Home / Romansa / Menjelang Pernikahan / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Menjelang Pernikahan: Chapter 11 - Chapter 20

54 Chapters

Bab 11 Rela Berbuat Apa Saja

“Kamu hamil?” Arisa sampai harus memicingkan mata saat bertanya.Selama berteman dengan Melia, tak sekalipun ia mengetahui gadis itu dekat dengan pria. Dia juga tak pernah bercerita kalau memiliki kekasih.“Apa itu anaknya ….” Lidah Arisa mendadak kelu. Rasa tak sanggup menyebut nama lelaki yang ia curigai sebagai ayah dari bayi yang Melia kandung, jika benar dia hamil.Tak ada satu kata pun keluar dari mulut mantan sahabatnya. Namun, Arisa bisa melihat kristal-kristal bening tengah menggenang di mata Melia.“Kembalikan!” Tangan Arisa mengambang di udara, ketika Melia merampas kembali kantong belanjanya.Perempuan yang menyandang tas di bahunya itu melenggang pergi tanpa permisi. Sedangkan Arisa hanya mematung dalam keadaan setengah tak percaya. Mungkinkah Bahtiar merupakan pelakunya?“Risa, jadi beli obat gak?” Suara Yanu mengagetkan Arisa dari keterpakuan.Ia menoleh sebentar, kemudian beralih mencari-cari keberadaan Melia yang entah ke mana.“Kak Yanu aja yang beli. Aku tunggu di l
last updateLast Updated : 2023-08-09
Read more

Bab 12 Membalas Perbuatan Jahil

“Ini gak bener kan, Mel? Kamu lagi bercanda kan?” Bahtiar melempar alat uji kehamilan yang baru saja diberikan Melia.“Aku juga maunya kayak gitu. Tapi, nyatanya ini benar-benar terjadi. Aku hamil dan ini anakmu.” Berderai air mata, Melia menunduk tak sanggup bersitatap dengan Bahtiar.Setelah mencoba berulang kali, akhirnya Bahtiar mau diajak bicara berdua. Walaupun semua dilakukan secara terpaksa, tapi bagi Melia itu merupakan kesempatan yang sangat berharga.Lelaki berkemeja biru pudar itu meraup wajah dengan gusar. Belum usai satu persoalan, kini masalah baru sudah datang. Kemarahan orang tuanya atas pembatalan pernikahan dengan Arisa belum sempat teredam, sekarang di hadapannya seorang perempuan tengah meminta pertanggung jawaban.“Mel, aku bener-bener gak bisa percaya ini. Aku yakin sekali kita gak lakuin apa-apa malam itu. Bagaimana mungkin kamu bisa hamil?” Diputar berulang kali pun, Bahtiar sama sekali tak bisa mengingat kalau dirinya pernah menggagahi Melia.“Tiar, kamu itu
last updateLast Updated : 2023-08-09
Read more

Bab 13 Kepergok Mama

“Iihh … Kak Yanu apaan sih.” Arisa mendorong dada Yanu begitu cekalan tangan lelaki itu terlepas. Makanan yang terlanjur masuk pun menyembur dan berhamburan di lantai. Dengan kedua telapak tangan yang terkepal, Arisa memukuli Yanu hingga terjungkal. Bukan karena kesakitan, melainkan tertawa terpingkal mendapati reaksi perempuan yang ada di depannya.Keributan yang mereka ciptakan, tentu saja mengusik ketenangan Linda yang belum lama terpejam. Ia bangun dan menghampiri sumber kegaduhan.“Ada apa ini?” Pandangan yang masih remang-remang itu seketika terbuka lebar, begitu menangkap bayangan Arisa yang tengah memukuli Yanu yang terbaring di lantai.“Mama?” Sakit terkejutnya, Arisa bergegas mundur dari tubuh Yanu, dan bergeser lebih jauh.“Kalian sedang apa?” Linda pun tak kalah kaget menyaksikan dua anak anak manusia yang sama-sama sudah dewasa berada dalam posisi seperti itu. Posisi yang jika diperhatikan sekilas, tak ubahnya orang yang tengah saling bertindihan. Arisa bangkit dan meng
last updateLast Updated : 2023-08-09
Read more

