"Mbak kenal?"Sintya bertanya memastikan. Menatapku penuh selidik. "Eh, nggak." Dengan cepat aku menggelengkan kepala, membantah. "Entahlah. Kayaknya salah orang," lanjutku meragu, takut salah orang. Awalnya aku sangat yakin saat melihat wajahnya barusan, tapi tak berani bercerita pada Sintya, takutnya memang salah orang. Apalagi yang sedang kami bicarakan adalah ibunya Pak Dokter. Aku tak ingin nantinya disebut sok kenal atau sok dekat. "Oh, Mbak ngomongnya kayak meyakinkan. Kirain kenal. Tapi nggak mungkin juga sih, kenal dimana. Iya kan? Nyonya besar pasti kumpulnya di tempat elit. Eh, bukan maksud merendahkan, tapi–"Sintya tampak salah tingkah dan merasa bersalah dengan ucapannya barusan. Aku tersenyum tipis membalasnya. "Santai Sin, aku ngerti kok. Nggak tersinggung juga." Kutepuk pundak Sintya meyakinkannya kalau aku baik-baik saja. Toh, memang begitu kenyataannya. Tidak mungkin aku satu cicle dengan mereka. Jangkauan pertemanananku bukan orang kaya. "Syukurlah Mbak, maaf.
Last Updated : 2023-10-04 Read more