Home / Romansa / Harta, Tahta, My Anna / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Harta, Tahta, My Anna: Chapter 21 - Chapter 30

35 Chapters

21. Kekasihku

Alex sudah cukup lama memperhatikan keanehan dari sikap Anna yang jauh lebih banyak diam dari biasanya. Lelaki berseragam itu tidak ingin kehilangan akal, ia mendekat dan berjongkok di hadapan Anna. "Ada apa, Ann? Apa terjadi sesuatu? Aku rasa hari ini kamu lebih banyak melamun." Anna tersenyum, lalu menggeleng pelan. "Tidak apa-apa. Hanya ada salah paham saja." Alex pun bangkit dan duduk di samping Anna yang masih diam. "Tidak mau cerita?" lanjutnya lagi mencoba membuat Anna terbuka. "Tidak untuk sekarang. Oh iya, bagaimana hari ini di sekolah? Apa ibumu tidak mencarimu? Kenapa kamu selalu pergi dengan pakaian sekolah?""Aku pakai jaket," jawab Alex singkat. "Tetap saja itu tidak baik."Alex tidak lagi menimpal. Ia hanya menunjukan senyum tipis yang tampak berat dilakukan. "Ibuku tidak akan peduli, Ann. Dia hanya peduli pada harta bendanya saja.""Mana bisa begitu. Jangan berpikir negatif." "Tapi, kenyataannya memang begitu, Ann. Ah, sudahlah, aku tidak ingin membahas hal-hal men
Read more

22. Scandal?

Tidak ada percakapan sepanjang perjalanan menuju rumah. Anna sibuk mencari kat yang ia butuhkan untuk menjelaskan pada Gama. keberaniannya sedikit menciut setelah melihat sikap dingin Gama kembali dirasakan. Gama bersikap demikian, lelaki itu tengah dikuliti rasa cemburu melihat Anna kembali bertemu, bahkan bisa berbicara lebih banyak dengan Alex. Ia merasa gagal mencuri perhatian Anna selama ini, sedangkan ia memiliki kesempatan lebih banyak dari orang lain. "Itu rumahnya?" tanya Gama setelah sekian lama berdiam diri. Anna mengangguk mengiyakan. Ia tidak berani berkata apa pun, selain hanya melakukan anggukan kecil. "Itu rumahnya, bukan?" Gama kembali bertanya untuk kedua kalinya. "Iya, aku sudah menjawab iya.""Jelas-jelas kamu tidak menjawab. Kenapa tidak jawab saja, kamu takut aku mengacak-acak rumahnya?" Anna menoleh dan mendengus kesal. "Aku sudah menjawabnya. Aku sudah mengangguk tadi."Kini berbalik Gama yang menoleh sejenak pada Anna dengan raut wajah tak ingin kalah. "
Read more

23. Hasrat lelaki

Sehari setelah kejadian menghebohkan terjadi, Anna masih duduk di tepi kasur miliknya. Tatapannya mengarah pada jendela kamar yang dibiarkan terbuka. Lamunan itu bahkan tidak membuat Anna sadar jika Lusi sudah memasuki ruangan. "Sedang apa, Ann?" Anna yang terkejut dengan kedatangan Lusi sontak menoleh dan melempar senyuman hangat. "Ibu. Aku sedang duduk saja. Akhir-akhir ini aku sedang suka melihat jendela terbuka, membiarkan angin masuk menyejukan seisi ruangan." "Kemarin malam kamu ke mana dengan Gama?""Bukankah tuan Gama sudah memberi tahu ibu?" Anna begitu berhati-hati. Ia dengan sengaja membalikan pertanyaan agar tidak salah bicara. "Sudah. Tuan Gama meminta izin membawamu untuk mengurus pekerjaan. Tapi, tidak terjadi apa-apa antara kalian, bukan?" tanya Lusi lebih serius. "Iya. Pekerjaannya sangat banyak.""Apa kamu tidak cukup tidur?" Anna terdiam sembari menatap wajah sang ibu. Ada rasa tak enak hati karena sudah berbohong. "Ann?" panggil Lusi berhasil membuat Anna te
Read more

