Home / Romansa / Dosen Dingin itu Ayah Anakku / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Dosen Dingin itu Ayah Anakku: Chapter 21 - Chapter 30

86 Chapters

21. Aku juga Menderita.

"Nara! Tri!" Mendengar suaranya dipanggil, Iwas mengurungkan niat membuka pintu mobil. Vira dan Nia terlihat berlari-lari kecil ke arahnya. "Kalian baru datang ya? Lho, kamu kenapa, Tri?" Vira heran melihat rambut Gayatri yang awut-awutan. Mata Gayatri juga basah seperti orang yang baru menangis. Sepertinya malah masih. Karena dua butir air mata tiba-tiba meloncat, saat Gayatri mengedipkan mata."Masih bertanya lagi? Bukannya kamu yang memberitahu ibu kalau aku ada di sini?" Iwas memelototi Vira. Ia yakin Vira lah yang mengatakan pada keluarganya kalau dirinya ada di restaurant ini. Makanya mereka jadi berbondong-bondong datang ke restaurant."Kok kamu nuduh aku sih, Nar? Aku sama sekali nggak tahu apa-apa lho!" Vira menaikkan alisnya. Ia emosi dituduh yang tidak-tidak. "Kalau bukan kamu, siapa lagi? Cuma kita bertiga yang akan berkumpul di sini?" cetus Iwas tak kalah emosi. "Kamu juga yang bilang kalau ingin menunda pernikahan pada Ibu 'kan?" Iwas tidak memberi kesempatan Vira unt
Read more

22. Nasehat Pak Ilham.

"Setelah sepuluh tahun berlalu, apa kabarmu, Gayatri Harimurti?" Pak Ilham membuka percakapan. Gayatri tersenyum kecil. Waktu boleh berlalu. Namun cara Pak Ilham memanggilnya sama persis seperti dulu. Yaitu menyebut namanya secara lengkap. Kenangan saat menjadi murid Pak Ilham keluar dengan sendirinya."Kabar saya baik, Pak. Bapak bagaimana?" Gayatri berbasa basi."Bapak sudah lebih baik sekarang. Tidak bisa Bapak pungkiri, Bapak memang sangat marah pada ayahmu dulu. Namun sekarang Bapak sudah mengikhlaskan semuanya," ungkap Pak Ilham jujur. "Sekali lagi saya minta maaf atas apa yang sudah dilakukan oleh ayah saya dulu. Waktu itu saya juga sedang bingung. Makanya saya tidak bisa berbuat banyak untuk membela Bapak.""Bapak tidak pernah menyalahkanmu, Gayatri. Kamu masih anak-anak waktu itu."Mata Gayatri berkaca-kaca. Pak Ilham tidak pernah membencinya rupanya."Yang membuat Bapak kecewa itu ayahmu. Ayahmu menghukum orang yang ia anggap salah dengan cara membabi buta. Tapi seperti yan
Read more

23. Pertemuan Tak Sengaja.

Gayatri merapikan penampilannya sekali lagi pada pantulan kaca lift, sebelum melangkah keluar. Pagi ini ia ke kantor Harsa untuk menandatangani dokumen-dokumen penjualan hotel. Karena Hotel Grand Mediterania telah dibalik nama menjadi namanya, maka Gayatri datang seorang diri. Kehadiran ayahnya sudah tidak diperlukan lagi. Gayatri menghampiri staff front desk di depan ruangan Harsa. Ada dua orang gadis muda yang duduk di belakang meja. Kedua gadis muda itu langsung berdiri ketika melihat Gayatri berjalan mendekat."Selamat pagi. Ibu Gayatri Harimurti ya?" sapa si gadis bersanggul cepol muda sopan. "Benar. Saya Gayatri Harimurti. Saya juga sudah membuat janji dengan Pak Harsa pukul sembilan pagi ini.""Baik. Pak Harsa dan notaris juga sudah menunggu di dalam. Mari saya antar, Bu." Staff front desk berwajah manis itu menemani Gayatri ke ruangan Harsa. Selanjutnya ditemani si gadis manis, Gayatri berjalan ke sebuah ruangan yang letaknya tak jauh dari meja front desk. Sesampai di pintu
Read more

24. Bantuan Iwas.

"Di tempat perjudian Singapura. Waktu itu Ayah kalah judi dan ingin menebus kekalahan Ayah secepatnya. Makanya Ayah meminjam sejumlah uang pada Pak Bakri."Tidak ada harapan lagi. Berarti walaupun Pak Bakri berbohong mengenai jumlah hutang ayahnya, dirinya tidak bisa berbuat apa-apa juga. Karena ayahnya telah menandatangani surat perjanjian hutang piutang dengan Pak Bakri."Berarti kita akan kehilangan hotel besar yang pemasukannya menjadi biaya hidup kita sehari-hari, hanya karena kesemberonoan Ayah." Kesal Gayatri segera menutup telepon. Sebelumnya Gayatri memang sudah siap kehilangan hotel. Karena ia mengira itu memang murni kesalahan ayahnya. Namun kini, setelah ia tahu bahwa kemungkinan ia kehilangan hotel karena dipedaya oleh Pak Bakri, membuat Gayatri jengkel. Tapi Gayatri sadar, Ia tidak bisa berbuat apa-apa. Nasi telah menjadi bubur."Kalau memang ayahmu mau menjual hotel karena masalah hutang piutang, Jangan tanda tangani surat perjanjian jual beli hotel itu.""Astaga, kage
Read more

