Semua Bab ISTRIKU DITIKUNG POLISI: Bab 81 - Bab 90

100 Bab

81. Mencintai Istri Orang

Rumah Alvandra terlihat ramai. Ia baru saja menggelar acara tujuh bulanan kehamilan Aluna. Tak banyak yang ia undang, hanya anak-anak dari panti asuhan juga seorang ustadz yang terbiasa berceramah untuk anak-anak.Kini semua tamu sudah pulang, menyisakan anggota keluarga terdekat saja yang masih betah. Sebagai tuan rumah, Alvandra dan Aluna masih setia menemani mereka hingga satu per satu pulang karena hari semakin siang.Aluna duduk bersandar menengadahkan kepala di sofa bed di ruang keluarga sambil memejamkan mata. Kondisi perutnya yang semakin besar membuat dirinya sekarang cepat lelah. Alvandra sedang mengantar tamu terakhir mereka ke depan.Tanpa Aluna sadari, ada sepasang mata yang terus memperhatikan dirinya dari jauh. Mata yang memiliki ciri khas itu memandangi Aluna tanpa kedip sambil duduk bersandar dan melipat tangan di atas perut.Angannya jauh melayang, membayangkan dirinya duduk berdua saja dengan Aluna. Senyum tipis tercipta di wajahnya. Tiba-tiba Gibran berdecak sebal
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-04
Baca selengkapnya

82. Kepergok

Alvandra berjalan pelan sambil mendorong troli. Suara troli yang sedikit berisik membuat Gibran juga Aluna menoleh. Gibran menggeser tubuhnya hingga sedikit menjauh dari Aluna."Ada apa dengan rambut istriku?" tanya Alvandra dingin begitu sudah ada di dekat keduanya.Aluna menaikkan sebelah alisnya, tak paham akan perkataan Alvandra. Sementara Gibran terhenyak, ia segera mengatur jantungnya yang tiba-tiba berdegup kencang."Itu, Tuan, tadi sekilas saya lihat ada semut di rambut Nona, pas saya mau ambil ternyata bukan," jawab Gibran berdalih. Bola matanya bergerak liar tak berani menatap lurus Alvandra."Lain kali cukup kamu katakan saja tanpa perlu menyentuhnya," kata Alvandra menatap tajam Gibran."Baik, Tuan. Maafkan saya." Gibran mengangguk. Selanjutnya ia membantu Alvandra menaikkan koper ke atas troli."Hati-hati, Tuan, Nona," ucap Gibran ketika Alvandra menarik tangan Aluna supaya berdiri di dekatnya."Jangan khawatir. Aku masih bisa menjaga istriku sendiri tanpa perlu kamu khaw
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-04
Baca selengkapnya

83. Mana Kakek Saya?

"Tuan Ghazi? Apa yang Tuan lakukan di sini? Mm-maksud saya, kenapa Tuan bisa ada di sini?" Gibran bertanya dengan gugup. Tentu saja ia takut Ghazi mendengar apa yang ia ocehkan."Aku masih bernapas, Gibran. Jadi aku masih bisa datang ke sini," kata Ghazi datar.Menenangkan diri lebih dulu, Gibran lalu beranjak dari kursi dan mendekati Ghazi. "Tuan sama siapa ke sini?"Ghazi pun menyebutkan nama pelayan yang menemaninya. "Apa semua pekerjaanmu sudah beres?" tanya Ghazi selanjutnya."Sudah, Tuan.""Temani aku jalan-jalan di taman," kata Ghazi. Pikirnya lebih baik mereka mengobrol di tempat terbuka supaya tidak terlalu jenuh. Ia ingin mengorek keterangan dari Gibran tentang siapa wanita yang tengah diincarnya itu dan mengapa bisa membuat Gibran jadi berubah.Tanpa menunggu diperintah dua kali, Gibran segera mendorong kursi roda keluar ruangan. Ia pun menyuruh pelayan pulang saja bersama supir dengan alasan nanti ia yang akan mengantar Ghazi pulang.Gibran membawa Ghazi ke taman di pinggi
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-05
Baca selengkapnya

