Home / Romansa / Harta, Tahta, My Anna / 12. Untuk apa bertunangan?

Share

12. Untuk apa bertunangan?

Author: Daisy
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Sudah hampir setengah hari, Anna masih duduk di ruang tengah sembari menatap beberapa makanan ringan yang tersedia di atas meja. Setelah keinginannya ditolak mentah-mentah oleh Gama, Anna hanya bisa duduk-duduk santai tanpa melakukan kegiatan apa pun. Hal itu jelas cukup menjengkelkan untuk Anna yang terbiasa memiliki aktivitas di kediaman sebelumnya.

Namun, Anna berada di titik rasa bosan. Ia akhirnya keluar dari rumah sekedar untuk menikmati lingkungan sekitar. Cukup sepi, namun ada beberapa bangunan yang sama megahnya. Anna mendapati bahwa tidak ada banyak orang yang beraktivitas seperti pada umumnya.

Cukup jauh Anna berjalan-jalan santai menjelang sore. Perempuan itu pun berhenti di sebuah kursi kayu yang berada di sisi danau indah yang lebih tampak seperti sebuah taman.

"Aku tidak akan pulang! Aku akan pulang saat aku ingin pulang!"

Anna terdiam mendengar pembicaraan seseorang yang baru saja duduk di sampingnya. Lirikan Anna membuatnya tahu bahwa lelaki berseragam sekolah itu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Harta, Tahta, My Anna   13. Anak pintar!

    Gama melempar tas kerjanya ke atas sofa yang terletak di dalam kamar, sementara itu tubuhnya dibiarkan merebah pada kasur empuk berwarna putih. Tidak hanya lelah perkara pekrjaan, asmaranya dengan Mona, Gama juga masih memikirkan terkait kecelakaannya. Ia merasa tidak memahami semua yang terjadi. TOK! TOK! "Gam, boleh ibu masuk?" Mendengar suara sahutan Dira dari luar pintu kamarnya, Gama sontak menoleh dan menjawab, "Boleh. Masuklah." Sosok perempuan paruh baya yang masih terlihat cantik dengan pakaian elegan itu sudah duduk di tepi ranjang. Jemari tangannya mengusap lembut pucuk kepala sang putra. "Ada apa? Ibu baru saja tahu kalau kamu dan Mona bertengkar sampai melepas cincin. Kalian sudah dewasa, kenapa masih saja kekanak-kanakan.""Ibu tahu apa yang lebih kekanak-kanakan dari sikapku? Ya, itu perjodohan konyol ini. Aku sudah dewasa, aku bisa menemukan cintaku sendiri.""Hidup jaman sekarang tidak bisa sekedar cinta, Gam, tapi juga finansial ke depannya. Perusahaan kita sudah

  • Harta, Tahta, My Anna   14. Patah Hati?

    Gama membaringkan tubuhnya di atas kasur. Setelah perbincangannya dan Mona sedikit memanas, ia memilih untuk mengunjungi rumah pribadi di mana sudah ada banyak perubahan di dalamnya semenjak keberadaan Lusi dan Anna. Gama merasakan ada sedikit kehangatan dari suara air mengalir, mesin cuci menyala, AC yang mendadak menjadi sebuah kehangatan dan aroma makanan setiap kali kakinya berada di dapur. TOK! TOK!Suara ketukan pintu membuat lamunan Gama tersentak, ia lantas beranjak menghampiri sumber suara. "Ada apa, Bu?" tanyanya pada Lusi yang sudah berada di depan pintu. "Tuan mungkin belum makan. Semua makanan sudah siap di bawah." "Iya, Bu, nanti saja." Gama menimpal sekenanya, lalu berniat menutup pintu kembali, tetapi hanya dalam hitungan detik tubuhnya berbalik, "Bu!" Lusi yang merasa terpanggil seketika menoleh. "Ada apa, Tuan?""Ke mana Anna? Aku tidak melihatnya dari tadi. Suaranya saja tidak terdengar." Lusi tampak sedikit terkejut dan terdiam beberapa detik. "Euh, Anna ....

