ada yang mengidolakan Endang nggak nih?
"Menjatuhkan Rara sekarang bukanlah hal mudah, Bu. Jangan lupa, dia ada hubungan dengan presdir perusahaan besar seperti Jaya Corp.” Endang mengerutkan dahinya, merasa tidak senang saat ingat kenyataan itu.Nizam menghembuskan nafas panjang selagi mengingat pertemuannya kembali dengan Rara yang selalu saja sukses membuatnya malu dan mati kutu."Bukan cuma itu, dia juga mendapatkan dukungan dari si Arjuna," ucap Nizam lagi. “Di level kita sekarang, sulit menyentuh dia.”"Kenapa bisa begitu sih?" Endang nampak penasaran lagi. “Kayaknya dulu dia nggak punya koneksi deh!”Nizam menaikkan kedua pundaknya. "Aku juga nggak tahu, Bu.”Endang terdiam. Menantunya yang penurut dan mudah ditindas itu sekarang begitu kuat dan ada koneksi dengan sejumlah orang kaya. Jika mengingat latar belakang Rara dulu, wanita itu hanya anak yatim piatu dengan satu kakak laki-laki yang lebih tua sebelas tahun di atasnya, jadi bagaimana mungkin mereka ada hubungan dengan kalangan atas?Keluarga Endang saja yang s
“Menjual kata manis dan menurut pada Jeny seperti anjing peliharaan demi bisa mendapatkan keuntungan. Itu ‘kan yang kamu lakukan?”Nizam mendengus kasar sembari mengerucutkan bibirnya ke depan, sangat kesal dengan makian Sarah. "Jaga mulut kamu, Mbak!" Matanya menatap tajam ke arah Sarah. "Bukankah kamu juga nggak kalah buruk? Kamu malah menjual tubuh untuk mendapatkan si Daniel itu kan?" Nizam seperti tak mau kalah dengan si kakak.Namun, reaksi yang ditunjukan oleh Sarah malah tampak tenang dan biasa saja. Wanita itu tak terganggu sama sekali dengan perkataan adiknya itu."Nggak masalah sih, aku nyaman aja kok melakukannya. Karena dengan begitu aku bisa dengan mudah mengendalikan Daniel seperti mainan." Sarah berkata sambil tersenyum licik."Ingat ya, aku yang mengendalikan Daniel. Jauh beda sama kamu yang dijadikan mainan sama si Jeny!" Sarah masih merasa paling pintar dibanding dengan adik lelakinya itu.Sebenarnya kakak beradik itu sama saja, melakukan apa saja demi uang, meski
“Ngapain wanita murahan kayak kamu di sini!?” Dengan wajah sinis dan penuh percaya diri, Endang mencoba menjatuhkan harga diri Rara.Dilihat dari ekspresi teman-temannya ketika dirinya datang, Endang yakin Rara mengatakan sesuatu yang membuat mereka memandangnya dengan agak sinis. Oleh karena itu, Endang harus memutarbalikkan keadaan dan menjelek-jelekkan Rara!Namun, rencana Endang malah berbalik."Bu Endang, sudah. Jangan bicara seperti itu. Ini di depan umum loh." Ratna langsung memberhentikan Endang secara halus. Dalam hatinya, Ratna merasa malu diperhatikan banyak orang karena Endang berbicara dengan begitu kasar, seperti orang tidak berpendidikan. Akan tetapi, Endang tetap saja tak bisa mengendalikan emosinya. Dia masih tetap ingin menjatuhkan Rara di depan orang. "Dia ini memang sekarang jadi wanita murahan kok, Bu. Memberikan tubuhnya pada banyak pria kaya hanya untuk mendapatkan uang! Ih menjijikan sekali!" seru Endang lantang sembari mengangkat dagu untuk menunjukkan bahwa
“Karena Anda juga secara terbuka terus memprovokasi saya, maka jangan salahkan saya bertindak kejam!!"Endang langsung meradang mendengar hal itu, dia emosi dan mengatakan beberapa hal yang tidak pantas. "Dasar perempuan jalang kamu! Mulut kamu itu minta dirobek ya?" Endang berteriak lantang. "Jangan membalikkan fakta kamu! Anakku semua baik, justru kamu yang busuk! Tukang fitnah kurang ajar!"Rasa emosi dan malu di depan banyak orang membuat Endang seakan hilang kembali. Niatnya untuk mempermalukan Rara malah berbalik menyerang dirinya sendiri."Kamu itu memang murahan! Bisa masuk dengan mudahnya di kalangan atas pasti karena kamu tidur sama pria-pria itu bukan? Merayu mereka demi uang dan kemewahan! Menjijikan!"Rara menggelengkan kepalanya, merasa omongan Endang membosankan. Dia pun membalas dengan tegas, "Berbeda dengan anak-anak Ibu, saya masih punya harga diri yang tak akan pernah digadaikan hanya demi harta atau sebuah jabatan."Sederhana, tetapi perkataan Rara ini langsung me
