Share

95. Bersikap bodoh

"Syukurlah kau datang." Senyum sumringah Floren menyambut kedatangan Dewa. Begitu antusiasnya ia sampai akan memeluk Dewa yang seketika mengangkat tangan.

"Bisa kita bicara di dalam?"

"Tentu saja." Masih berusaha menunjukkan senyum terbaik, kendati hatinya lagi-lagi merasakan kecewa akan penolakan Dewa.

Floren selalu berharap lamanya perpisahan akan menjadi momen membahagiakan mereka saat pertemuan terjadi, setidaknya pelukan hangat yang dulu pernah dia dapatkan akan kembali terulang. Tetapi yang ada, Dewa selalu menolaknya lagi dan lagi.

Setelah pintu terbuka lembar, Floren masuk lebih dulu dan mempersilahkan Dewa duduk di sofa panjang—-tanpa menaruh curiga sedikitpun jika ada sosok lain di antara mereka.

"Duduklah. Aku akan siapkan minum. Atau kau mau makan sesuatu? Biar aku masakan untuk makan malam kita."

Berdiri di dekat sofa panjang, bibir Dewa berkedut melihat Floren masih saja bersikap seperti dulu—saat mereka tinggal bersama. "Tidak usah repot-repot. Aku sudah makan di jala
Chapitre verrouillé
Continuer à lire ce livre sur l'application

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status