  • Harta, Tahta, My Anna   15. Rambut Basah

    Dua pasang kaki tengah asyik berlari kecil di trotoar jalan yang dipenuhi dedaunan. Anna kembali bertemu Alex untuk kesekian kalinya. Baik Anna mau pun Alex tampak senang dan nyaman satu sama lain, usia yang hanya terpaut satu tahun membuat keduanya bersikap layaknya teman yang sudah saling mengenal lebih dari hitungan hari.Cukup lama berlari bersama, langkah lincah Alex tiba-tiba dibuat berhenti saat Anna berhenti bergerak. Lelaki berseragam itu menoleh tanpa melepas genggaman tangannya pada Anna. "Ada apa, Ann? Kenapa berhenti?" "Ini gerbang perumahan ini, 'kan? Aku pikir aku keluar terlalu jauh dari rumah, Al."Alex yang semula begitu erat menarik tangan Anna perlahan meregangkannya perlahan. "Di luar sama saja, Ann.""Kita tidak akan pulang malam?"Alex terkekeh sembari menggelengkan kepala. "Tidak akan, aku janji." Alex kembali meraih pergelangan tangan Anna, "tenang, Ann, kamu denganku. Aku akan tidak akan membawamu terlalu jauh." Anna pun tersenyum, lalu kembali membiarkan A

  • Harta, Tahta, My Anna   16. Kecupan singkat

    Suara alarm berbunyi membuat kedua mata Gama bergerak tak beraturan. Sorot sinar matahari langsung menyoroti wajahnya ketika kelopak itu terbuka. Lelaki bertubuh kekar tersebut duduk untuk beberapa saat, lalu dibuat penasaran dengan suara air kolam yang terletak di halaman belakang.Lebih pagi dari biasanya, Gama memang memutuskan untuk bangun lebih awal karena sebuah urusan pekerjaan. Pergerakannya pun tertuju ke arah dapur. Gelas di tangannya menjadi alasan lelaki tersebut melangkah keluar kamar. Tidak ada tanda-tanda seseorang berada di ruangan tersebut, namun di atas meja makan udah tersedia beberapa hidangan. Gama tampak mencicipi sedikit dari salah satu sajian dan memberikan reaksi menyenangkan. "Ke mana orang-orang ini? Apa sepagi ini sudah menjemur pakaian?" tutur Gama seraya berjalan menuju jendela besar yang masih tertutup gorden berwarna nude. Dalam satu tarikan lelaki bernama Gama itu dibuat mematung saat penutup jendela tersebut disibakan. Terlihat jelas dirinya menela

  • Harta, Tahta, My Anna   17. Awas cctv!

    Anna masuk ke dalam kamar dan menutup pintu dengan cepat. Tubuh yang masih berdiri di depan pinu itu berusaha lebih tenang, tangannya menyentuh dada seolah ingin mengatur detak jantung yang sulit dikendalikan karena ucapan Gama. Anna menggelengkan kepalanya berusaha menyadarkan diri. "Tidak. Aku pasti salah dengar. Tuan Gama ingin aku menjadi kekasihnya? Aku? Tuan Gama?" Tidak! Tidak! Ini pasti tidak mungkin .... Ah, tapi ini baru saja terjadi!" Anna berjalan, lalu menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur empuk. Dengan wajah yang dibiarkan terbenam dalam kehangatan, Anna kembali menggeleng-gelengan kepala, kemudian berbalik terlentang memandang langit-langit kamar. Perempuan yang masih salah tingkah itu tiba-tiba tersenyum ketika mengingat kembali perlakuan Gama terhadapnya Ia baru menyadari bahwa selama keduanya pergi bersama, Gama terus menggenggam tangannya tanpa peduli bagaimana posisinya dalam rumah. Malam itu menjadi malam yang berkesan untuk Anna dan Gama. Jika Anna tidak bisa berh

  • Harta, Tahta, My Anna   18. Kencan?

