Home / Fantasi / Lahir Kembali Menjadi Undead / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Lahir Kembali Menjadi Undead: Chapter 41 - Chapter 50

120 Chapters

Bab XLI - Cermin Fakta

Rambut hitam, petarung, pedang perak. Ciri-ciri ini adalah Gaston Bruke. “Cermin ini aku berikan untukmu. Lalu, dia!” Rose kemudian menunjuk ke arah bawah di seberang tempat duduknya, usai ia keluar dari ruangannya. “Dia adalah bangsawan yang tadi menghampiriku. Aku sempat mengingat topeng yang dia pakai.” “Oh, begitu. Tapi apa alasanmu memberikan cermin ini padaku?” tanya Halbert. “Siapa yang tahu kau membutuhkannya. Anggap saja hadiah karena telah menerima perintahku.”“Berhubung aku sudah memenangkan pertandingan pertama. Ada hal yang ingin aku perintahkan padamu.”“Aku sangat menantikannya. Apa itu?”“Awasi semua orang di sini. Perhatikan sekitar jika ada yang aneh.”“Oh, itu mudah!” Menduga bahwa Gaston berada di sini, membuat kewaspdaan Halbert semakin meningkat. Ia lekas pergi ke ruang tunggu, tempat di mana para petarung ada. Dengan serba kayu, serta pasir pengganti lantai. Rasanya cukup sejuk tapi tetap terasa menyeramkan apabila duduk bersama dengan para petarung lainn
Read more

Bab XLII - Sorak-Sorak Kematian

Untuk yang kedua kalinya Gaston bertemu dengan Halbert, meski kali ini hanya Halbert saja yang menyadarinya.“Aku tahu apa tujuanmu sekarang. Pembantaian, bukan? Sebenarnya untuk apa kau melakukan itu? Jangan bilang untuk mencapai keabadian agar kau selalu hidup tanpa mengenal kematian? Jangan bercanda.”Dari detik hingga per jam, telah berlalu dan rasanya begitu singkat saat Halbert sangat fokus pada Gaston yang kini tengah bertarung. Gayanya mungkin berbeda, mungkin ia mengantisipasi agar tidak dikenali. Tapi ia sama sekali tidak mengganti pedang peraknya itu. Lalu jika melihat lawannya, tak terlihat ia mampu menyeimbangkan kekuatannya dengan Gaston, seharusnya lawan Gaston akan mudah tumbang tapi Gaston sengaja mengulur waktu sampai membuat lawannya kelelahan. “Sudah kuduga, bukan pertarungan ini yang dia inginkan. Ya, pasti tidak salah lagi kalau dia datang kemari untuk membantai semua orang di sini.”“Hei, jangan bertindak ceroboh!” peringat Rose kepadanya.“Kau masih di sini?
Read more

Bab XLIII - Kelemahan Undead

Di tengah pembantaian sadis, satu per satu nyawa yang merengek kesakitan pun melayang. Gaston Bruke berdiri di tempat yang sama seperti Halbert. Keduanya saling bertukar tatap dengan penuh arti. “Kenapa kau melakukan ini?” Saat itu penampilan keduanya pun berubah sesuai aslinya. Sesaat sebelum menjawab, Gaston melihat kalung di leher Halbert. Ia mungkin penasaran bagaimana dengan kepalanya.“Aku melakukan ini demi janji kita. Jadi jangan protes.”“Kau ingin menjadikan mereka semua tumbal. Tapi sebenarnya yang paling kau butuhkan adalah jiwaku bukan?”“Ya. Benar. Sepertinya kau sadar bahwa nyawanya diincar untuk tujuan yang besar.”“Bicaramu semakin tidak masuk akal Gaston!” Halbert telah dipenuhi oleh rasa kebencian yang amat mendalam. Amarahnya meledak-ledak selagi ia menerjang ke arah Gaston tanpa berpikir dua kali.“Tiba-tiba menyerang? Sepertinya kau sangat membenci diriku ya,” gumam Gaston mengambil langkah mundur. Berniat untuk jaga jarak.Namun karena kecepatan Halbert, Gast
Read more

