Tous les chapitres de : Chapitre 91 - Chapitre 100

105

91. Dibohongi

“Kenapa bisa terluka? Apa kau berkelahi dengan seseorang? Atau mungkin ada yang menyerangmu?” Mendengar pertanyaan beruntun Tika, Dewa justru melengkung senyum cerah meski wajahnya masih terlihat pucat. “Kenapa tersenyum?” ketus Tika menahan kesal. Seandainya Dewa tahu, betapa cemasnya Tika ketika pria itu terus mengigau semalaman dengan temperatur yang tidak juga stabil hingga pagi. “Dengan begitu aku tahu kau masih peduli padaku.” Tika langsung melengos, tidak bisa menampik dugaan Dewa. Tapi juga enggan mengakui. “Ceritanya panjang.” Dewa akhirnya memilih bercerita, nyatanya ia juga tidak bisa membiarkan Tika terus berpikir tentang apa yang sudah ia alami. “ Pelakunya bernama Firman. Tapi kau tidak perlu cemas, Gusti sudah melaporkannya pada pihak berwajib. Sekarang statusnya sudah menjadi tersangka.” Dewa telah diberitahu Gusti tidak lama setelah kepulangannya dari rumah sakit kemarin. Selain berterima kasih, Dewa juga mengapresiasi sahabatnya itu yang selalu sigap bertin
last updateDernière mise à jour : 2024-01-12
Read More

92. Dibawa ke hutan

“Floren!” Mendengar namanya dipanggil, ia pun segera menoleh, dan seketika terkejut saat tahu siapa yang berdiri di depannya. “Kau!” Sama seperti pertemuan kemarin, Floren masih sulit percaya jika itu benar Roland. Bagaimana bisa pria itu menemukannya? “Kau mengikutiku?” tuduh Floren terus terang. Sebab, terlalu mustahil Roland bisa ada disana tanpa disengaja. “Aku kebetulan ada urusan di dekat sini, dan tidak sengaja melihatmu.” Alasan klasik yang tentu saja tidak mudah Floren percaya. Tapi ia memilih tak acuh dengan berniat kembali menutup pintu pagar, sampai tiba-tiba tangan Roland lebih dulu menahannya. “Singkirkan tanganmu!” Floren menatap tidak suka Roland, yang justru mendorong kembali pintu pagar hingga ia bisa melewatinya. “Apa kau baik-baik saja? Aku tidak bisa berhenti memikirkanmu sejak kemarin.” Roland memastikan Floren dari atas hingga bawah. Ia tampak khawatir. Namun, alih-alih percaya dengan kejujuran Roland, Floren malah berbicara lantang. “Apa pedulim
last updateDernière mise à jour : 2024-01-13
Read More

93. Aksi heroik seorang ayah

“Manusia laknat!” Roland tidak bisa menahan diri lagi untuk tidak segera mendekati pria yang berjalan terseok—diseret kasar oleh pria suruhannya. “Katakan! Dimana kau menyembunyikan putriku!” bentaknya. Namun, alih-alih takut meski sudut bibirnya sudah berdarah pria itu malah menunjukan senyum menantang di hadapan Roland, yang tentu saja dibuat semakin geram. “Kau ingin mati rupanya!” lirih Roland dengan mulut berdesis kaku. Ia sudah mengeluarkan senjata, siap melubangi kepala pria itu dengan timah panasnya, tapi suara pria berbadan tegap—orang kepercayaannya seketika menghentikan niatan tersebut. “Kita masih membutuhkan dia, Tuan. Setidaknya sampai Nona Molody ditemukan.” Pria berbadan kekar berusaha menenangkan Roland yang kembali uring-uringan. “Tinggal dia yang tersisa. Atau kita akan semakin sulit menemukan Nona Melody jika Anda sampai kalap melenyapkannya.” “Akkggg!!” Akhirnya Roland hanya bisa menggeram marah. “Sayang.. kamu dimana, Nak.” Suara Roland berubah melemah saat i
last updateDernière mise à jour : 2024-01-14
Read More