PLAK!"Awas kamu anak nakal!"Endang telah siap memukul dengan tangan yang sudah terangkat di udara. Saat itu Arjuna datang dan langsung menghalau tangan wanita paruh baya itu. "Jangan sembarangan menjatuhkan tangan pada putra saya!"Endang terkesiap dan segera menarik tangannya. Tak hanya Endang tetapi semua orang yang sejak tadi terus memperhatikan itu pun ikut kaget.Ibunda Nizam itu pun semakin kaget karena melihat penampilan Arjuna yang parlente. Tetapi sesaat kemudian dia kembali seperti tersadar sedang dalam situasi seperti apa. "Aku nggak akan kasar, jika anak kamu itu nggak kurang ajar!" seru Endang sambil menunjuk pada Daffa yang sejak tadi masih terus menatap lekat pada Endang. "Harusnya kamu itu ajari anak kamu itu sopan santun dong! Berani sekali ngomong kasar sama orang tua!" tukas Endang lagi merasa kembali paling benar.Arjuna diam dan menatap manik mata putranya sesaat, tanpa perlu dikomando Daffa pun langsung bercerita. Dengan seksama Arjuna pun memperhatikan cerita
“Takut, ‘kan? Makanya jangan macam-macam sama calon mama baru Daffa, nanti Papa yang turun tangan kasih pelajaran!” Semua orang yang ada di sekitar sungguh terkejut dengan ucapan polos yang keluar dari mulut Daffa itu, namun yang paling terkejut tentu saja Endang. Wanita paruh baya itu sampai beberapa saat tak bisa berucap dan hanya membuka mulutnya lebar. 'Nggak mungkin. Ini sama sekali nggak bisa dipercaya!' Endang pun akhirnya menatap Rara dan juga Arjuna bergantian. 'Mana mungkin Arjuna yang katanya kaya raya itu akan menikahi Rara yang miskin.' Endang masih terus berucap dalam hati. Bertemu seseorang Arjuna yang sejak kemarin diperbincangkan oleh Sarah dan Nizam adalah sebuah kejutan, tetapi mendengar jika Rara dan Arjuna akan menikah, itu adalah klimaksnya!Melihat Endang mati kutu dan jelas tidak bisa menghapuskan dosanya kepada Arjuna dan Rara semudah itu, Ratna beserta dua temannya diam-diam menghampiri Rara dan berkata, "Rara, kami pamit dulu ya. Senang ketemu kamu. Selam
"Ada apa, Kak?" tanya Jeny langsung khawatir. "Apa Nizam baik-baik saja?"Tak berpikir jika saat ini Jeny sedang panik, Sarah malah terkekeh. "Nizam? Kenapa malah kamu ngomongin Nizam sih?" Tanggapan dari Sarah itu membuat Jeny mengerutkan kening. "Kalau bukan tentang Nizam, Kak Sarah mau ngomongin apa?" Masih dengan tertawa, Sarah pun menjawab dengan entengnya. "Aku hanya mau menanyakan tentang Arjuna."Jeny menyatukan kedua alisnya, merasa apa yang akan jadi topik pembicaraan setelah ini tak penting baginya.Karena tidak darurat, akhirnya Jeny menanyakan hal lain yang menurutnya lebih penting, "Dari mana Kak Sarah dapat nomor teleponku?" Dia jelas tak pernah memberikan nomor ponselnya kepada Sarah lantaran takut wanita itu akan bertanya-tanya tentang hal yang tidak perlu."Tentu saja dari Nizam dong." Jeny menggenggam kuat ponselnya, merasa kesal karena Nizam sembarangan memberikan nomornya pada Sarah. Padahal, sebelumnya sudah Jeny wanti-wanti pada pria itu untuk tidak memberika
“Jadi kamu pria yang berusaha menikahi adikku?”Nizam hanya mengangguk dan tersenyum mendengar perkataan Raja dengan wajah yang dingin itu. Belum sampai satu detik bertemu dengan Raja, sudah membuat hati Nizam tak karuan. Rasa optimis yang sudah sejak dari rumah dia rencanakan, saat ini malah semakin terkikis saja."Silahkan duduk." Kembali dengan suara datar dan tatapan mata yang dingin, Raja mempersilahkan Nizam yang masih mematung tepat di samping Jeny.Segera Nizam pun mengangguk dan mengambil posisi tepat di depan Raja dan berdampingan dengan Jeny.Raja langsung berkata sambil melihat arloji mewahnya, "Hampir telat.” Dia mengalihkan pandangan untuk menatap lurus Nizam. “Biasanya orang yang suka telat adalah orang yang tidak bisa menjaga komitmen."Menunggu sudah lebih dari sekitar setengah jam, membuat Raja harus ekstra sabar menghadapi pria pilihan hati adiknya ini. Pasalnya dia adalah orang yang sangat menghargai waktu, termasuk menghargai sebuah janji.Nizam bisa merasakan jant