84. Aktingnya Ghazi

Gibran menunggu di depan IGD dengan wajah gusar. Ia tiba di rumah sakit setelah menempuh satu jam perjalanan dari taman di pinggiran kota.Kembali terbayang saat Alvandra menelepon dan menanyakan kakeknya. Saat itu Gibran mengatakan jika Ghazi kecelakaan, jatuh di taman saat melewati sebuah turunan sempit.Alvandra terus mencecarnya dengan banyak pertanyaan. Kenapa membawa kakeknya ke sana? Apa yang sedang ia lakukan sehingga kakeknya bisa jatuh? Alvandra bisa tahu Ghazi bersama Gibran sebab pelayan yang khusus merawat Ghazi memberi laporan pada Alvandra."Kalau sampai terjadi apa-apa dengan Kakek, kamu harus tanggung jawab. Aku gak peduli walaupun kamu sudah sangat lama bekerja dengan Kakek karena kamu sudah teledor saat menjaganya," kata Alvandra seakan mengancam di akhir panggilan."Aku harus cepat-cepat mendapatkan tanda tangan kakek tua itu. Tapi, bagaimana? Ah, sial! Kenapa tadi aku tiba-tiba mau buat dia celaka?" Gibran terus saja meracau, merutuki kebodohannya sendiri.Seringa
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-06
Baca selengkapnya

85. Pesan Untuk Alvandra

Mengetahui kakeknya kembali mengalami musibah, Alvandra memutuskan pulang secepatnya. Segera ia mencari jadwal penerbangan tercepat ke Indonesia. Bahkan kini ia semakin cemas ketika mendapat kabar kalau kakeknya koma. "Apa yang sudah kau lakukan sebenarnya, Gibran?" ujar Alvandra geram setelah menutup panggilan dengan sang asisten.Ketika melakukan inspeksi ke perusahaannya, Alvandra sempat diberitahu seseorang supaya jangan terlalu lengah. Namun orang itu tak menjelaskan secara rinci lengah terhadap apa juga dari siapa.Memikirkan perkataan orang itu membuat Alvandra menghubungi Jaka dan memintanya untuk kembali menyelidiki kasus kecelakaan kakeknya. Rekaman CCTV harus benar-benar diteliti, jangan hanya dilihat sekilas.Keesokan harinya Alvandra dan Aluna tiba di Indonesia. Sebelum ke rumah sakit, Alvandra lebih dulu mengantar Aluna ke rumah orang tuanya. Alvandra khawatir jika Aluna tinggal di rumahnya karena ia yakin pasti akan jarang di rumah seperti saat kakeknya kecelakaan dulu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-07
Baca selengkapnya

86. Rencana Baru

Ghazi kini sudah dipindahkan ke ruangan VIP atas persetujuan dokter. Alvandra pun memperketat keamanan kakeknya dengan menyewa empat bodyguard yang akan berjaga secara bergantian.Alvandra tak membolehkan siapapun termasuk Gibran masuk ke ruangan Ghazi tanpa izin darinya, kecuali perawat dan dokter yang memang bertugas mengecek kondisi sang kakek.Saat menemui Doni, Alvandra sempat meminta supaya kakeknya dipindah ke ruang rawat saja. Waktu itu Doni tidak mengizinkan dengan alasan kondisi Ghazi masih belum stabil. Padahal yang sebenarnya Doni harus mengkonfirmasi Ghazi dulu.Mengetahui dirinya tak mendapat akses bebas keluar masuk ruang rawat Ghazi, amarah Gibran semakin membumbung tinggi. Menginjak pedal gas dalam-dalam, ia memacu kencang kendaraannya di jalanan yang sedikit lengang menuju taman di dekat gedung kantornya.Di taman itu Gibran berteriak sepuasnya sambil memaki dan mengumpat Alvandra. Semua kata-kata kasar meluncur bebas dari mulut berbisanya."Berisik!" teriak seorang
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-08
Baca selengkapnya

87. Mengakhiri Sandiwara

Sudah satu minggu ini Alvandra memimpin tiga perusahaannya dari rumah sakit. Untuk jabatannya di perusahaan Abrisam, sudah ia serahkan kembali pada sang ayah mertua sebab ia tidak memiliki cukup waktu untuk melakukan pekerjaan di perusahaan konstruksi tersebut.Ketika Alvandra sibuk dengan pekerjaannya, Ghazi sering membuka mata dan melihat ketekunan cucunya dalam bekerja. Ada rasa kasihan dalam hati Ghazi sehingga ia memutuskan akan menyudahi sandiwaranya beberapa saat lagi."Permisi, Tuan, saya mau membersihkan ruangannya dulu."Seorang petugas cleaning servis bernama Amin memasuki ruang inap Ghazi dengan membawa bermacam alat kebersihan. Untuk bagian ini, Alvandra pun sudah memberikan izin sebelumnya."Ah, iya, silahkan, Pak," kata Alvandra kemudian meneruskan kembali pekerjaannya. Sementara petugas tersebut mulai sibuk dengan semua kegiatannya.Saat mulai mendekati ranjang di mana Ghazi terbaring, Amin terus saja mencuri pandang ke arah Alvandra. Tingkah lakunya sangat mencurigaka
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-09
Baca selengkapnya

