Semua Bab Tunangan Naif Pewaris Bengis: Bab 101 - Bab 110

117 Bab

Harus Tidur Bersamamu

Nayla dan Elvan tidur di luar ruangan. Dengan kepala Elvan ada di pangkuan Nayla. Ketika pagi tiba, Nayla terbangun oleh suara berisik. Ketika ia membuka mata Nayla melihat beberapa dokter sedang berdiri tidak jauh darinya. Nayla seketika kebingungan, tapi perasaannya tidak enak dan semakin cemas.“Apa yang terjadi? Aku harap dugaanku tidak benar," gumam Nayla lalu menepuk pipi Elvan untuk membuatnya bangun. “Bangun, El. Ini sudah pagi," ucap Nayla sekali lagi, yang membuat Elvan akhirnya mengerjap-ngerjap dan membuka mata.Seketika Elvan bangun dan duduk. Saat sudah sadar sepenuhnya, ia bingung melihat beberapa dokter berjalan mendekati mereka. Jantungnya mulai berdetak lebih cepat. “Ada apa, Nay?” tanya Elvan, menoleh pada Nayla yang terlihat kebingungan.Nayla menggeleng secara spontan. "Aku juga tidak tahu, El."“Maaf sebelumnya, apakah kalian anaknya?” tanya salah satu dokter itu yang sekarang berdiri hadapan Elvan. “Saya putranya, Dok. Bagaimana keadaan papa saya? Apa operasi
Baca selengkapnya

Tolong Ditelan, Sayang

Nayla melihat sekeliling rumah Elvan yang rapi. Ia tak menyangka padahal tidak ada perempuan yang tinggal bersama mereka. Padahal ia pikir Elvan bukan tipe lelaki yang repot-repot merapikan barang. Tapi sepertinya sekarang Nayla harus membuang pikiran itu.“Aku akan memasak, ya. Aku tidak ingin kamu mengabaikan perutmu yang lapar, El," kata Nayla mengajukan diri. Ia segera bergegas menuju dapur.Elvan duduk di ruang tamu dan tak memedulikan perkataan Nayla. Ia membicarakan gadis itu berbuat sesukanya. Ia sangat lelah. Semua tubuh dan pikirannya perlu ketenangan. Ketika Elvan baru memejamkan mata, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu. Elvan jadi membuka lagi matanya. Dan setelah tahu siapa orang di depan rumahnya itu, Elvan langsung berdiri. Ia menatap mamanya dengan tajam.“Kenapa Anda ke sini?” tanya Elvan menahan rasa kesal. Tatapannya berubah dingin.“Elvan?” sapa Laras tersenyum hangat. Ia berjalan mendekati putranya.“Papa saya sudah meninggal, saya rasa Anda sudah tahu. Jadi sila
Baca selengkapnya

Pahit dalam Hidup

Dua hari kemudian, Elvan juga sudah dua hari tidak bekerja karena izin cuti. Beruntung si bos orang yang baik, sehingga tidak mempersalahkan Elvan ingin cuti hingga berapa hari karena tahu Elvan baru saja berduka. Kini Elvan di kamar, tiba-tiba hatinya ingin bekerja. Ia sudah mulai ingin melanjutkan hidup. Elvan merasa ia tidak ada gunanya jika terus malas dan meratapi nasib. Walaupun sebenarnya ia masih belum merelakan kepergian ayahnya yang sangat cepat. Elvan keluar dari kamar, Nayla yang menonton televisi terkejut karena Elvan berpakaian rapi. Padahal tadi pagi sudah dibangunkan dari tidur.“Kamu ingin ke mana, El? Apa mungkin kamu akan berangkat bekerja?” tanya Nayla yang langsung berdiri menghampiri Elvan. Elvan hanya mengangguk, dengan wajah dingin. Membuat Nayla langsung melotot dan buru-buru mencegahnya untuk membuka pintu rumah. Nalurinya mengatakan jika Elvan tidak boleh keluar ke mana pun.“Tidak boleh. Kamu masih izin cuti, El. Kamu juga belum siap untuk bekerja. Tolon
Baca selengkapnya

