Home / Romansa / Dosen Dingin itu Ayah Anakku / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Dosen Dingin itu Ayah Anakku: Chapter 31 - Chapter 40

86 Chapters

31. Untuk Kedua Kalinya.

Gayatri tercekat. Citra benar. Dirinya bukan anak kecil yang tidak mengerti perihal pembuahan. Ia hanya mencoba menyangkal demi menenangkan diri sendiri."Tri, lo hamil sama siapa? Sama Bang Iwas ya?" tebak Citra tanpa tedeng aling-aling.Setelah menimbang sejenak, Gayatri mengangguk. Citra terlalu mengenalnya. Jikalau ia berbohong pun, Citra pasti mengetahuinya."Astaga, Tri. Gue sama sekali nggak nyangka kalo lo rupanya secinta itu sama Bang Iwas." Citra menutup wajah dengan kedua tangan. Dirinya merasa gagal sebagai seorang sahabat. Karena tidak mengetahui isi hati Gayatri yang sebenarnya."Lo salah, Cit. Gue nggak cinta sama Bang Iwas," bantah Gayatri. Ia tahu akan sulit menjelaskan masalah ini pada Citra."Nggak cinta gimana? Lo hamil dua kali dengan orang yang sama. Tanpa ada ikatan apa-apa lagi. Ya ampun, Tri... Tri... cinta boleh, tapi goblok, jangan. Lo 'kan tau kalo Bang Iwas mau nikah dua bulan lagi. Lo bener-bener nyari penyakit, Tri!" Citra menepuk keningnya. Ia benar-ben
Read more

32. Bertubi-tubi.

"Terima kasih, Cit. Untuk saat ini hanya dukungan yang gue butuhkan. Terima kasih karena lo selalu ada di saat-saat terburuk gue." Gayatri menyentuh tangan Citra di atas setir."Gue pernah menjadi penyebab tidak langsung kehancuran masa remaja lo, Tri. Ada penyesalan yang nggak bisa hilang dari ingatan gue. Makanya saat ini gue nggak mau lo terpuruk lagi. Lo udah kelamaan jadi korban, Tri," ujar Citra getir."Nggak apa-apa, Cit. Sekarang gue bukan anak abege lagi. Gue udah bisa mengambil keputusan sendiri. Terima kasih karena lo selalu ada untuk gue," ungkap Gayatri tulus. Citra menanggapi kalimat Gayatri dengan menggenggam sekilas tangan Gayatri di atas setir. Citra takut kalau ia terlalu banyak bicara akan membuatnya menangisi nasib Gayatri. Malang sekali nasib sehabatnya ini.***"Kebetulan kamu sudah pulang, Tri. Ayah baru saya bermaksud meneleponmu." Pak Sanwani memasukkan kembali ponselnya. Putrinya sudah pulang ternyata."Ada apa, Yah." Gayatri yang baru saja tiba di rumah dis
Read more

33. Mengidam?

"Persiapan pernikahan kalian sudah berapa persen kira-kira, Vir? Was?"Bu Arini menanyakan persiapan pernikahan pada Vira dan Iwas. Malam ini ia memang sengaja mengundang Vira untuk makan malam bersama. Seperti biasa sebelum hidangan disajikan, Bu Arini berbincang-bincang sejenak dengan anggota keluarga."Ya begitulah, Bu. Pokoknya sudah diurus," sahut Iwas sambil lalu."Ya begitulah bagaimana maksudnya, Was?" Bu Arini menaikkan alisnya."Bagaimana, Vir?" Iwas mengalihkan pertanyaan pada Vira."Nanti akan dihandle oleh EO, Bu," jawab Vira singkat."Nantinya itu lho, Vir. Kapan? Pernikahan kalian itu bulan depan. Kok kalian berdua masih santai-santai begini sih?" Bu Arini uring-uringan. Tadinya ia melihat hanya Vira yang ragu karena kemunculan Gayatri. Namun sekarang Iwas juga tampak ogah-ogahan. Bu Arini takut kalau pernikahan keduanya benar-benar gagal. Impiannya melihat Iwas berkeluarga bisa pupus nantinya."Kalau kalian berdua sibuk, Ibu saja yang mengurus segala sesuatunya ya? Ibu
Read more