24. Gigit

Gama membuka pintu ruangan pribadinya di kantor. Alih-alih disambut setumpuk pekerjaan, ia justru disambut oleh sang ibu. Perempuan bernama Dena itu menusuk Gama dengan sebuah tatapan tajam. Tidak hanya sang ibu, terlihat pula Mona setia berdiri tegak menemani Dena."Ibu ingin bicara."Gama menghela napas panjang, berjalan melewati dua perempuan di depannya dan langsung duduk di kursi singgah sananya. "Bicara apa? Bicara saja. Hari ini aku harus meeting dan memeriksa lokasi pembangunan." Gama menyahuti dengan santainya. "Kamu tahu bahwa skandalmu sudah tersebar ke luar perusahaan? Bagaimana jika perusahaan yang sudah menjalin kerjasama mendadak memutuskan kontrak karena perilaku burukmu itu, hah?" "Buruk apanya? Mereka bahkan tidak tahu apa yang terjadi, mana bisa membuat argumen bahwa aku berperilaku buruk.""Kamu sudah menghianati Mona! Tunanganmu, Gam. Kamu itu seorang CEO, mana bisa bersikap senonoh, seenaknya. Mereka memandangmu sebagai panutan.""Dia bukan siapa-siapa selain tu
Read more

25. Tahan handukmu

"Beristirahatlah dengan baik, Ann, nanti aku akan datang saat kamu membutuhkan teman seperti hari ini. Aku tidak bisa janji, tapi, aku akan usahakan," ucap Alex sesampainya di depan gerbang. Anna mengangguk sebagai tanda percayanya terhadap Alex. "Terima kasih banyak, Lex. Kamu benar-benar pandai menerka-nerka." "Ya, sudah, masuk!""Ok! Sampai jumpa." Anna memasuki gerbang dan meninggalkan Alex yang sudah berjalan pergi dari depan rumahnya. Memasuki rumah, Anna sudah disambut hangat oleh sang ibu. Senyuman Lusi benar-benar membuat suasana hati Anna selalu dalam keadaan baik. "Baru pulang?" Anna mengiyakan dengan sedikit memberikan anggukan kepala pada Lusi. "Tuan Gama sudah pulang, Bu?" "Sudah. Dia ada di kamarnya sejak tadi. Ibu sudah makan. Tuan Gama juga sudah makan di luar. Kamu makanlah, lalu bersihkan diri dan beristirahat.""Baiklah, Bu." Anna berjalan menuju kamarnya dengan tubuh yang melelahkan karena menghabiskan waktu bersama Alex. Entah mengapa setiap bersama Alex,
Read more

26. Lebih manis dari gula

"Ann, bangun. Ini sudah siang." Anna perlahan membuka mata, bertapa terkejutnya ia ketika melihat wajah sang ibu berada di depan wajahnya"Astaga!" seru Anna seraya bangkit dan menoleh ke samping di mana Gama terakhir kali tidur tepat di dekatnya. "Ada apa? Kenapa kamu panik sekali, Ann?" Anna lantas menggeleng seraya tersenyum kaku. Ia merasa lega karena Gama sudah pergi dari kamarnya. Tidak terbayang bagaimana seandainya Lusi melihatnya tidur satu kamar, bahkan satu ranjang dengan Gama. "Ayo, mandi. Tuan Gama sudah menunggu di meja makan. Ia ingin membicarakan sesuatu dengan kita. Ibu tidak tahu apa, tapi dia menunggumu juga. Jadi, cepatlah. Jangan membuatnya menunggu lebih lama." "Bicara dengan kita? Soal apa?" "Kita tidak akan tahu kalau kamu masih bertanya-tanya di sini. Sudah, cepatlah bersiap dan turun. Semoga saja tidak ada hal buruk dan tidak ada sesuatu yang mengecewakannya," tutur Lusi sebelum akhirnya meninggalkan kamar sang putri. Anna yang cemas diam beberapa saat
Read more

27. Luar Kota dengan kekasih

Hari pertama bekerja cukup berkesan bagi Anna. Ia diajak berkeliling oleh Gama, ia juga diberikan penjelasan tentang hal-hal yang perlu ia kerjakan. Ternyata, Anna hanya diperlukan saat Gama memerintah. Namun, ia juga diberikan pelajaran bagaimana mengerjakan urusan sederhana di perusahaan tersebut. Menghabiskan banyak waktu di kantor, Gama dalam perjalanan pulang bersama Anna menuju ke kediaman yang sama. Rasa lelah Anna setelah banyak berinteraksi dengan orang lain membuat perempuan itu tidur lelap dalam mobil. Gama hanya tersenyum, bahkan lelaki itu dengan sigap membopong tubuh kekasihnya menuju kamar untuk langsung beristirahat. Di dampingi Lusi, Gama membuka sepatu dan menyelimuti sebagian tubuh Anna. "Aku ke kamar dulu, Bu. Anna mungkin sedikit kelelahan hari pertama bekerja. Biarkan saja dia istirahat dulu." "Iya, Tuan," timpal Lusi seraya tersenyum hangat menatap kepergian tuan rumah itu dari hadapannya. Setelah memastikan Gama benar-benar telah turun dan ke kamarnya, Lusi
Read more

