Home / Romansa / Harta, Tahta, My Anna / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Harta, Tahta, My Anna: Chapter 11 - Chapter 20

35 Chapters

11. Tidak ada izin

"Selamat pagi," sapa Gama pagi-pagi buta seraya membuka pintu kamar Anna. Perempuan yang masih terlelap itu tidak tergubris. Gama merasa tidak terganggu, ia berjalan mendekati sofa yang terletak di sisi lain kamar untuk meletakan sebuah bag besar, sebelum akhirnya beralih mendekati tepi ranjang. Gama berlanjut melirik gorden yang terbuka, tidak hanya itu, ia juga mendapati jendela dengan kondisi yang sama. "Bangun!" ucap Gama berbisik tepat di depan telinga Anna hingga sang empu terkejut dan bangkit. Sikap spontanitas itu membuat Anna yang berniat duduk sontak mencium Gama secara tidak sengaja.Keduanya mematung bersamaan dalam posisi masing-masing. Anna menutup mulutnya dengan sebelah tangan, perasaannya berubah takut setelah melihat ekspresi Gama yang hanya diam tak berkutik. "Maaf, Tuan, aku tidak sengaja. Kenapa tuan ada di situ?" ucap Anna dengan nada gugup yang jelas terdengar. Wajah memerah itu pun tidak bisa disembunyikan. Alih-alih menjawab permintaan maaf Anna, Gama jus
Read more

12. Untuk apa bertunangan?

Sudah hampir setengah hari, Anna masih duduk di ruang tengah sembari menatap beberapa makanan ringan yang tersedia di atas meja. Setelah keinginannya ditolak mentah-mentah oleh Gama, Anna hanya bisa duduk-duduk santai tanpa melakukan kegiatan apa pun. Hal itu jelas cukup menjengkelkan untuk Anna yang terbiasa memiliki aktivitas di kediaman sebelumnya. Namun, Anna berada di titik rasa bosan. Ia akhirnya keluar dari rumah sekedar untuk menikmati lingkungan sekitar. Cukup sepi, namun ada beberapa bangunan yang sama megahnya. Anna mendapati bahwa tidak ada banyak orang yang beraktivitas seperti pada umumnya. Cukup jauh Anna berjalan-jalan santai menjelang sore. Perempuan itu pun berhenti di sebuah kursi kayu yang berada di sisi danau indah yang lebih tampak seperti sebuah taman. "Aku tidak akan pulang! Aku akan pulang saat aku ingin pulang!" Anna terdiam mendengar pembicaraan seseorang yang baru saja duduk di sampingnya. Lirikan Anna membuatnya tahu bahwa lelaki berseragam sekolah itu
Read more

13. Anak pintar!

Gama melempar tas kerjanya ke atas sofa yang terletak di dalam kamar, sementara itu tubuhnya dibiarkan merebah pada kasur empuk berwarna putih. Tidak hanya lelah perkara pekrjaan, asmaranya dengan Mona, Gama juga masih memikirkan terkait kecelakaannya. Ia merasa tidak memahami semua yang terjadi. TOK! TOK! "Gam, boleh ibu masuk?" Mendengar suara sahutan Dira dari luar pintu kamarnya, Gama sontak menoleh dan menjawab, "Boleh. Masuklah." Sosok perempuan paruh baya yang masih terlihat cantik dengan pakaian elegan itu sudah duduk di tepi ranjang. Jemari tangannya mengusap lembut pucuk kepala sang putra. "Ada apa? Ibu baru saja tahu kalau kamu dan Mona bertengkar sampai melepas cincin. Kalian sudah dewasa, kenapa masih saja kekanak-kanakan.""Ibu tahu apa yang lebih kekanak-kanakan dari sikapku? Ya, itu perjodohan konyol ini. Aku sudah dewasa, aku bisa menemukan cintaku sendiri.""Hidup jaman sekarang tidak bisa sekedar cinta, Gam, tapi juga finansial ke depannya. Perusahaan kita sudah
Read more

