Kedatangan Halbert ke kediaman, ternyata tak membuat para pelayannya terkejut lantaran sang raja sendiri yang mengatakan bahwa Halbert masih hidup. Namun meski begitu, Halbert tak sepenuhnya hidup atau mati saat ini juga. ***“Robert, tunggu sebentar di sini. Ada hal yang ingin aku tanyakan, tapi sebelumnya ...,”Halbert melirik Rose. Rose pun bertanya ada apa. Halbert kemudian membalas dengan pertanyaan, “Apa kau punya sesuatu yang bisa menutup luka di punggungku?”“Luka? Oh iya, karena tubuhmu kau takkan bisa memulihkan diri. Ambil ini.” Rose mengulurkan kedua telapak tangannya ke depan, yang kemudian muncul sebuah benang dan jarum berwarna putih kebiruan. “Dengan benda ini, orang sepertimu rasanya akan kembali pulih. Gunakan seperti benang dan jarum ini seperti umumnya,” ucap Rose. “Oh, terima kasih. Kau sungguh membantu. Jadi Robert, apa kau bisa menjahit?” tanya Halbert kemudian pada Robert, kepala pelayannya.“Maafkan saya, Tuan. Saya tidak pernah memegang benang dan jarum
Setiap manusia memiliki jiwa yang murni saat lahir ke dunia. Bayi tak berdosa, memiliki jiwa yang begitu besar. Namun, kelahiran di Kerajaan abad kuno ini semakin menurun karena peperangan tiada henti. Seiring berjalannya waktu, era kesatria yang kian meningkat membuat kematian semakin bertambah pula. “Jiwa yang murni. Itu tidak berdosa?”“Bukan.” Noah menyangkal. “Jiwa yang murni, kurang lebih mirip seperti itu. Tetapi, ada beberapa yang benar-benar memiliki jiwa yang murni, itu adalah jiwa yang besar mulai dari energi roh kehidupannya sendiri atau bahkan sirkuit sihir yang berada di tingkat legenda.” “Berarti bukan karena tidak memiliki dosa?”“Ini buku yang ditulis dari orang-orang kerajaan bagian timur. Bayi yang baru saja lahir adalah jiwa yang murni, murni di sini dikatakan tanpa dosa dan takkan berdosa sebelum akhirnya bisa berpikir matang.”“Kerajaan timur sudah lama musnah. Jangan bicarakan masa lalu.”“Ya. Yang Mulia Raja Eadric yang merampungkan.”“Ngomong-ngomong, apaka
Berinsiatif mengambil langkah kembali, justru Rose didesak oleh Halbert yang memaksa kehendak tiba-tiba. Ia merebut kesempatannya dalam sekejap, mencicip setetes madu yang menggoda. “Apa ini hanya perasaan sesaat? Aku yang mayat hidup ini masih bernafsu bahkan setelah membunuh wanita yang pernah aku cintai?” gumam Halbert. Lantas berbisik di dekat lehernya, “Kau wanita yang merepotkan. Berhati-hatilah saat kau mengikuti karena kau akan lebih cepat mati.”“Kenapa? Kenapa aku akan lebih cepat mati jika mengikutimu?” tanya Rose bingung. “Kau tahu aku ini apa. Serta tujuanku kembali dibangkitkan oleh seseorang. Jadi mengapa kau berpikir seolah kau takkan mati?” tuturnya. “Oh, aku tidak menyangka hal itu.” Kesepakatan yang membuat mereka menjadi budak sekaligus majikan, kini sepenuhnya terikat sampai tujuan Halbert selesai. Tetapi, perasaan sesaat yang ia rasakan begitu menggelora seperti masa mudanya dahulu kala. Mau bagaimanapun yang pahit akan terasa manis, sekali mencicip terutam
Tebing hijau berubah menjadi barak militer. Di dalam sana, banyak prajurit yang sudah terkapar dengan luka terbakar yang cukup serius. Karena kejadian ini terjadi di dalam barak saja, maka tak ada rakyat terlibat. Namun kerusakannya cukup parah, meski sangat beruntung tidak ada yang jadi korban.“Tolong tenangkan Anda.” Di sana hanya satu pria bertubuh besar yang berhadapan dengannya dalam keadaan terbakar hidup-hidup, pria tua itu mengenggam pedang besarnya yang tertancap ke tanah.“Komandan Earl.” Tanpa sengaja ia menyebutkan nama serta gelar pria tua itu. Halbert pun tersentak, seketika ia sadar akan perbuatannya barusan. “Mr. Undead, kenapa kau menyerang sekutumu sendiri?” tanya Rose sambil menahan lengannya.“Aku menyerang mereka? Tapi yang aku lihat barusan ...,”Kini ia akhirnya mengerti, ini bukan halusinasi karena kuatnya kebencian itu sendiri melainkan dirinya tersihir sehingga mengakibatkannya melihat ilusi. Tebing hijau yang sebenarnya adalah barak militer sementara G