34. Siapa yang Ada di Kamar Malam Itu?

"Ibu!" Pak Ilham dan Iwas serempak menegur Bu Arini. Sementara Nabila melongo. Ia tidak menyangka kalau ibunya berani bertanya sefrontal itu."Ibu pertanyaannya kok begitu?" Iwas menegur ibunya. "Habisnya tingkahmu ini mirip sekali dengan ayahmu sewaktu Ibu mengidam kamu dan Nabila dulu. Makanya Ibu kira kamu mengidam karena Vira hamil." Bu Arini memberi alasan. "Tapi itu tidak bisa dijadikan patokan, Bu. Lagi pula tidak sopan menanyakan hal sepribadi itu pada Vira. Di hadapan orang banyak lagi." Pak Ilham menasehati sang istri. "Benar, Bu. Jangan sembarangan berasumsi. Apalagi masalahnya sensitif begini. Iwas hanya kecapean dan agak stress karena pekerjaan. Akhir-akhir ini Iwas banyak diundang menjadi dosen tamu di sana sini. Makanya Iwas agak keteteran mengatur waktu dengan pekerjaan di kantor notaris." Iwas memberi alasan logis. Ia tidak habis pikir dengan dugaan sang ibu yang mengatakan kalau dirinya mengidam. "Mas Iwas benar, Bu. Jangan suka asumai sendiri. Mengenai masalah s
Read more

35. Curiga.

"Nar, kenapa kamu tiba-tiba menanyakan soal nomor kamar hotel sih? Aku jadi penasaran." Vira menggamit lengan Nara. Acara makan malam telah usai. Ia akan pulang ke rumah sekarang. Karena ia tadi datang sendiri. Maka ia akan pulang sendiri. Seperti inilah gaya berpacarannya dengan Nara. Ia tidak suka diantar jemput ke sana ke mari seperti perempuan tidak berdaya. Dirinya adalah seorang perempuan mandiri yang tidak suka merepotkan orang lain."Nggak apa-apa, Vir. Aku cuma iseng saja." Iwas berupaya mengelak. Tidak mungkin ia menceritakan kalau ia merasa telah berkasih mesra dengan seorang perempuan entah siapa di dalam hotel bukan? Sebijaksana-bijaksananya Vira, pasti ia akan mengamuk jikalau mengetahui bahwa ada kemungkinan ia telah tidur dengan perempuan lain. "Oh cuma iseng toh," ucap Vira singkat. Padahal ia mencurigai sesuatu. Nara tadi tampak gelisah saat ia menyebutkan nomor kamarnya. Namun Vira memilih untuk tidak melanjutkan pertanyaannya. Nara terkesan enggan membahasnya le
Read more

36. Tawaran Harsa.

Gayatri mengangkat bahu. Ia pura-pura cuek. Padahal sebenarnya ia sangat tegang. Ia sempat takut Pak Bakri tidak menyetujui usulnya. Setelah Pak Bakri keluar dari ruang kerja, Gayatri menarik napas lega. Ia menghirup napas dalam-dalam hingga paru-parunya mengembang. Satu masalah selesai. Tinggal satu masalah lagi. Gayatri mengelus perut datarnya. Masalah yang ini, tinggal menunggu waktu saja ledakannya."Tri," Gayatri sontak menghentikan elusannya, saat pintu ruangan terbuka. Harsa masuk ke dalam ruangan dengan seorang gadis kecil yang memeluk pahanya. Aimee, putri Harsa dan Novi. Bayi kecil yang saat baru lahir ia jenguk dulu, sudah besar rupanya."Ayah bilang saya harus menandatangani beberapa berkas ya?" Harsa menggandeng tangan putri kecilnya. Putrinya yang pemalu tampak enggan melangkah melihat kehadiran orang asing di rumahnya."Begitulah, Mas." Gayatri mengedikkan bahu. Tatapannya terarah pada Aimee yang berusaha menahan sedu-sedannya. Bekas-bekas air mata masih menggantung di
Read more

37. Menyelidiki Kecurigaan.

Iwas tiba di Sumatera Persada Hotel pada pukul tujuh kurang lima menit. Seperti yang ia duga, petugas front desk yang bertugas bername tag Mariyanti. Iwas tidak langsung mendatangi front desk untuk check ini. Ia sengaja duduk di lobby sembari menunggu pengganti shift Yanti. Dugaannya pengganti Yanti nantinya bernama Raisa, sesuai dengan pembicaraan yang ia dengar di telepon kemarin malam. Yanti akan bertukar shift dengan Raisa pada pukul tujuh pagi.Sejurus kemudian, seorang wanita muda dengan seragam yang sama dengan Yanti mendekati front desk. Apa yang ia tunggu-tunggu sudah datang. Gadis muda inilah yang menerima cardlocknya saat check out sebulan yang lalu. Iwas masih mengingat andeng-andeng di pipi kanannya. Tanpa menunggu lama, Iwas langsung berjalan menuju front desk. Dugaannya benar. Name tag gadis muda itu adalah Raisa Sundari."Selamat pagi. Saya Narawastu Adiwangsa. Tunangan Savira Wibawa, tamu yang check in pada tanggal 10 Agustus lalu di room 233. Namun pada tanggal 12 Ag
Read more