    "Ke mana kita hari ini?" tanya Alex di sela-sela perjalanannya bersama Anna di area perumahan. Alih-alih menjawab pertanyaan lawan bicaranya, Anna justru lebih tertarik dengan penampilan Alex. "Kamu tidak sekolah? Ini masih pagi, harusnya kamu ada di sekolah, bukan?" Alex tersenyum kuda hingga menunjukan deretan giginya yang rapi. "Aku tidak masuk hari ini. Tiba-tiba ingat padamu. Jadi, aku kemari."Anna tampak tidak senang dengan alasan yang diberikan oleh teman lelakinya tersebut. Ia berhenti berjalan, lalu memukul cukup keras lengan Alex dengan raut wajah menekuk kesal. "Jangan begitu! Kamu harus sekolah.""Tapi, ini sudah siang. Aku sudah sangat terlambat.""Lain kali, pergilah sekolah dan jangan jadikan aku alasan. Aku tidak suka menjadi alasan seseorang bersikap tidak baik," tutur Anna. "Iya, iya." Alex menimpal seraya mengacak pucuk kepala Anna hingga rambutnya sedikit berantakan. "Jadi, akan ke mana kita hari ini?" lanjut Alex kembali pada pertanyaan awal. "Aku tidak tahu

  • Harta, Tahta, My Anna   19. Dapur panas 21+

    Entah apa yang terjadi dengan Gama, setelah melihat kebersamaan Anna dan Alex, sikapnya begitu berubah. Anna merasakan perubahan tersebut ditujukan kepadanya. Gama menjadi lebih dingin dan tidak bicara padanya, hanya menjalin komunikasi pada sang ibu. Malam itu Gama kembali dari kantor. Lelaki itu langsung menuju ke kamar tanpa mempedulikan apa pun. Tubuh lelahnya membuat Gama ingin segera memanjakannya dengan cara tertidur. Tetapi, pintu yang hampir tertutup itu mendadak tertahan oleh sebuah kaki mungil beralaskan sendal bulu. "Ada apa?""Aku ... aku ... aku ingin bicara sebentar," ucap Anna dengan nada sedikit terbata-bata. Bagaimana pun, tatapan Gama masih saja dingin dan tajam pada Anna. Hal itu yang membuat Anna menjadi sangat kaku, serta gugup setiap berhadapan dengan Gama. "Bicara apa?"Anna menggaruk tengkuk lehernya dan melirik ke arah lain. "Bisa kita bicara di ruang tamu atau di luar rumah agar bisa lebih leluasa?""Tidak bisa." Tegas dan singkat Gama menjawab permintaan

  • Harta, Tahta, My Anna   20. Satu ranjang

    "Bu? Ibu?" Pagi-pagi suara Anna sudah terdengar jelas. Ia terus memanggil sang ibu yang tidak juga menyahuti panggilannya. "Ibu ke mana pagi-pagi begini sudah tidak ada di dapur?"Pergerakan Anna mulai beralih menuju teras. Namun, belum sempat menuju tempat yang dituju, tubuh Anna dibopong tiba-tiba oleh Gama dan membawanya masuk ke dalam kamar. Teriakan Anna tidak membuat lelaki itu peduli. Ia menjatuhkan Anna di atas kasur, lalu menjatuhkan dirinya sendiri tepat di samping perempuan yang masih menunjukan kecemasan luar biasa. "Temani aku sebentar," pinta Gama seraya merapatkan pelukan dari arah samping pada Anna. "Tuan, lepas! Ini tidak benar. Ibuku bisa marah besar." Anna terus berusaha melepaskan diri meski usahanya sia-sia. "Maaf, Ann, tapi aku sudah meminta ibumu membeli sesuatu ke luar dan itu cukup lama karena aku sudah memintanya pergi bersama salah satu karyawanku. Aku sedang sakit, tolong temani sebentar." Gama berucap lebih lembut seperti takut akan kemarahan Anna. Anna

