"Jadi nama Panjenengan siapa? Nanti hamba panggil---""Rauna saja, tak perlu ada embel tuan dan hamba, panggil aja Una," selaku." Kalo gitu saya panggil Jenengan Mbak Una saja, ya!" tukas lelaki aneh itu."Terserah, Mas saja. Pulang gih, nanti kalau saya hamil gimana?" celetukku."Lah, saya baru tahu lho, ada wanita hamil dengan hanya dicium saja," kekehnya.Aku malah kesal mendengarnya, "Pulang sana, saya udah mau tutup toko. Sudah jam tunggu teman saya ini.""Saya sama Mbak ya, ga tahu mau pulang kemana, saya kan lagi dikejar-kejar sama prajurit tadi. Kalau pergi saya ga tahu kudu kemana." Bandi memelas, tatapannya begitu menyedihkan."Tapi apa kata orang nanti, kalau kamu tinggal sama saya," tukasku bimbang."Tenang, Mbak! Saya hanya bisa dilihat sama yang saya kehendaki saja. Kali ini saya hanya ingin dilihat Mbak saja.""Terserah!" tukasku acuh.Tak lama sinar surya menyinari dunia. Lah, kenapa malah nyanyi! Aku pun gegas bersiap untuk kembali pulang, memang dapat kulihat, Bandi
Read more