All Chapters of Pengorbanan istri sang presdir tampan: Chapter 1 - Chapter 10

32 Chapters

BAB 01

"Lah ngapain nangis disini sayang?" seseorang bertanya seraya mendekat ke arah seorang wanita yang sedang berada di tepi tempat tidurnya. “Kebiasaan deh nggak ketuk pintu dulu kalau masuk kak” sahut sang wanita protes dengan kesal. “Iya maaf habis dari tadi di panggil nggak ada sahutan sama sekali, pas datang lagi nangis aja di pojokan. ada apa sih?” kini pria tersebut duduk di samping sang wanita. “Nggak ada hal yang serius kok mas, oh iya kak bagaimana dengan yang aku sampaikan kemarin? kakak bersediakan untuk menikahi Mira. ” sahut sang wanita dengan segera menyeka air matanya. “Harus berapa kali aku katakan Zahra, aku tidak akan menikahi menikahi wanita itu, apa sih yang kamu pikirkan?" bentak pria itu kini berdiri menghadap ke arah jendela untuk meredam amarahnya. "Yang aku pikirkan adalah kebahagianmu kak Mizan, sudah aku katakan pula beberapa kali mengenai hal ini." "Tapi aku sudah bahagia dengan satu wanita, ya itu kamu Zahra tidak perlu lagi ada wanita lain, dan aku tid
Read more

BAB 02

“Cari penggantiku mas.” Ucap Zahra begitu saja. Entah apa yang di pikirkan Zahra, namun kalimat itu yang terlintas di benaknya saat merenungkan diri selepas pulang dari rumah sakit. “Apa maksudmu berbicara seperti itu?” Mizan semakin emosi mendengar penuturan sang istri. “Carilah penggantiku dan menikahlah dengannya pilih yang lebih baik dariku mas.” Ucap Zahra kini yang tidak bisa membendung lagi air matanya, membiarkan air matanya terjun bebas di kedua matanya yang indah. “Apa yang sedang kamu pikirkan Zahra? Mengapa aku harus menikahi wanita lain?” sungguh kini Mizan tidak memahami apa yang dipikirkan sang istri, mengapa harus memintanya menikahi wanita lain sedangkan dia sangat sangat mencintai Zahra. “Aku saat ini punya penyakit kanker serviks stadium akhir mas, umurku tidak akan lama lagi.” “Itu tidak masalah bagiku sayang, kita berjuang bersama. Aku akan mencarikan rumah sakit terbaik di negara ini, sekalipun harus sampai ke luar negeri tidak masa, asal jangan yang me
Read more

BAB 03

Pagi hari dengan udara yang sejuk dan suara kicauan burung - burung yang hinggap di pohon menemani Zahra menikmati udara pagi hari ini. dia sedikit terkejut saat ada sepasang tangan yang melingkar di perutnya. "Mas udah bangun?" Tanya Zahra yang mengenali siapa yang sedang memeluknya dari belakang. "Kenapa disini udara pagi ini lumayan dingin." tanpa menjawab Mizan membawa tubuh Zahra masuk ke dalam kamar. "Kenapa malah tidur lagi?" "Masih pagi dan masih sangat dingin lebih baik kita tidur lagi." Mizan membawa sang istri kembali ke tempat tidur dan menyelimuti tubuh mereka berdua. "Iya tapi nggak baik tidur lagi mending kita olahraga lari sekitaran sini." "Mending olahraga pagi yang lain aja nggak sih kata anak muda sekarang." goda Mizan. "Ish udah mau siang mas." "Oh iya sayang kemarin ada bibi dan keponakanku datang iya.' "Iya sore mereka datang kesini, tidak tahu kalau mereka akan menginap atau tidak karena setelah membuat makanan langsung pergi ke kamar tidak ke bawah lagi
Read more