94. Rahasia Nyonya Liem

“Kau terlihat gugup.” Sentuhan di punggung tangannya membuat Tika terhenyak. Ia langsung menoleh pada Dewa yang juga sedang menatapnya. “Apa itu terlihat jelas di wajahku?” “Aku bahkan tidak pernah melihatmu segugup ini. Di hari pernikahan kita saja kau masih cukup tenang.” Tangan Dewa terangkat dan berpindah menyentuh pipi Tika yang masih terlihat chubby setelah melahirkan. Kendati persalinan dramatis itu sudah berlalu satu bulan lalu, tapi Tika belum berhasil mengembalikan bentuk tubuhnya. Sempat mengalami penambahan berat badan cukup drastis, Tika memilih tetap memberi asi dan berolahraga ringan untuk bisa memiliki tubuh kembali ideal. Meski sekarang belum menunjukan keberhasilan. Selain tidak ingin melakukan diet ketat, Dewa juga tidak banyak menuntut. Lelaki yang kini bertanggung jawab penuh atas dirinya beserta sang putra itu hanya ingin ia fokus merawat Arkhan. Dewa juga belum mengizinkannya kembali ke perusahaan. Walaupun masih menggunakan nama samarannya—-Mr. X, tetapi ke
last updateDernière mise à jour : 2024-01-16
Read More

95. Semua karena Roland

“Syukurlah kau datang.” Senyum sumringah Floren menyambut kedatangan Dewa. Begitu antusiasnya ia sampai akan memeluk Dewa yang juga langsung bergerak mundur. “Bisa kita bicara di dalam?” Meski sempat kecewa Dewa terus menghindari kontak fisik dengannya, tetapi Floren tetap menunjukkan senyum terbaik. “Tentu saja.” “Tapi sebelum itu aku ingin memberitahumu, ada orang lain bersamaku.” Detik itu juga Tika langsung menyembul dari balik punggung Dewa. “Tika!” Sontak saja Floren terkejut, bahkan tanpa sadar ia sampai terhuyun mundur. “Kenapa kalian bisa datang bersama?” Sayangnya, meski sangat jelas keterkejutan di wajahnya, Floren coba untuk menampik dugaan yang sudah lebih dulu meracuni otak. Ia meyakinkan diri, Tika dan Dewa kebetulan bertemu di jalan, dan akhirnya memutuskan bersama-sama menemui dirinya. Padahal sangat tidak mungkin hal tersebut bisa terjadi jika mereka tidak saling mengenal. “Aku yakin kalian tidak sengaja datang bersama, bukan?” Mendadak Tika seperti t
last updateDernière mise à jour : 2024-01-17
Read More

96. Kejahatan Tuan Liem

“Brengsek! Lepaskan aku!” Pratiwi meronta minta dilepaskan. “Apa kau sudah hilang akal!” geramnya begitu tahu siapa pelaku yang tiba-tiba mencengkram kedua tangannya ke belakang punggung. Niat hati ingin mengambil air dingin, Pratiwi justru dikejutkan dengan tindakan tak terduga Roland. Tapi bukan hanya terkejut, Pratiwi juga sampai berdesis menahan sakit lantaran Roland merapatkan tubuhnya ke lemari pendingin. “Kau memang pecundang!” umpat Pratiwi kesal. Tapi Roland tak peduli. Tidak juga berniat melonggarkan cengkraman di tangan istri kontraknya. “Sudah aku peringatkan kau jangan pernah mengusik putriku! Tapi kau malah berani membahayakan nyawanya!” lirih Roland dengan mulut berdesis kaku. “Jangan asal menuduh! Aku tidak tahu apa yang terjadi pada putrimu,” kilah Pratiwi berusaha melepas cengkraman Roland yang sialnya malah semakin menguat. “Kau lupa ada yang lebih berbahaya daripada aku.” Mendengus sinis, Pratiwi sengaja meremehkan Roland. “Ingat ada papamu yang jauh lebih lic
last updateDernière mise à jour : 2024-01-19
Read More

97. Kontradiksi terjadi

Di bawah kucuran air shower, Roland masih betah merapatkan dahi ke dinding. Pun kedua tangan mencengkram rambut belakang. Amarah belum sepenuhnya bisa ia redakan, meski telah mengetahui penderitaan yang sebenarnya Pratiwi alami, dan semua karena keserakahan sang ayah. Tapi mengingat apa yang telah Pratiwi lakukan pada putrinya, tetap tidak bisa dibiarkan begitu saja. “Semua tetap harus dipertanggungjawabkan,” gumamnya dengan kedua tangan terkepal kuat dan berpindah memukul dinding. Roland masih akan menunggu waktu yang tepat untuk membuat perhitungan pada wanita itu. Rasanya tidak adil jika penderitaan yang dialami Pratiwi dilimpahkan pada putrinya. Seharusnya Tuan Liem yang harus menerima itu, bukan Melody apalagi Floren. Setelah membersihkan diri dengan benar, Roland bergegas pergi ke rumah orang kepercayaan yang sekarang lebih tepatnya menjadi teman. Selain itu, menitipkan Melody di rumah Robert dirasa lebih aman, dibanding yayasan yang sebelumnya. Mengemudikan mobilnya dengan
last updateDernière mise à jour : 2024-01-21
Read More