Bab 14 Memerhatikan Dari Jauh

Lebih dari satu minggu suasana saat berkumpul di meja makan begitu senyap. Selain dentingan sendok yang beradu dengan piring, makan tak ada lagi suara yang lain.Namun, malam ini sepertinya akan berbeda dari sebelumnya. Sebab ada hal besar yang hendak Bahtiar sampaikan.Sepasang suami istri yang tak lagi muda itu saling melempar pandang, ketika Bahtiar mencegah mereka meninggalkan ruang makan. “Ada sesuatu yang ingin kusampaikan.” Rendah nada suara Bahtiar adalah wujud rasa takut yang sungguh menekan dalam pikiran.Tak ada jawaban maupun sekadar mempersilahkan. Kedua orang tuanya hanya diam dan bersiap menyimak apa yang akan mulut Bahtiar tuturkan.“Aku mau menikahi seseorang.” Ragu-ragu, tetapi semua harus diungkapkan.“Menikah? Apa maksudnya?” Sang ibu terdengar tak menyukai pembicaraan yang belum jelas itu.“Iya, Ma. Aku harus menikahi seseorang. Dengan ataupun tanpa restu kalian, aku akan menikahi perempuan itu.”Tak habis pikir ayah Bahtiar. Setelah apa yang menimpa terhadap ren
last updateLast Updated : 2023-08-09
Read more

Bab 15 Hujan Hari Ini

Hujan pagi ini menyeruakkan aroma tanah yang kemarin masih mengering. Pucuk-pucuk dedaunan bergoyang tertimpa jatuhan air langit. Denting atap baja ringan riuh berisik, memecah keheningan hari.Jalan-jalan yang biasanya ramai, kini tampak lengang. Hanya ada beberapa kendaraan yang rela menerobos derasnya air hujan. Warna coklat yang berasal dari campuran tanah dan air mengaliri selokan. Dalam ruangan berukuran 3x4 meter, Arisa tengah sibuk memisah-misahkan beragam berkas yang ia anggap penting. Beberapa salinan juga ia kumpulkan untuk kemudian disatukan dalam sebuah map yang disertai selembar surat lamaran.“Duh, kok hujannya gak berhenti-berhenti sih?” Keluh kesah itu meluncur dari bibir Arisa.Dengan pandangan menatap hampa melalui kaca jendela, Arisa melemaskan pundak yang kehilangan semangat.“Sabar. Nanti juga reda. Lagian besok-besok juga kan bisa kirim lamarannya.” sang ibu hanya bisa menenangkan tanpa memberi solusi. Sebab cuaca hari ini, sepenuhnya kuasa Sang Illahi.“Iya, si
last updateLast Updated : 2023-08-09
Read more

Bab 16 Di Rumah Sakit

Satu tamparan yang mendarat tepat di pipi, menyadarkan Yanu yang baru saja melepas tautan bibir. Tampak di matanya wajah merah Arisa yang tengah dipenuhi amarah. Tarikan napasnya begitu cepat, dengan dada naik turun tanpa jeda.Tak sanggup berkata-kata, Arisa keluar dari mobil dengan segera. Ia terjang rintik hujan yang belum sepenuhnya reda. Rambut tergerai Arisa perlahan basah hingga meneteskan air hujan yang telah menimpa.Arisa berjalan setengah berlari bersamaan dengan tangis dan hujan yang melebur jadi satu. Sekalipun ia tak pernah memprediksi bahwa Kakak sepupu yang paling baik yang dimiliki, nyatanya berani melakukan perbuatan yang tidak seharusnya.“Risa.” Sebuah tangan menyentak arisa dan berusaha menghentikan langkahnya. “Risa, dengarkan dulu. Aku mohon.”Tak peduli apapun lagi yang ingin dikatakan Yanu, Arisa tetap melangkah maju. Bahkan sekilas menatap pun Arisa tak mau.“Risa, aku minta maaf. Kumohon dengarkan aku bicara dulu. Aku punya alasan, kenapa aku lakukan itu.” Y
last updateLast Updated : 2023-08-10
Read more

Bab 17 Sesakit Itukah?

Seperti cuplikan film, kilasan kenangan manis sekaligus pedih yang pernah ada dalam kehidupan tiga orang itu berkelebatan dalam kepala Arisa. Keseruan mereka menghabiskan waktu bersama, juga tentang kemesraan yang terjadi antara Bahtiar dan Melia di belakang Arisa.Tak sampai di situ, bayangan Melia membeli alat uji kehamilan pun serupa kobaran api yang menyala membakar amarah dalam diri Arisa. Siapa yang sangka jika dua orang yang ia percaya begitu tega melakukan hal menjijikan itu di saat ia justru tengah sibuk menyiapkan hari bahagia.“Kak.” Arisa melambaikan tangan agar Yanu segera menarik mundur kursi roda.Suara yang tertangkap telinga Bahtiar seketika mengalihkan perhatian. Ia lekas melerai pelukan, lalu menoleh ke sisi sebelahnya, di mana sebelumnya ia tak menyadari keberadaan gadis yang ia cinta, sebab terlalu mengkhawatirkan sang ayah.“Tante.” Layaknya calon menantu yang baik, Melia pun mengganti posisi Bahtiar memeluk ibunya.Sementara itu, Bahtiar terpaku menyaksikan Aris
last updateLast Updated : 2023-08-10
Read more