Bab XLIV - Kebencian Yang Dalam

Di kereta kuda, dalam perjalanan. “Aku merasakan firasat buruk.”“Ya. Tadi kau sudah bilang begitu, sebelum berangkat.”“Firasat buruk itu menjadi kenyataan. Ada seseorang yang memancarkan hawa membunuh hingga ke jarak ini. Dia mungkin penyihir gelap,” pikir Noah. Sebenarnya ia berpikir bahwa orang itu adalah Gaston, dan kemudian mengira bahwa Halbert juga ada di sana. Meski belum tahu sebenarnya, namun yang ia rasakan itu benar adanya. Walau begitu pun, ada satu hal yang perlu dipastikan oleh Noah sendiri. “Untuk apa dia memancarkan hawa membunuh? Bagaimana jika beberapa prajurit yang sedang mencarinya mulai sadar? Oh tunggu, jangan katakan itu adalah sebuah peringatan,” celetuk Noah lalu menggelengkan kepala dengan cepat. Ia tidak benar-benar mengerti apa yang dipikirkan oleh pria itu. “Orang yang aku kagumi bisa aku baca pemikirannya. Karena sehari-hari aku terus mengamatinya setiap datang ke akademi. Namun jika pria itu, aku tidak bisa. Kenapa?” Noah bisa melihat, bahwa ada
Read more

Bab XLV - Dugaan Awal

Keyakinan seseorang yang dirampas. Hari yang sunyi membuat langit menggelap seakan tak mau dengar. Saat-saat yang terpenting berubah menjadi beberapa potongan yang tak terbaca. Akankah ada sebuah akhir nanti?Beberapa dari mereka setidaknya sudah mengetahui maksud kedatangan Noah. Namun timingnya tidak terlalu pas. Sangat bertepatan setelah kepergiannya Gaston sebelum ini.“Aku sudah mengatakan semuanya yang ingin kamu ketahui. Terutama percakapan di antara Komandan Earl dengan Gaston Bruke. Pria itu jelas-jelas membicarakan dirimu yang hendak digunakan sebagai tumbal.”“Hei, bocah. Menurutmu, kenapa jika aku sudah dijadikan target tumbal, dia tetap menbantai prajurit hingga penduduk?” Halbert bertanya.Noah sejenak terdiam. Ia mencoba berpikir tentang hal itu. “Mungkinkah ada hal lain yang perlu diselesaikan?”“Maksudmu apa?”“Tujuannya tidak hanya satu tapi dua atau bahkan lebih,” pikir Noah. Rose mengangguk dan berkata, “Sepertinya benar begitu. Secara tidak ada alasan lain yang
Read more

Bab XLVI - Kediaman Stanley

Sihir gelap diungkapkan adalah sihir terlarang. Hal tabu tersebut dilarang keras oleh leluhur raja untuk tidak menggunakannya. Karena keberadaannya yang begitu mengguncang dunia, raja harus menyegel benda itu ke tempat terbuka. Pepatah mengatakan, sembunyikan daun di dalam hutan. Begitu pula yang terjadi pada buku sihir gelap tersebut yang disembunyikan di sebuah perpustakaan. Namun, perkara itu adalah hal tabu, justru Halbert menjadi bagian sihir gelap itu sendiri. Mengingat Gaston adalah penyihir gelap sekarang, ia tentunya tidak dapat memikirkan bahwa orang yang telah membangkitkannya bukanlah dia. Lalu bagaimana dengan Rose? Sempat Halbert berpikir itu mungkin. Tapi Rose mengaku bahwa dirinya sama sekali tidak mengenali Halbert. Nama saja tidak pernah ditanya, lagi pula Halbert pun sudah pasti akan menolak memberitahukannya meski itu adalah perintah dari tanda sihir gelap. “Tapi setidaknya bisa bersenang-senang bukan?” pikir Rose.“Kau pikir aku apa? Barang pribadimu?” sahutn
Read more

Bab XLVII - Robert Si Kepala Pelayan

Kedatangan Halbert ke kediaman, ternyata tak membuat para pelayannya terkejut lantaran sang raja sendiri yang mengatakan bahwa Halbert masih hidup. Namun meski begitu, Halbert tak sepenuhnya hidup atau mati saat ini juga. ***“Robert, tunggu sebentar di sini. Ada hal yang ingin aku tanyakan, tapi sebelumnya ...,”Halbert melirik Rose. Rose pun bertanya ada apa. Halbert kemudian membalas dengan pertanyaan, “Apa kau punya sesuatu yang bisa menutup luka di punggungku?”“Luka? Oh iya, karena tubuhmu kau takkan bisa memulihkan diri. Ambil ini.” Rose mengulurkan kedua telapak tangannya ke depan, yang kemudian muncul sebuah benang dan jarum berwarna putih kebiruan. “Dengan benda ini, orang sepertimu rasanya akan kembali pulih. Gunakan seperti benang dan jarum ini seperti umumnya,” ucap Rose. “Oh, terima kasih. Kau sungguh membantu. Jadi Robert, apa kau bisa menjahit?” tanya Halbert kemudian pada Robert, kepala pelayannya.“Maafkan saya, Tuan. Saya tidak pernah memegang benang dan jarum
Read more