38. Terungkap!

"Ibu Gayatri Harimurti, Pak. Bu Gayatri lah yang menelepon ke saya sekitar pukul 06.00 pagi dan mengatakan bahwa tunangan Bapak telah meminta pertukaran kamar dengannya. Makanya Bu Gayatri meminta saya mengubah sistem agak sinkron satu sama lain."Saat nama Gayatri disebut, Iwas sontak terduduk. Benang merah satu persatu mulai menemukan ujungnya. Bisa jadi perempuan yang ia mesrai itu adalah Gayatri. Tapi kenapa ia bisa tertidur di kamar Gayatri? Yang lebih menakutkan lagi. Apakah ia kembali melakukan sesuatu pada Gayatri saat ia tidak sadar seperti sepuluh tahun yang lalu? Mengingat ia terbangun dalam keadaan polos. Lantas mengapa Gayatri menutupi semuanya dengan cara menukar kamar mereka?Iwas terduduk di sofa. Sungguh ia tidak mengerti mengapa hal ini bisa terulang kembali. Walau ia dalam keadaan separuh sadar pada malam itu, respon tubuhnya mengatakan bahwa ia telah melakukan sesuatu. Ada sisa-sisa rasa puas dan nikmat yang tertinggal di tubuhnya. Dirinya seorang laki-laki dewasa.
Read more

39. Pengakuan Menyakitkan.

"Abang ngomong apa? Saya tidak mengerti?" Berpikir,Tri. Berpikir. Jangan sampai salah menjawab."Kamu tidak capek berbohong terus, Tri? Masih mau mengelak? Baiklah. Akan saya ikuti maumu. Oh ya, sebagai bukti keseriusan saya untuk mengupas misteri ini, saya akan mengirimkan kamu sesuatu."Iwas mematikan ponsel. Sebagai gantinya ia mengirim sebuah photo. Darah Gayatri tersirap melihat photo Iwas yang berlatar Sumatera Persada Hotel. Bukan itu saja. Iwas juga berphoto dengan background Yanti dan Raisa yang sedang bertugas di meja front desk. Bahu Gayatri mencelos. Ia tidak bisa mengelak lagi. Iwas pasti telah mengetahui aksi menukar kamarnya. "Kamu sudah melihat di mana saya berada bukan? Sekarang terus terang saja. Apa yang terjadi malam itu? Seingat saya, Vira menyerahkan cardlock 223 pada saya, dan sudah saya konfirmasikan kebenarannya dengan Vira. Tapi kenapa saya terbangun di kamar 224? Apa yang terjadi sebenarnya? Apa kamu merencanakan sesuatu lagi, Tri?""Abang bertanya pada sa
Read more

40. Kacau Balau!

Keadaan Iwas kurang lebih sama. Karena ia sekarang sudah terduduk di atas closet. Seketika ingatan akan kejadian malam itu berputar bagai slide film di kepalanya. Rasa gelisah dan panas yang membuatnya melepas pakaiannya. Pintu connecting room yang terbuka. Rasa penasarannya hingga masuk ke kamar sebelah. Gundukan lembut dibalik selimut yang membuat darahnya mendidih, hingga ia terbangun dengan rasa puas dan nikmat di titik tertentu tubuhnya. Semua itu ia rasakan. Ternyata noda-noda di sprei itu bukan hanya berasal dari tubuhnya. Melainkan dari tubuh Gayatri juga."Kenapa kamu tidak membangunkan saya waktu itu?" Iwas meremas rambutnya. Ia telah melakukan kesalahan yang sama dua kali dengan orang yang sama pula."Sudah, Bang. Tapi Abang tidak terbangun. Saya juga panik waktu itu. Saya takut sekali kalau Mbak Vira memergoki kita berdua. Satu-satu yang saya pikirkan waktu itu adalah meminimalisir keadaan. Saya kemudian menukar nomor room dan meminta Yanti mengubahnya ke dalam sistem.""
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status