BAB 04

Guyuran hujan sedari siang tidak menunjukkan akan tanda - tanda mereda, justru semakin lama hujan semakin kian deras turunnya, membuat semua orang tidak dapat melakukan banyak aktivitas di luar rumah, sama halnya yang di alami Mizan dan Zahra saat ini. Dua orang yang awalnya berniat ingin melakukan camping untuk menghabiskan waktu bersama setelah sekian lama karena Mizan yang selalu sibuk, kini mereka berdua hanya sedang menatap ke arah jendela di ruang tamu dengan tidak semangat. "Hujannya malah semakin deras mana udah sore bagaimana ini mas? kita tidak jadi camping iya." Zahra menghelan nafas kecewa, karena angan - angan membuat moment indah bersama sang suami di pantai kini hanya tinggal wacana karena terkendala cuaca. Hujan yang semakin deras dan suhu yang semakin dingin membuat Mizan tidak dapat membuat keputusan apa pun saat ini, karena meskipun memaksakan untuk tetap pergi camping sesuai rencana, tidak tahu kendala apa yang akan terjadi selama di perjalan nanti, dan dia tidak
Read more

BAB 05

Seorang wanita masuk ke dalalm Rumah Sakit setelah mendapatkan telepon masuk. "Bagaimana keadaannya dok." Tanya wanita tersebut saat melihat Dokter dan Perawat sedang melakukan pemeriksaan kepada seseorang di ruangan tersebut. "Oh...Mira kau sudah datang, keadaanya sudah mulai membaik, kau tidak perlu khawatir." sahut sang Dokter setelah mengtahui siapa yang menyapanya. "Baik terima kasih Dokter, bersyukur kondisinya membaik dan ada kemajuan." sahut wanita bernama Mira tersebut. "Sama - sama kalau begitu kami permisi terlebih dahulu karena sudah melakukan pemeriksaan." Ucap Dokter menghampiri Mira. "Iya silahkan Dokter, terima kasih sekali lagi.” “Tidak perlu berterima kasih, itu sudah menjadi tanggung jawabku, saya pamitnya tetap semangat.” Dokter dan Perawat pun pamit keluar dari ruangan tersebut meninggalkan Mira dan seseorang yang sedang di rawat. “Mah hari ini Mira datang bawa kabar berita baik.” Mira duduk di samping wanaita yang sedang dirawat yang merupakan mamahnya M
Read more

BAB 06

"Wah sayang banget nggak bisa lihat, pasti lagi berantem hebat mereka." ucap Mira senang setelah mendapat kabar dari orang suruhannya untuk memberikan amplop ke rumah Mizan, bahwa amplop yang dia simpan di depan rumah ternyata kebetulan yang mengambil amplop tersebut adalah Mizan sendiri. Bagaimana dia bisa menyusup ke mansion milik Mizan? bukannya sudah dalam penjagaan ketat? orang suruhan Mira menyamar sebagai kurir paket dan bilang kepada penjaga bahwa dia membawa dokument penting dan harus orang yang bersangkutan yang menerimanya. Awalnya sedikit curiga dengan orang suruhan Mira, dia pun menghubungi orang bagian dalam mansion tersebut untuk mengkonfirmasi, karena tidak ada satu pun yang terhubung sang satpam memberikan izin masuk ke dalam ditemani olehnya. Namun dalam perjalanan sang satpam di hubungi oleh Mizan untuk membukakan pintu gerbang karena di kunci oleh sang satpam kebetulan yang bertugas hanya dia sendiri karena rekannya izin tidak masuk karena sakit. Mau tidak mau s
Read more

BAB 07

TAP TAP TAP Suara derap langkah kaki Mizan menggema di suasana malam yang sunyi saat memasuki mansion, saat hendak masuk ke kamar dia melewati ruang makan. "Dia menungguku sampai tertidur disini? pasti tidak nyaman tidur dengan posisi seperti itu." gumam Mizan yang melihat sang istri tertidur di meja makan menunggunya pulang. "Aku lupa mengabarinya kalau hari ini aku lembur, tidak sempat mengiriminya pesan."Mizan menghampiri Zahra dan membawanya ke kamar. Saat hendak sampai di kamar Zahra terbangun karena merasa tubuhnya kurang nyaman dan sediki terkejut karena posisinya sedang dalam gendongan sang suami menuju kamar mereka."Mas udah pulang." tanya Zahra sedikit cangung."Eumm" hanya jawaban singkat sebagai balasannya."Kenapa nggak dibangunin aja sih, udah turunin mas." ucap Zahra mencoba turun dari gendongan Mizan. "Mas udah makan belum? aku hangatkan lagi makanananya. atau mau mandi dulu biar aku siapin air hangatanya.." sambungnya. Melihat Zahra yang sudah memasak banyak m
Read more