Latest chapter

  • Harta, Tahta, My Anna   35. Pilihan hati

    Seperti hari sebelumnya, Gama kembali bekerja ditemani Anna yang masih perlu mempelajari banyak hal tentang dunia perusahaan. Kehadiran Anna di perusahaan itu tampaknya memberi dampak baik bagi Gama, khususnya suasana hati yang juga turut dirasakan oleh para karyawan-karyawannya.Sikap dingin Gama jauh lebih memudar setiap kali sosok Anna ikut serta di sesi rumitnya pekerjaan kantor. Bahkan Gama terlihat tidak sungkan memamerkan kemesraannya pada Anna. Dia tidak peduli meski Anna menunjukkan gelagat tak nyaman setiap lelaki itu mencoba mengikis jarak."Pakaikan!" pinta Gama membuat Anna mengerutkan dahi keheranan.Bukan tanpa alasan, Anna merasa heran karena dasi berwarna hitam itu semula sudah terpakai rapi di dada kekasihnya. "Aku? Pakaikan dasi? Aku tidak bisa. Aku tidak pernah memakaikan itu.""Ya, sudah belajar sekarang."Melihat situasi lift yang kosong, Anna diam sejenak, lalu menoleh kembali pada lelaki di sampingnya. "Nanti saja kalau sudah di ruanganmu," ucapnya."Memangnya

  • Harta, Tahta, My Anna   34. Hilang kendali 21+

    "Terima kasih untuk hari ini, Ann. Maaf harus menceritakan hal kurang menyenangkan. Semoga itu tidak merubah pertemanan kita. Aku tidak terlihat berlebihan sebagai seorang lelaki, 'kan?" ucap Alex dengan sedikit nada menggoda. Anna tampak tersenyum lebar. Telapak tangannya mendarat di bahu lelaki di depannya dengan cukup keras. "Tidak sama sekali. Lagi pula itu tidak berlebihan menurutku. Aku justru senang kamu mempercayaiku untuk mendengarkan semuanya, walau pun aku tidak pandai memberi saran. Tapi, setidaknya aku senang sudah dipercaya." "Apa kalau begitu artinya aku harus terus sedih agar kamu senang mendengar ceritaku?" Pukulan Anna kian lebih keras untuk kedua kalinya. Kali ini dengan tatapan tajam setelah mendengar penuturan Alex terhadap ucapannya. "Bicara apa kamu ini. Jangan, jangan terlalu larut. Aku ada kapan pun kamu inginkan. Telingaku memiliki kapasitas luas untuk cerita-ceritamu." "Bisa saja. Belajar dari mana perempuan kecil sepertimu bisa berkata begitu, hah?" "K

  • Harta, Tahta, My Anna    33. Boleh memelukmu?

    Pagi menjelang, bukan sinar matahari yang membangunkan Anna dari tidur, tetapi suara pintu tertutup dan aroma bunga yang baru saja menyeruak ke setiap sudut kamarnya. Anna mulai bangkit dan kedua matanya langsung tertuju pada segunduk besar bunga mawar putih yang berada di atas meja. Pemandangan indah itu berhasil menciptakan senyum manis di wajah cantik Anna yang beberapa saat lalu sempat dilanda kesedihan. 'Menikahlah denganku, Anna.' Senyuman Anna kian mengembang setelah membaca isi pesan singkat yang terselip di antara bunga berwarna putih tersebut. Anna duduk cukup lama seraya menatap objek yang sama. Namun, pikirannya masih saja bergelut pada permasalahan sebelumnya. Ia sadar bahwa ibu dari Gama tidak menyetujuinya. Namun, ia sadar bahwa dirinya mencintai Gama seperti Gama memperlakukannya dengan sangat tulus. Tatapan fokus Anna pada bunga mulai teralihkan oleh sebuket bunga yang tiba-tiba mendarat di roof top kamarnya setelah terbentur jendela cukup keras. "Alex," seru An

  • Harta, Tahta, My Anna   32. Lupakan pernikahan!