14. Patah Hati?

Gama membaringkan tubuhnya di atas kasur. Setelah perbincangannya dan Mona sedikit memanas, ia memilih untuk mengunjungi rumah pribadi di mana sudah ada banyak perubahan di dalamnya semenjak keberadaan Lusi dan Anna. Gama merasakan ada sedikit kehangatan dari suara air mengalir, mesin cuci menyala, AC yang mendadak menjadi sebuah kehangatan dan aroma makanan setiap kali kakinya berada di dapur. TOK! TOK!Suara ketukan pintu membuat lamunan Gama tersentak, ia lantas beranjak menghampiri sumber suara. "Ada apa, Bu?" tanyanya pada Lusi yang sudah berada di depan pintu. "Tuan mungkin belum makan. Semua makanan sudah siap di bawah." "Iya, Bu, nanti saja." Gama menimpal sekenanya, lalu berniat menutup pintu kembali, tetapi hanya dalam hitungan detik tubuhnya berbalik, "Bu!" Lusi yang merasa terpanggil seketika menoleh. "Ada apa, Tuan?""Ke mana Anna? Aku tidak melihatnya dari tadi. Suaranya saja tidak terdengar." Lusi tampak sedikit terkejut dan terdiam beberapa detik. "Euh, Anna ....
Read more

15. Rambut Basah

Dua pasang kaki tengah asyik berlari kecil di trotoar jalan yang dipenuhi dedaunan. Anna kembali bertemu Alex untuk kesekian kalinya. Baik Anna mau pun Alex tampak senang dan nyaman satu sama lain, usia yang hanya terpaut satu tahun membuat keduanya bersikap layaknya teman yang sudah saling mengenal lebih dari hitungan hari.Cukup lama berlari bersama, langkah lincah Alex tiba-tiba dibuat berhenti saat Anna berhenti bergerak. Lelaki berseragam itu menoleh tanpa melepas genggaman tangannya pada Anna. "Ada apa, Ann? Kenapa berhenti?" "Ini gerbang perumahan ini, 'kan? Aku pikir aku keluar terlalu jauh dari rumah, Al."Alex yang semula begitu erat menarik tangan Anna perlahan meregangkannya perlahan. "Di luar sama saja, Ann.""Kita tidak akan pulang malam?"Alex terkekeh sembari menggelengkan kepala. "Tidak akan, aku janji." Alex kembali meraih pergelangan tangan Anna, "tenang, Ann, kamu denganku. Aku akan tidak akan membawamu terlalu jauh." Anna pun tersenyum, lalu kembali membiarkan A
Read more

16. Kecupan singkat

Suara alarm berbunyi membuat kedua mata Gama bergerak tak beraturan. Sorot sinar matahari langsung menyoroti wajahnya ketika kelopak itu terbuka. Lelaki bertubuh kekar tersebut duduk untuk beberapa saat, lalu dibuat penasaran dengan suara air kolam yang terletak di halaman belakang.Lebih pagi dari biasanya, Gama memang memutuskan untuk bangun lebih awal karena sebuah urusan pekerjaan. Pergerakannya pun tertuju ke arah dapur. Gelas di tangannya menjadi alasan lelaki tersebut melangkah keluar kamar. Tidak ada tanda-tanda seseorang berada di ruangan tersebut, namun di atas meja makan udah tersedia beberapa hidangan. Gama tampak mencicipi sedikit dari salah satu sajian dan memberikan reaksi menyenangkan. "Ke mana orang-orang ini? Apa sepagi ini sudah menjemur pakaian?" tutur Gama seraya berjalan menuju jendela besar yang masih tertutup gorden berwarna nude. Dalam satu tarikan lelaki bernama Gama itu dibuat mematung saat penutup jendela tersebut disibakan. Terlihat jelas dirinya menela
Read more

17. Awas cctv!

Anna masuk ke dalam kamar dan menutup pintu dengan cepat. Tubuh yang masih berdiri di depan pinu itu berusaha lebih tenang, tangannya menyentuh dada seolah ingin mengatur detak jantung yang sulit dikendalikan karena ucapan Gama. Anna menggelengkan kepalanya berusaha menyadarkan diri. "Tidak. Aku pasti salah dengar. Tuan Gama ingin aku menjadi kekasihnya? Aku? Tuan Gama?" Tidak! Tidak! Ini pasti tidak mungkin .... Ah, tapi ini baru saja terjadi!" Anna berjalan, lalu menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur empuk. Dengan wajah yang dibiarkan terbenam dalam kehangatan, Anna kembali menggeleng-gelengan kepala, kemudian berbalik terlentang memandang langit-langit kamar. Perempuan yang masih salah tingkah itu tiba-tiba tersenyum ketika mengingat kembali perlakuan Gama terhadapnya Ia baru menyadari bahwa selama keduanya pergi bersama, Gama terus menggenggam tangannya tanpa peduli bagaimana posisinya dalam rumah. Malam itu menjadi malam yang berkesan untuk Anna dan Gama. Jika Anna tidak bisa berh
Read more