BAB 08

Hari ini Zahra membuat rencana akan pergi ke kantor Mizan seraya membawakannya makan siang.Kini Zahra baru saja sampai di lobby, perlahan dia menghampiri resepsionis untuk menanyakan apakah sang suami sedang ada di ruangannya atau tidak, karena pesan terakhirnya belum mendapatkan pesan balasan."Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?" ucap sang resepsionis kepada Zahra yang menghampirinya dengan ramah."Apa dia karyawan baru? sepertinya baru pertama kali ini aku bertemu denganya." ucap Zahra dalam hati menatap sang resepsionis."Selamat siang saya dengan Zahra, apa pak Mizan saat ini ada di ruangannya?""Maaf bu, apa sebelumnya anda sudah membuat janji terlebih dahulu?""Sepertinya memang dia karyawan baru, seharusnya kalau sudah lama tahu siapa istri pemilik perusahaan ini." ucap Zahra dalam hati seraya tersenyum."Dia sepertinya orang yang baik dan profesional dalam bekerja, apa aku masukan dia sebagai kandidat wanita yang akan menggantikan aku nanti?" sambungnya."Saya rasa untu
Read more

BAB 09

"Mau pergi kemana kita mas?" tanya Zahra yang kini sedang bersama Mizan di dalam mobil menuju suatu tempat yang tidak di ketahuinya. "Nanti juga kamu tahu, kalau aku kasih tahu sekarang bukan surprise namanya." sahut Mizan yang sedang mengemudi. "Iya udah deh ngikut aja mas mau pergi kemana, karena mas yang bawanya." Zahra terkekeh. "Nah tunggu aja pasti kamu suka di jamin." Mizan berniat untuk mengajak Zahra camping karena dulu sempat tertunda karena hujan, sekalian merayakan hari jadi pernikahan mereka yang ke lima tahun. "Hampir sampai aku tutup matanya iya." ucap Mizan meminta izin. "Kenapa harus pakai penutup segala?" "Kan biar surprise, aku akan kan mau ngajak ke suatu tempat." "Iya udah deh terserah mas aja kalau begitu." Zahra pun menurut dan kini sudah memakai kain penutup di matanya. Beberapa saat kemudian mereka pun sampai di tempat tujuan, Mizan perlahan menuntun Zahra dari mobil menuju lokasi. "Mas kok aku denger kaya suara ombaknya? kita lagi ada di pantai?" tan
Read more

BAB 10

"Baiklah ayo." Mizan pun menuntun Zahra menuju tepi pantai untuk cuci muka, yang mulanya hanya ingin mencuci muka kini mereka malah bermain air karena salah satu diantara mereka berbuat usil. "Sudah - sudah semakin basah baju kita, nanti masuk angin, ayo kita kembali aku tadi sedang merebus Air sepertinya sudah matang." ujar Mizan yang mengakhiri sesi bermain air di pagi hari ini dan setelahnya mereka mulai menikmati secangkir teh hangat yang dibuat Mizan. Suasana semakin siang mereka berdua pun memutuskan untuk menyudahi camping dadakan tersebut dan kini mereka kembali menuju mansion. Saat memasuki mansion terlihat Endah sudah berada di ruang tamu sedang meminum teh. "Ada apa lagi kali ini." gumam Mizan lalu menghampiri sang bibi. "Kalian dari mana saja dari kemarin sore aku menunggu kalian tidak ada." ucap Endah saat mereka berdua baru menghampirinya. "Sudah samperin saja dulu." sahut Zahra membawa Mizan bertemu sang bibi. Mau tidak mau Mizan pun mengikuti perintah sang istri
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status