Belenggu Takdir Jahat

Nayla kesusahan untuk membawa Elvan ke kamar, tapi ia tidak ada cara lain karena jika dibiarkan di ruang tamu tempatnya tidak nyaman dan pasti Elvan tidak bisa tidur. Walaupun Nayla tahu perbuatan Elvan sangat salah, tapi ia tetap mengkhawatirkan kesehatannya. Akhirnya dengan susah payah Nayla memapah Elvan pelan-pelan. Beruntungnya letak kamar Elvan di depan ruang tamu, hanya dibatasi dinding. Sehingga ia bisa mengatasi kesulitannya. Setidaknya selama beberapa langkah. “Aku tidak mengira badannya sangat berat, padahal dia tidak terlihat gemuk. Apa karena dia berotot, ya?” gumam Nayla menebak. Nayla kemudian berdecak kecil. Tubuh Elvan sangat di luar dugaannya. Memang tidak terlihat gendut, tapi tetap saja berat. “Astaga, aku merasa tidak bergerak sedikit pun. Rasanya seperti membawa batu raksasa.”“Tapi tidak apa-apa, ini memang tugasku. Dulu dia yang membantuku untuk sembuh, dan sekarang saatnya aku membalas kebaikannya," ucap Nayla memberikan semangat pada dirinya sendiri. Ia te
Baca selengkapnya

Rindu Momen Sederhana

"Kenapa kamu bicara begitu? Jangan, El. Aku tidak mau. Aku tidak mau jauh darimu. Itu adalah saran yang buruk," tolak Nayla seketika menggeleng. Ia menggertakkan gigi, menahan kekesalan yang tertahan.Elvan menghela napas panjang, ia sebenarnya juga ragu dengan keputusannya. "Tapi aku akan menyakitimu jika kamu terus di sisiku. Aku masih belum bisa tenang. Aku belum bisa kembali seperti dulu.”“Bagaimana caranya? Bagaimana cara kamu menyakitimu? Itu mustahil, El. Aku tidak terluka di dekatmu. Meskipun kamu berubah dingin dan cuek, aku tidak masalah. Atat kamu tiba-tiba jadi pemarah, aku juga tidak merasa terluka," jelas Nayla merasa kesal. Itu pemikiran yang salah. Padahal Elvan tidak menyakitinya. Dan Nayla juga tidak merasa terluka di dekat Elvan.“Jika kamu memang takut akan menyakitimu, maka kamu harus membiarkanku membantu untuk menyembuhkannmu. Aku justru akan terluka jika kamu memintaku untuk menjauhimu, Elvan," lanjut Nayla sangat kesal, kini ia menunjukkan eksistensi marah. T
Baca selengkapnya

Selalu Luar Biasa

Air mata Nayla langsung jatuh ketika mendengar suara Clara. Ia bahkan tidak menyapa gadis itu di seberang telepon dan justru membiarkan dirinya menangis dengan deras. Seolah semua luka yang selama ini Nayla tahan akhirnya tumpah dan tidak bisa lagi ia tahan.Jika Clara ada di depannya, pasti Nayla akan langsung memeluknya erat. Tapi yang bisa Nayla lakukan sekarang hanya menangis karena Clara tidak ada di dekatnya. Karena gadis itu jauh darinya.“Clara, maafkan aku ....” Nayla berucap dengan pelan dan lirih. Dadanya masih terasa sesak.Walaupun tidak mengatakan apapun, tapi Nayla kini bisa mendengar suara tangisan di seberang telepon. Itu suara Clara yang sepertinya ikut menangis. Benar. Memang gadis itu selalu tidak bisa menahan diri jika mendengar Nayla menangis.Setelah beberapa saat, ketika Nayla mulai tenang, ia bergegas ke ruang tamu dan duduk sendirian di tengah suasana yang hening. Nayla juga sudah tidak mendengar Clara menangis lagi. Kini mereka sejenak terdiam.“Halo, Ra. Ba
Baca selengkapnya

Berubah dalam Sekejap

Malam hari, setelah pulang kerja Elvan sangat lelah dan membutuhkan sesuatu untuk meredakan sakit di kepalanya. Hati Elvan masih tidak bahagia entah kenapa. Dan ia bingung, ia membutuhkan sesuatu untuk membuatnya sedikit lebih tenang. Tentu saja walaupun caranya memang salah. Karena sekarang Elvan sudah masuk ke dalam bar yang akhir-akhir ini menjadi favoritnya. Bar yang selalu ia kunjungi ketika masih menjadi orang yang salah. Ketika saat itu Elvan masih belum menemukan ketenangan.Elvan dengan wajahnya yang tanpa ekspresi itu langsung memanggil bartender untuk memesan minum. Elvan sudah mendapatkan sofa yang nyaman di sana. Tanpa ada perempuan yang bisa saja mengganggunya. “Silakan menikmati malam yang indah ini, saya permisi dulu," ucap bartender yang tampan dan muda itu.Elvan tak menjawab ucapan bartender yang ramah. Ia segera meneguk alkoholnya lalu menghela napas panjang. Rasanya tidak enak, tapi cukup membuat kepalanya sedikit membaik.Setidaknya untuk saat ini. Dan Elvan se
Baca selengkapnya