98. Sahabatku maduku

"Sialan! Dia benar-benar keras kepala," geram Dewa seraya menyadarkan punggung dan menyilangkan satu kaki di atas kaki yang lain. "Cih. Dia pikir aku akan tetap diam saja dan membiarkan dia semakin besar kepala? Jelas saja tidak!"Gusti yang masih serius membaca berkas di depannya, menoleh singkah. Rupanya gerutuan Dewa cukup membuatnya terusik. "Kasih dia paham, seberapa berharga Kak Tika untukmu. Dia hanya masa lalu, tidak berhak mencampuri masa depanmu. Apalagi yang terjadi pada kalian dulu bukanlah cinta, melainkan simbiosis mutualisme, dan seharusnya dia cukup sadar diri akan itu," ujarnya tanpa mengalihkan pandangan."Kau tahu sendiri, aku tidak bisa berbuat banyak saat Tika bersamaku. Bahkan ketika dia mengklaim Tika juga tidak berhak denganku, jika aku tidak mau menerimanya. Hampir saja aku hilang kendali. Bagaimana bisa dia selancang itu pada ibu dari putraku!"Dewa semakin bersungut-sungut—-sangat kesal akan sikap Floren semalam yang masih bersikeras ingin memisahkan dirinya
last updateDernière mise à jour : 2024-01-22
Read More

99. Satu alasan

Clara begitu terkejut setelah mendengar apa yang baru saja ibunya sampaikan. Bahkan karena terlalu terkejut, sampai-sampai perempuan yang masih menggulung rambutnya dengan handuk kecil itu, masih mematung meski ibunya telah berlalu."Tidak mungkin, tidak mungkin dia pewaris tunggal Adiraksa. Dia hanya berandal yang kebetulan bisa menikahi wanita konglomerat itu. Yah! Derajatnya tidak mungkin lebih tinggi dari Alan." Berulang kali Clara menyakinkan diri, apa yang ibunya sampaikan hanyalah rumor yang pasti tidak valid kebenarannya. Mustahil Dewa seorang milyader yang kekayaannya jangankan satu Alan, bahkan sepuluh Alan pun tidak bisa menandinginya. "Tapi jika itu benar, apa yang harus kulakukan agar bisa kembali padanya?""Clara!!"Namun, di selah-selah perempuan itu sedang menyusun rencana, tiba-tiba suara teriakan dari lantai dua—tepatnya kamar utama, terdengar menggema ke segala penjuru rumah Alan yang memang tidak terlalu luas. Seketika itu, Clara berdecak kesal saat melirik ke la
last updateDernière mise à jour : 2024-01-24
Read More

100. Perasaan apa ini?

"Ini untukku?" Melihat gadis kecil itu mengangguk antusias, Floren tersenyum senang. "Terima kasih. Bunganya sangat cantik. Siapa namamu, Sayang? Oh." Floren berubah tercenung, saat mengetahui gadis yang sejak tadi terus melukis wajahnya dengan senyum manis itu, rupanya penyandang disabilitas."Maafkan aku." Floren segera menjatuhkan lutut, dan memeluk gadis itu yang juga langsung melingkarkan tangan ke lehernya.'Kenapa rasanya begitu menenangkan. Melihat gadis ini, aku seperti melihat diriku sendiri versi kecil.'Sejenak menyelami rasa yang semakin menjalar hati—Floren ingin sebentar saja meminjam gadis itu untuk mengembalikan ketenangan yang nyaris tidak pernah ia dapatkan lagi—setelah kebahagiaannya direnggut paksa beberapa tahun lalu. Terlalu lama terombang-ambing di lautan lepas, Floren tidak tahu dermaga mana yang akan dituju. Hingga membuatnya berada dalam ketidakpastian. Ketika itu yang bisa dilakukan hanya bertahan, menjaga seimbangan agar tidak sampai terguling dan tenggel
last updateDernière mise à jour : 2024-01-25
Read More
Dernier
1
...
67891011
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status