak sinis. Oleh karena itu, Endang harus memutarbalikkan keadaan dan menjelek-jelekkan Rara!Namun, rencana Endang malah berbalik."Bu Endang, sudah. Jangan bicara seperti itu. Ini di depan umum loh." Ratna langsung memberhentikan Endang secara halus. Dalam hatinya, Ratna merasa malu diperhatikan banyak orang karena Endang berbicara dengan begitu kasar, seperti orang tidak berpendidikan. Akan tetapi, Endang tetap saja tak bisa mengendalikan emosinya. Dia masih tetap ingin menjatuhkan Rara di depan orang. "Dia ini memang sekarang jadi wanita murahan kok, Bu. Memberikan tubuhnya pada banyak pria kaya hanya untuk mendapatkan uang! Ih menjijikan sekali!" seru Endang lantang sembari mengangkat dagu untuk menunjukkan bahwa
Baca selengkapnya

Bab 40. Harga Diriku Tak Bisa Ditukar Uang

“Karena Anda juga secara terbuka terus memprovokasi saya, maka jangan salahkan saya bertindak kejam!!"Endang langsung meradang mendengar hal itu, dia emosi dan mengatakan beberapa hal yang tidak pantas. "Dasar perempuan jalang kamu! Mulut kamu itu minta dirobek ya?" Endang berteriak lantang. "Jangan membalikkan fakta kamu! Anakku semua baik, justru kamu yang busuk! Tukang fitnah kurang ajar!"Rasa emosi dan malu di depan banyak orang membuat Endang seakan hilang kembali. Niatnya untuk mempermalukan Rara malah berbalik menyerang dirinya sendiri."Kamu itu memang murahan! Bisa masuk dengan mudahnya di kalangan atas pasti karena kamu tidur sama pria-pria itu bukan? Merayu mereka demi uang dan kemewahan! Menjijikan!"Rara menggelengkan kepalanya, merasa omongan Endang membosankan. Dia pun membalas dengan tegas, "Berbeda dengan anak-anak Ibu, saya masih punya harga diri yang tak akan pernah digadaikan hanya demi harta atau sebuah jabatan."Sederhana, tetapi perkataan Rara ini langsung me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
27
DMCA.com Protection Status