Terlalu Lama Menjauh

Hari ini Nayla memutuskan untuk mencari dokter psikolog. Nayla ingin membantu Elvan sembuh, jadi ia pikir membawanya ke dokter menjadi cara pertama yang harus ia lakukan. Setidaknya dari semua ide yang ada di kepala, Nayla merasa yakin untuk menyerahkan segalanya ke seseorang yang lebih ahli. Dari pada ia salah mengambil keputusan.Awalnya Nayla memilih untuk menyembunyikan hal itu dari Elvan, tapi sepertinya itu keputusan yang salah karena Nayla merasa Elvan juga berhak mengeluarkan pendapat. Jika nanti Elvan menolak, Nayla mungkin harus mencari cara lain lagi. Walaupun Nayla berharap besar agar Elvan menurut. Jadi sekarang Nayla harus menahan gugup saat hendak menghampiri Elvan yang sarapan.“El, aku ingin mengatakan sesuatu. Aku harap kamu tidak marah," ucap Nayla, nada bicaranya sungguh pelan. Ia juga menggigit bibirnya untuk menahan perasaan ragu. Walaupun tidak menjawab, tapi melihat Elvan yang menghentikan aktivitas makanannya membuat Nayla cukup lega. Itu artinya suasana ha
Baca selengkapnya

Munculnya Ibu Kandung

Siang ini Nayla sengaja makan siang di kafe karena bosan dengan suasana kantin di kantornya. Kebetulan ia juga ingin minum kopi agar tidak mengantuk saat bekerja. Walaupun di kantor sudah ada dapur untuk membuat kopi sendiri, tapi rasanya jelas berbeda jika membeli di kafe. Dan Nayla merindukan sensasi itu karena dulu saat bekerja di kafe ia jarang meminum kopi yang dijual.Ketika Nayla asyik berbincang dengan salah satu teman kantornya, seorang wanita tiba-tiba datang ke mejanya. Nayla terkejut karena wanita itu mengatakan sesuatu yang membuatnya nyaris tak bisa berkata-kata.“Apa benar kamu Nayla? Saya Naomi, ibu kandung kamu," ucap wanita yang kini duduk di depan Nayla. Aroma parfumnya yang wangi tercium ke hidung Nayla.Seketika itu mata Nayla melebar, nyaris tersedak air liurnya sendiri. “A–apa yang Anda katakan?”“Nay, aku pergi dulu, ya. Jangan lama-lama, nanti kamu dimarahi bos," kata teman Nayla yang merasa tidak berhak ikut campur. Ia berdiri dan tersenyum pada Nayla.“Ah,
Baca selengkapnya

Hatinya Seperti Kosong

Hari ini berjalan baik seperti biasa. Itu adalah bayangan Nayla pada awalnya sebelum tiba-tiba saat jam makan siang di kantor, ia dipanggil oleh temannya untuk bertemu seseorang yang sedang mencarinya. Perasaan Nayla langsung tidak enak karena seseorang itu bukanlah Elvan atau siapa pun. Nayla tahu karena hanya Elvan dan Clara yang tahu tempatnya bekerja. Dan benar saja, Nayla bertemu lagi dengan wanita yang kemarin. Wanita yang membuat Nayla semalaman tidak bisa tidur karena terus memikirkan pengakuannya.Naomi tampak tersenyum menyambut kedatangannya. Berbeda dengan Nayla yang mengepalkan tangan karena menahan kesal yang luar biasa. Nayla juga berusaha tetap tenang agar amarahnya tidak keluar. Setitik hatinya mengatakan untuk tidak membuat masalah dengan seseorang yang sebenarnya Nayla juga merindukan.“Kenapa Anda ke sini lagi? Bukankah Anda bilang tidak akan bertemu saya lagi setelah saya memberikan nomor telepon saya?” tanya Nayla tidak ingin basa-basi, ia memberikan tatapan taj
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status