    "Maaf semua tidak sesuai janjiku, Ann." Setelah sekian lama perjalanan tidak terdengar suara, Gama akhirnya memecah keheningan karena tidak tahan melihat kekasihnya diam seribu bahasa. Ada banyak hal yang mengusik ketenangan Anna setelah pertemuan dengan dua perempuan yang ia pikir akan memahami posisinya. "Ann?" sebut Gama lebih keras hingga Anna berhasil menoleh dan menunjukan ekspresi bingung. Gama yang paham pun ikut tersenyum tipis. "Maaf semua tidak sesuai perkataanku. Aku tidak menyangka jika ibu dan Mona bisa merendahkanmu sampai seperti itu."Anna mengangguk dengan senyum getir. "Tidak apa-apa. Itu memang fakta. Mana bisa aku marah.""Ann, kamu tidak begitu.""Benar kata ibu. Aku tahu sekarang kenapa ibu tidak setuju dengan hubungan kita.""Ann, aku mohon jangan bilang begitu. Keputusanku tidak akan berubah.""Tuan, kita jangan bicarakan ini. Aku ingin istirahat, rasanya sangat lelah," timpal Anna berusaha mengalihkan.Gama tidak lagi kukuh saat Anna berusaha menghindari se

  • Harta, Tahta, My Anna   31. Ibu?

    Hari yang telah ditunggu oleh Anna dan Gama akhirnya datang. Anna tampak cantik dengan dress yang telah dipilihkan langsung oleh Gama. Dress berwarna sage itu berhasil membuat warna kulit Anna kian cerah dan lebih terkesan ceria. Tidak terhitung seberapa rasa senang yang tengah menyelimuti Gama dan Anna, rasa cemas jauh lebih besar bagi Anna. Ia tidak bisa menyembunyikan perasaan itu dari kekasihnya yang sudah memperhatikan sikap gugupnya. "Segugup itu, Ann?" tanya Gama tiba-tiba. Anna mengangguk cepat. "Iya. Bagaimana jika aku bersikap buruk di depan keluarga tuan?" "Ann, di rumah hanya ada ibuku. Jadi, kamu tidak perlu segugup itu. Semua akan baik-baik saja." "Begitu, ya?" "Tapi, rencananya hari ini aku akan bicara juga dengan Mona. Ya ... sekaligus memperkenalkanmu padanya. Tidak apa-apa, 'kan?" lanjut Gama memberi tahu niatnya pada Anna. Anna kembali mengangguk-anggukan kepalanya. Ia hanya mengiyakan apa yang Gama rencanakan. Sepenuhnya Anna percaya pada Gama, meski kecemas

  • Harta, Tahta, My Anna   30. Menikahi Anna?

    Sepanjang perjalanan menuju rumah, Gama tidak berhenti tersenyum bahagia. Terlihat jelas bahwa lelaki itu sangat senang dengan niat yang akan dilakukan pada Anna. Ia sudah siap membawa Anna ke hadapan sang ibu untuk meminta doa restu, meski kemungkinan sangat sedikit karena hubungannya dengan Mona. Tapi, Gama sudah merencanakan tahap lain agar pernikahan itu terjadi. Di tengah rasa bahagia yang menguasai. Gama dibuat heran oleh Anna yang sibuk mengotak-atik kain di lehernya. Perempuan berbalut dress biru itu tampak risih dan sibuk sendiri. "Ada apa, Ann? Apa lehermu gatal?" Tanpa menjawab pertanyaan Gama dengan ucapan, Anna menatap tajam, lalu membuka kain yang menunjukan sebuah bekas kemerahan akibat ulah dari Gama. Gama sontak tertawa melihat raut kesal Anna terhadapnya, belum lagi tanda merah kecil yang membuat Anna menyatakan perasaan terhadapnya. "Kenapa tertawa? Apanya yang lucu. Bagaimana jika ibuku lihat? Habis aku dimarahi," dengus Anna. "Coba pakai alas bedak. Itu past

  • Harta, Tahta, My Anna   29. Menikahlah denganku!