28. Ann, boleh?

Selama Gama melakukan meeting, Anna hanya duduk di salah satu kursi yang tersedia untuk menunggu Gama membutuhkan bantuannya. Saat itu, Anna mulai melihat sisi lain lagi dari seorang Gama. Tidak salah jika Gama dikenal bos yang tegas dan cukup digemari. Anna yang tidak begitu paham dunia barunya itu pun dibuat kagum. Cara Gama menjelaskan proyek dan planningnya terhadap client sangat menarik dan tidak membosankan, namun sangat mudah dipahami. Cukup lama membahas untuk program kerja sama, Gama akhirnya menutup pertemuan saat melihat kekasihnya duduk dalam keadaan tertidur. "Saya rasa semua sudah cukup jelas. Kesepakatan kita sudah ada dalam kertas kerja sama. Sisanya, kita hanya tinggal survei langsung ke lapangan. Bagaimana?" tutur Gama mendapat anggukan setuju dari beberapa orang client. Uluran tangannya pun disambut hangat. "Terima kasih Pak Gama. Asisten saya akan segera mengubungi asisten ...." Lelaki paruh baya yang menjadi client Gama menggantung kalimatnya saat menyadari ba
Read more

29. Menikahlah denganku!

Suasana ruangan pagi itu terasa sedikit menegang. Kemewahan ruang makan menjadi tidak ada artinya bagi Mona yang masih mencoba membeberkan semua kabar tentang hubungan Gama dan Anna di hadapan Dena. "Siapa yang memberimu kabar kalau Gama pergi ke luar untuk pekerjaan membawa perempuan bernama Anna itu?" Mona dengan cepat menaruh beberapa lembar foto di mana menunjukan kebersamaan dua sejoli di dalam sebuah minimarket, dalam mobil dan di halaman rumah milik Gama. Dena menelaah satu demi satu foto tanpa memberi ekspresi apa pun. Ia tidak tahu harus berkata apa lagi pada anaknya yang lagi lagi sulit dikendalikan. "Mereka tinggal satu atap, Bu. Apa ibu tidak tahu?" Mona menambahkan kabar yang tidak kalah mengejutkannya. "Satu atap? Maksudnya ini menjadi alasan Gama tidak pernah pulang ke rumah ini? Dia sudah hidup dengan perempuan yang usianya jauh lebih muda?""Iya, Bu.""Apa anak itu seorang pekerja dunia malam? Kenapa Gama bisa tertarik dengan seseorang yang tidak jelas bibit bobo
Read more

30. Menikahi Anna?

Sepanjang perjalanan menuju rumah, Gama tidak berhenti tersenyum bahagia. Terlihat jelas bahwa lelaki itu sangat senang dengan niat yang akan dilakukan pada Anna. Ia sudah siap membawa Anna ke hadapan sang ibu untuk meminta doa restu, meski kemungkinan sangat sedikit karena hubungannya dengan Mona. Tapi, Gama sudah merencanakan tahap lain agar pernikahan itu terjadi. Di tengah rasa bahagia yang menguasai. Gama dibuat heran oleh Anna yang sibuk mengotak-atik kain di lehernya. Perempuan berbalut dress biru itu tampak risih dan sibuk sendiri. "Ada apa, Ann? Apa lehermu gatal?" Tanpa menjawab pertanyaan Gama dengan ucapan, Anna menatap tajam, lalu membuka kain yang menunjukan sebuah bekas kemerahan akibat ulah dari Gama. Gama sontak tertawa melihat raut kesal Anna terhadapnya, belum lagi tanda merah kecil yang membuat Anna menyatakan perasaan terhadapnya. "Kenapa tertawa? Apanya yang lucu. Bagaimana jika ibuku lihat? Habis aku dimarahi," dengus Anna. "Coba pakai alas bedak. Itu past
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status