“Dengar, kau sekarang sedang diculik. Oleh orang yang sangat kau benci itu. Paham?” Suara yang terus menggaung tanpa henti ini, memperingatkan Halbert mengenai kejadian yang sudah dialaminya saat ini. Tak tahu mengapa, Halbert merasa aneh saja. Suara yang entah itu siapa selalu saja didengarnya. Satu hal yang dapat dipastikan oleh Halbert, bahwa mungkin suara inilah yang membangkitkan jiwanya dan sekarang ia telah menjadi Undead. “Sebenarnya, apa rencanamu?” tanya Halbert.“Rencana? Apa maksudmu?”“Kau memberitahukan soal ini, pasti ada sesuatu bukan? Aku tidak mungkin salah, sebab kau yang telah membuatku bangkit kembali. Atau kau hanya tidak ingin kehilanganku yang sudah susah payah kau bangkitkan?”“Cukup, omong kosongmu. Aku hanya sungguh menyayangkan dirimu yang mudah sekali kalut begitu berhadapan dengan orang itu. Berbahagialah karena aku mau memberitahu situasi yang tidak kau ketahui sekarang.”“Cih, pada dasarnya kau hanya ingin tutup mulut. Percuma aku menanyakan apa alasa
“Berhenti bercanda, Gaston.”“Aku tidak bercanda. Aku serius. Aku serius mengatakannya, itulah maksud tujuan pertamaku.” “Apa?” Kedua pria itu yang saling memandang namun dengan rasa kebencian kuat yang melekat, tak ada satupun dari mereka yang berniat mengalah. Bahkan semenjak Gaston membawa Halbert kemari, pasti ada sesuatu yang tidak beres.“Tujuan pertama? Maksudmu ada yang ke-2? Hei! Gaston!” Alih-alih ingin menusuknya dengan senjata, tapi kenyataannya Halbert ingin percaya bahwa ada alasan besar dan kuat yang membuatnya menjadi seperti ini. Tetapi setiap perkataannya selalu terdengar ambigu. Aneh. “Apa ini? Aku merasa janggal? Benarkah dia Gaston yang kukenal? Membunuh orang, apakah itu memang keinginannya?” Setelah Gaston pergi begitu saja, Halbert yang merasa tak cukup puas dengan semua jawaban mantan rekannya tersebut pun lantas segera mengikutinya dari jauh. “Aku akan membongkar kedokmu. Sampai aku mengerti maksud tujuanmu yang tidak jelas itu.”Gaston yang dikenalnya
"Demi kedamaian, dan mencegah bencana yang akan datang." Itulah yang dikatakan oleh Gaston. Untuk sesaat entah mengapa ia percaya dengan omongannya. Namun di satu sisi ia pula merasa aneh. Merasa ada kejanggalan di suatu tempat yang tidak diketahuinya.“Keluarlah, kalian semua!”Setelah mendapatkan peringatan dari Halbert, sontak semuanya yang berniat untuk menyerang lantas menunjukkan diri di hadapan pria itu.“Ternyata benar, kalian ingin menyerangku? Tapi apa tujuannya?”“Titisan Valkyrie.” Salah satu dari mereka menyebutkan. “Maksudmu aku?”“Ya. Kami semua tahu termasuk Tuan Bruke bahwa kau adalah titisannya. Dengan nyawamu, kami bisa hidup abadi tanpa merasakan kematian ataupun menua,” ujar mereka menjelaskannya tanpa ragu. Salah satu dari mereka mulai menarik busur selagi mengatakan, “Kami membutuhkan orang seperti dirimu.”“Kau ingin membunuhku?”“Ya!” Anak panah telah melesat, namun Halbert dengan mudahnya ia menghindar selagi mengambil langkah maju ke arah mereka. Ahli pe
“Dasar tidak waras!!!” Amukan Halbert yang tak terkendali kebencian serta amarah yang terus meledak seiring waktu berjalan. Untuk yang kedua kalinya, dengan tangan Gaston sendiri, pria itu memenggal kepala Halbert tanpa berpikir panjang. Gaston telah melakukannya, bahkan ia pun menunjukkan ekspresi yang sama seperti saat itu. Mata yang lebar namun tatapan itu seakan sinis, mulut yang direnggangkan lebar, menyeringai seakan menikmati. Cipratan darah yang juga menghiasi tubuh, seakan ia baru saja jatuh ke dalam lumpur neraka. Sosok Gaston sungguh berbeda dari yang ia ketahui. “Padahal aku ingin bertanya, kenapa kau mengkhianati? Kenapa semua perkataanmu terdengar seperti kebohongan tapi malah aku berusaha untuk mempercayaimu?“ *** Beberapa saat sebelumnya. Sebelum orang-orang itu datang menyerang Halbert. Mereka semua berkumpul di satu tempat yang gelap, entah berapa di mana sebelumnya. Mereka bersama dengan Gaston, menundukkan kepala mereka pada sosok pria yang disebut Raja ol