    Suasana ruangan pagi itu terasa sedikit menegang. Kemewahan ruang makan menjadi tidak ada artinya bagi Mona yang masih mencoba membeberkan semua kabar tentang hubungan Gama dan Anna di hadapan Dena. "Siapa yang memberimu kabar kalau Gama pergi ke luar untuk pekerjaan membawa perempuan bernama Anna itu?" Mona dengan cepat menaruh beberapa lembar foto di mana menunjukan kebersamaan dua sejoli di dalam sebuah minimarket, dalam mobil dan di halaman rumah milik Gama. Dena menelaah satu demi satu foto tanpa memberi ekspresi apa pun. Ia tidak tahu harus berkata apa lagi pada anaknya yang lagi lagi sulit dikendalikan. "Mereka tinggal satu atap, Bu. Apa ibu tidak tahu?" Mona menambahkan kabar yang tidak kalah mengejutkannya. "Satu atap? Maksudnya ini menjadi alasan Gama tidak pernah pulang ke rumah ini? Dia sudah hidup dengan perempuan yang usianya jauh lebih muda?""Iya, Bu.""Apa anak itu seorang pekerja dunia malam? Kenapa Gama bisa tertarik dengan seseorang yang tidak jelas bibit bobo

  • Harta, Tahta, My Anna   28. Ann, boleh?

    Selama Gama melakukan meeting, Anna hanya duduk di salah satu kursi yang tersedia untuk menunggu Gama membutuhkan bantuannya. Saat itu, Anna mulai melihat sisi lain lagi dari seorang Gama. Tidak salah jika Gama dikenal bos yang tegas dan cukup digemari. Anna yang tidak begitu paham dunia barunya itu pun dibuat kagum. Cara Gama menjelaskan proyek dan planningnya terhadap client sangat menarik dan tidak membosankan, namun sangat mudah dipahami. Cukup lama membahas untuk program kerja sama, Gama akhirnya menutup pertemuan saat melihat kekasihnya duduk dalam keadaan tertidur. "Saya rasa semua sudah cukup jelas. Kesepakatan kita sudah ada dalam kertas kerja sama. Sisanya, kita hanya tinggal survei langsung ke lapangan. Bagaimana?" tutur Gama mendapat anggukan setuju dari beberapa orang client. Uluran tangannya pun disambut hangat. "Terima kasih Pak Gama. Asisten saya akan segera mengubungi asisten ...." Lelaki paruh baya yang menjadi client Gama menggantung kalimatnya saat menyadari ba

  • Harta, Tahta, My Anna   27. Luar Kota dengan kekasih

    Hari pertama bekerja cukup berkesan bagi Anna. Ia diajak berkeliling oleh Gama, ia juga diberikan penjelasan tentang hal-hal yang perlu ia kerjakan. Ternyata, Anna hanya diperlukan saat Gama memerintah. Namun, ia juga diberikan pelajaran bagaimana mengerjakan urusan sederhana di perusahaan tersebut. Menghabiskan banyak waktu di kantor, Gama dalam perjalanan pulang bersama Anna menuju ke kediaman yang sama. Rasa lelah Anna setelah banyak berinteraksi dengan orang lain membuat perempuan itu tidur lelap dalam mobil. Gama hanya tersenyum, bahkan lelaki itu dengan sigap membopong tubuh kekasihnya menuju kamar untuk langsung beristirahat. Di dampingi Lusi, Gama membuka sepatu dan menyelimuti sebagian tubuh Anna. "Aku ke kamar dulu, Bu. Anna mungkin sedikit kelelahan hari pertama bekerja. Biarkan saja dia istirahat dulu." "Iya, Tuan," timpal Lusi seraya tersenyum hangat menatap kepergian tuan rumah itu dari hadapannya. Setelah memastikan Gama benar-benar telah turun dan ke kamarnya, Lusi

DMCA.com Protection Status