Bab 18 Menjadi Babu

Usai menjalani serangkaian pemeriksaan, ayah Bahtiar kemudian dipindahkan ke ruang inap untuk dilakukan perawatan lebih lanjut. Semua yang di sana tidaklah kaget atau heran dengan apapun yang dokter katakan. Ini bukan kali pertama pria tua itu masuk rumah sakit.Kendati demikian, rasa cemas dan takut tetap saja kerap menghantui setiap kali menyaksikan kondisi lemah lelaki itu. Terlebih melihat selang-selang kecil terpasang di beberapa bagian tubuh. Sungguh tak terbayang bagaimana rasa sakitnya.Utami berjalan lebih dulu menggandeng tangan suaminya, mengikuti langkah para perawat yang mendorong brankar. Disusul oleh Bahtiar yang terus merangkul bahu sang ibu yang tak berhenti menangis. Sedangkan Melia, berada di barisan paling belakang. Sendiri sembari membawakan banyak barang.“Melia, tolong kamu rapikan barang-barang itu ke dalam nakas. Pisahkan punya Mama sama punya Papa, biar nanti gampang ngambilnya.” Dada Melia bergemuruh. Sekuat tenaga ia menahan diri dengan menerima segala peri
last updateLast Updated : 2023-08-10
Read more

Bab 19 Kenapa?

Kurang lebih pukul sebelas malam. Sebagian besar penghuni kost tentu sudah terlelap. Suasana begitu hening. Selain desir angin, tak terdengar lagi suara yang lain.Melia terhenyak kala menyadari tubuhnya sudah tak terbalut meski hanya sehelai benang. Sentuhan seduktif yang dilakukan Haidar, membuat Melia meremang. Namun, ia segera menguasai diri. Melia menepis tangan Haidar. Memungut kembali handuk yang teronggok di lantai. Ia tutup tubuh polos itu dan bergerak menjauh dari lelaki yang menolak untuk bertanggung jawab atas apa yang ia alami.“Jangan sentuh saya!” Melia menatap tajam suami dari calon kakak iparnya.Tawa kecil menghiasi bibir Haidar yang sama sekali tak takut pada peringatan yang Melia lakukan. “Kenapa? Bukankah kita sering melakukannya?” Tak ada makna lain, selain ejekan yang tersirat dari ucapan Haidar. “Ayolah, Melia. Kau jangan naif. Jangan karena kau akan menikah dengan Bahtiar, lantas sekarang kau menolakku. Jangan kira dengan kau menikah dengannya, lalu Bahtiar
last updateLast Updated : 2023-08-10
Read more

Bab 20 Kata-kata Kakak Ipar

[Hari ini gak usah jemput. Aku mau berangkat sendiri]Pesan yang baru masuk itu tak segera dijawab. Yanu menoleh ke arah pintu rumah Arisa. Belum ada tanda-tanda gadis itu akan keluar. Dari kata yang berhasil terbaca, tampaknya Arisa semakin marah padanya, karena Yanu tak bisa menjawab pertanyaannya.Nyatanya kemarin kalimat jawaban atas pertanyaan Arisa sebatas terucap dalam benak. Yanu tak bernyali untuk mengakui kalau dirinya memiliki perasaan lain, yang berbeda dari sekadar saudara. Ada ketakutan dalam diri Yanu mengenai Arisa. Apabila semua rasa itu benar-benar terungkap, bukan tak mungkin Arisa akan semakin menjauh.[Aku sudah di depan rumah]Setelah beberapa detik, Yanu membalas pesan Arisa. Ia mengabarkan bahwa dirinya terlanjur datang.Selang beberapa menit, muncul lah Arisa dengan wajah tertekuk dan langkah menghentak penuh rasa terpaksa. Yanu hanya diam, bahkan ketika gadis manis itu masuk dan membanting pintu. Tak banyak bicara, Yanu segera melajukan mobilnya membelah j
last updateLast Updated : 2023-08-10
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status