“Mudah-mudaaan Fania tidak bicara_”“Bicara tentang apa_ Kamu belum mandi juga!”Rani mendongak, “kiyaaa! Apa yang Mas lakukan di kamarku!” Rani terkejut sampai dia kepala terbentur tempat tidur.“Awh!” Rani meringis dan melihat Doni dari ujung mata.Bibirnya mengerucut, “biasanya laki-laki akan sigap menolong, kaya di novel-novel, begitu. Ini, malah diam saja.”“Itu salah kamu, karena tidak hati-hati. Lagian, Mas bukan laki-laki di novel, yang lebay dan terus-menerus ngurusin wanita tanpa bekerja. Ingaaat, kita itu hidup bukan cuma butuh pendamping, tapi juga butuh uang.”“Tapi apa salahnya perhatian, lagian, uang tidak akan di bawa mati.” Rani masih cemberut dan kesal.Doni mendengus, menyentil kening Rani, “uang memang tidak dibawa mati, tapi seseorang tanpa uang akan mati. Memangnya, kebutuhan untuk hidup itu gratis! Yaaa, kecuali, kalau kamu
Read more