88. Terbongkar

Ghazi sudah diperbolehkan pulang. Alvandra lekas mengurus semua administrasi supaya kakeknya bisa cepat dibawa pulang. Perutnya sampai terasa mual karena sering sekali berurusan dengan rumah sakit.Lagi-lagi Gibran tak diberi kabar oleh Alvandra. Entah kenapa sejak kejadian di bandara waktu itu, Alvandra jadi hilang respect terhadap Gibran. Tambah lagi kakeknya celaka saat bersama sang asisten.Pikir Alvandra, tak mungkin kakeknya bisa jatuh tiba-tiba kalau tak ada penyebabnya. Ia pun merasa belum waktunya bertanya pada sang kakek sebab beliau baru pulih pasca koma.Alvandra sempat bertanya pada Gibran penyebab kakeknya jatuh. Jawaban yang ia dapat, kursi roda Ghazi selip di antara paving blok sehingga terjungkal ke bawah. Yang jadi pertanyaan utama bagi Alvandra adalah, Gibran ada di mana saat kakeknya jatuh.Aluna sudah ada di rumah ketika Alvandra datang membawa kakeknya pulang. Ia pulang dengan diantar Camilla.Ghazi masih tutup mulut pada cucunya tentang rencana busuk Gibran. Sej
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-10
Baca selengkapnya

89. Di Mana Aluna?

Aluna hanya bisa menangis selama dalam penyanderaan Gibran. Bayang Alvandra jatuh tersungkur sambil memuntahkan darah semakin menambah sesak dadanya. Ia terus mengelus perut bulatnya berusaha memberi ketenangan pada sang calon anak yang pasti ikut merasakan kesedihan ibunya.Ia tak menyangka, orang yang selama ini sudah dianggap saudara ternyata pengkhianat sesungguhnya. Pantas saja Aluna merasakan ada sesuatu yang beda pada Gibran akhir-akhir ini."Om, tolong lepasin aku!" pinta Aluna mengiba dengan mata basahnya. Ia mengatupkan dua tangan di depan dada berharap Gibran mau mengabulkan permintaannya."Maaf, Nona. Saya tidak bisa. Saya sudah terlanjur mencintai Nona," tolak Gibran tanpa mau menatap wajah Aluna. Ia takut pertahanannya roboh karena melihat wajah sendu itu.Rahang Aluna mengetat dengan dada naik turun. Sepertinya amarah mulai membakar diri wanita itu. "Tapi gue nggak cinta elo!" teriak Aluna. "Jangan lo paksain perasaan lo itu sama gue! Mending gue mati kalo harus sama el
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-12
Baca selengkapnya

90. Menemukan Aluna

Tubuh Aluna bergulingan di jalan setelah menjatuhkan diri dari mobil yang sedang melaju. Tangan yang terikat berusaha melindungi perutnya dari guncangan yang pastinya sangat kencang. Tak lama pandangannya menggelap, tak sadarkan diri."Hei! Itu ada orang jatoh dari mobil. Cepet tolongin!" teriak seorang pemuda yang sedang nongkrong di sebuah warung. Ia berlari ke arah Aluna diikuti beberapa temannya."Wah, lagi hamil, Cuy! Cepet bawa ke klinik!" perintah pemuda bertopi."Gue gak ada duit," timpal pemuda yang pertama melihat Aluna."Duit mulu yang lo pikirin! Itu urusan belakangan. Yang penting nyawa dulu!" sanggah pemuda bertopi itu lalu berjongkok bermaksud mengangkat tubuh Aluna yang tak sadarkan diri."Bawa pake apa, Bro? Masa motor, sih? Gila lo!" Temannya yang lain berdiri di belakang pemuda bertopi."Ya, lo berentiin angkot lah! Gitu aja nanya!" sentak pemuda bertopi.Mematuhi perintah temannya, dua pemuda berdiri di pinggir jalan mencari angkot yang melintasi daerah tersebut.
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-13
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status