Bab XLVIII- Kesenangan Sesaat

Setiap manusia memiliki jiwa yang murni saat lahir ke dunia. Bayi tak berdosa, memiliki jiwa yang begitu besar. Namun, kelahiran di Kerajaan abad kuno ini semakin menurun karena peperangan tiada henti. Seiring berjalannya waktu, era kesatria yang kian meningkat membuat kematian semakin bertambah pula. “Jiwa yang murni. Itu tidak berdosa?”“Bukan.” Noah menyangkal. “Jiwa yang murni, kurang lebih mirip seperti itu. Tetapi, ada beberapa yang benar-benar memiliki jiwa yang murni, itu adalah jiwa yang besar mulai dari energi roh kehidupannya sendiri atau bahkan sirkuit sihir yang berada di tingkat legenda.” “Berarti bukan karena tidak memiliki dosa?”“Ini buku yang ditulis dari orang-orang kerajaan bagian timur. Bayi yang baru saja lahir adalah jiwa yang murni, murni di sini dikatakan tanpa dosa dan takkan berdosa sebelum akhirnya bisa berpikir matang.”“Kerajaan timur sudah lama musnah. Jangan bicarakan masa lalu.”“Ya. Yang Mulia Raja Eadric yang merampungkan.”“Ngomong-ngomong, apaka
Read more

Bab XLIX - Halusinasi

Berinsiatif mengambil langkah kembali, justru Rose didesak oleh Halbert yang memaksa kehendak tiba-tiba. Ia merebut kesempatannya dalam sekejap, mencicip setetes madu yang menggoda. “Apa ini hanya perasaan sesaat? Aku yang mayat hidup ini masih bernafsu bahkan setelah membunuh wanita yang pernah aku cintai?” gumam Halbert. Lantas berbisik di dekat lehernya, “Kau wanita yang merepotkan. Berhati-hatilah saat kau mengikuti karena kau akan lebih cepat mati.”“Kenapa? Kenapa aku akan lebih cepat mati jika mengikutimu?” tanya Rose bingung. “Kau tahu aku ini apa. Serta tujuanku kembali dibangkitkan oleh seseorang. Jadi mengapa kau berpikir seolah kau takkan mati?” tuturnya. “Oh, aku tidak menyangka hal itu.” Kesepakatan yang membuat mereka menjadi budak sekaligus majikan, kini sepenuhnya terikat sampai tujuan Halbert selesai. Tetapi, perasaan sesaat yang ia rasakan begitu menggelora seperti masa mudanya dahulu kala. Mau bagaimanapun yang pahit akan terasa manis, sekali mencicip terutam
Read more

Bab L - Kesalahan Terburuk

Tebing hijau berubah menjadi barak militer. Di dalam sana, banyak prajurit yang sudah terkapar dengan luka terbakar yang cukup serius. Karena kejadian ini terjadi di dalam barak saja, maka tak ada rakyat terlibat. Namun kerusakannya cukup parah, meski sangat beruntung tidak ada yang jadi korban.“Tolong tenangkan Anda.” Di sana hanya satu pria bertubuh besar yang berhadapan dengannya dalam keadaan terbakar hidup-hidup, pria tua itu mengenggam pedang besarnya yang tertancap ke tanah.“Komandan Earl.” Tanpa sengaja ia menyebutkan nama serta gelar pria tua itu. Halbert pun tersentak, seketika ia sadar akan perbuatannya barusan. “Mr. Undead, kenapa kau menyerang sekutumu sendiri?” tanya Rose sambil menahan lengannya.“Aku menyerang mereka? Tapi yang aku lihat barusan ...,”Kini ia akhirnya mengerti, ini bukan halusinasi karena kuatnya kebencian itu sendiri melainkan dirinya tersihir sehingga mengakibatkannya melihat ilusi. Tebing hijau yang sebenarnya adalah barak militer sementara G
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status