18. Kencan?

"Ke mana kita hari ini?" tanya Alex di sela-sela perjalanannya bersama Anna di area perumahan. Alih-alih menjawab pertanyaan lawan bicaranya, Anna justru lebih tertarik dengan penampilan Alex. "Kamu tidak sekolah? Ini masih pagi, harusnya kamu ada di sekolah, bukan?" Alex tersenyum kuda hingga menunjukan deretan giginya yang rapi. "Aku tidak masuk hari ini. Tiba-tiba ingat padamu. Jadi, aku kemari."Anna tampak tidak senang dengan alasan yang diberikan oleh teman lelakinya tersebut. Ia berhenti berjalan, lalu memukul cukup keras lengan Alex dengan raut wajah menekuk kesal. "Jangan begitu! Kamu harus sekolah.""Tapi, ini sudah siang. Aku sudah sangat terlambat.""Lain kali, pergilah sekolah dan jangan jadikan aku alasan. Aku tidak suka menjadi alasan seseorang bersikap tidak baik," tutur Anna. "Iya, iya." Alex menimpal seraya mengacak pucuk kepala Anna hingga rambutnya sedikit berantakan. "Jadi, akan ke mana kita hari ini?" lanjut Alex kembali pada pertanyaan awal. "Aku tidak tahu
Read more

19. Dapur panas 21+

Entah apa yang terjadi dengan Gama, setelah melihat kebersamaan Anna dan Alex, sikapnya begitu berubah. Anna merasakan perubahan tersebut ditujukan kepadanya. Gama menjadi lebih dingin dan tidak bicara padanya, hanya menjalin komunikasi pada sang ibu. Malam itu Gama kembali dari kantor. Lelaki itu langsung menuju ke kamar tanpa mempedulikan apa pun. Tubuh lelahnya membuat Gama ingin segera memanjakannya dengan cara tertidur. Tetapi, pintu yang hampir tertutup itu mendadak tertahan oleh sebuah kaki mungil beralaskan sendal bulu. "Ada apa?""Aku ... aku ... aku ingin bicara sebentar," ucap Anna dengan nada sedikit terbata-bata. Bagaimana pun, tatapan Gama masih saja dingin dan tajam pada Anna. Hal itu yang membuat Anna menjadi sangat kaku, serta gugup setiap berhadapan dengan Gama. "Bicara apa?"Anna menggaruk tengkuk lehernya dan melirik ke arah lain. "Bisa kita bicara di ruang tamu atau di luar rumah agar bisa lebih leluasa?""Tidak bisa." Tegas dan singkat Gama menjawab permintaan
Read more

20. Satu ranjang

"Bu? Ibu?" Pagi-pagi suara Anna sudah terdengar jelas. Ia terus memanggil sang ibu yang tidak juga menyahuti panggilannya. "Ibu ke mana pagi-pagi begini sudah tidak ada di dapur?"Pergerakan Anna mulai beralih menuju teras. Namun, belum sempat menuju tempat yang dituju, tubuh Anna dibopong tiba-tiba oleh Gama dan membawanya masuk ke dalam kamar. Teriakan Anna tidak membuat lelaki itu peduli. Ia menjatuhkan Anna di atas kasur, lalu menjatuhkan dirinya sendiri tepat di samping perempuan yang masih menunjukan kecemasan luar biasa. "Temani aku sebentar," pinta Gama seraya merapatkan pelukan dari arah samping pada Anna. "Tuan, lepas! Ini tidak benar. Ibuku bisa marah besar." Anna terus berusaha melepaskan diri meski usahanya sia-sia. "Maaf, Ann, tapi aku sudah meminta ibumu membeli sesuatu ke luar dan itu cukup lama karena aku sudah memintanya pergi bersama salah satu karyawanku. Aku sedang sakit, tolong temani sebentar." Gama berucap lebih lembut seperti takut akan kemarahan Anna. Anna
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status