25. Pengakuan Iwas.

Gayatri sama sekali tidak menyangka kalau usul Iwas ternyata bisa menyelamatkan hotelnya. Saat ia kembali ke ruangan Harsa, Pak Girsang tidak bersedia lagi menangani masalah jual beli hotel. Pak Girsang mengatakan bahwa ia tidak mau terbawa-bawa jikalau terjadi masalah hukum di kemudian hari. Seperti yang Iwas katakan juga. Harsa sepertinya sudah tahu kalau masalah hutang piutang ini tidak bisa membuat ayahnya di penjara. Karena Harsa tidak mengatakan apa-apa saat Gayatri mengatakan bahwa ia siap menerima gugatan dari Pak Bakri. Walaupun begitu ayahnya masih saja was-was. Istimewa ayahnya tahu bahwa yang mengajarinya adalah Iwas. Ayahnya takut kalau Iwas hanya pura-pura baik. Sikap ayahnya ini Gayatri nilai wajar, mengingat perseteruan keduanya di masa lalu. "Turn left."Gayatri mengikuti intruksi navigasi dari maps ponselnya. Saat ini Gayatri tengah berkendara menuju rumah Vira yang ada di Jakarta. Vira telah membagi lokasi rumahnya melalui aplikasi peta perjalanan. "You have ar
Read more

26. Trauma Vira.

"Pada awalnya saya juga berpikir seperti kamu. Vira pasti akan mengamuk. Tapi nyatanya tidak demikian. Vira santai saja masuk ke hotel dan meminta temannya itu berpakaian sambil mengatakan ; jangan mempermalukan diri sendiri. Itu saja. Vira bukan seperti perempuan kebanyakan. Ia lebih menggunakan akalnya daripada hatinya.""Saya mengerti, Bang. Dengan Abang menceritakan semua ini, saya jadi makin yakin dengan keputusan saya. Bahwa saya tidak mau berhubungan dalam hal apapun dengan Abang, tanpa diketahui oleh Mbak Vira.""Kenapa kamu mempersulit diri sendiri, Tri? Bukannya kamu yang jadi susah, kalau setiap kali ingin membahas tentang Zana, harus meminjam mulut Vira?" Iwas mulai kehilangan kesabaran. Gayatri ini ternyata keras hati. Sangat sulit mengubah keputusannya."Saya hanya ingin menjaga perasaan Mbak Vira, Bang. Abang harus bersyukur mempunyai pasangan seperti Mbak Vira. Karena kalau saya di posisi Mbak Vira, saya tidak akan membiarkan Abang dekat-dekat dengan perempuan mana pu
Read more

27. Ulang Tahun Zana ( curiga).

Gayatri, Iwas dan Vira ikut bernyanyi dan bertepuk tangan kala lagu selamat ulang tahun dinyanyikan. Hari ini Zana berulang tahun yang ke sebelas. Senyum manis dan tawa bahagia terus menghiasi bibir Zana. Ramainya kerabat dan teman-teman sekolah Zana membuat suasana di rumah kian semarak. Tema ulang tahun Zana ini adalah Barbie. Ada standing figure berupa dua barbie di depan ruangan. Satu yang berambut pirang dengan baju pink. Satunya lagi berambut hitam dengan pakaian warna-warni. Ada juga box ekstra besar seperti wadah barbie yang dipajang di toko-toko. Zana sendiri menggunakan gaun berwarna pink fuscia dengan rok tutu megar yang indah. "Ayo berdoa dulu, Nak. Setelah itu tiup lilinnya." Bu Nuraini mendekatkan sang putri pada kue ulang tahun istimewanya. Kue ulang tahun ini ia buat sendiri sesuai dengan permintaan sang putri. Warnanya merah muda dengan taburan sprinkle warna-warni dan mutiara. Cocok sekali dengan tema Barbie di ulang tahun putrinya ini."Baik, Bu." Zana mengangkat
Read more

28. Bencana Kedua.

"Iya, Zana. Ayo photo dengan Om Nara dan Tante Ratri. Baju kalian sudah matching 'kan?" Pak Azwar mencairkan suasana. Ia tahu kalau istrinya sudah memberi tatapan was was. Wajar, mengingat raut wajah Zana ini mirip sekali dengan Gayatri dan Nara. Kalau mereka berdiri bertiga, pasti kemiripan mereka akan semakin kentara. Masalahnya kalau ia menolak, Nara bisa makin nekad. Walau baru dua kali bertemu, Pak Azwar bisa melihat keagresifan Nara. Sifat Nara ini sangat bertolak belakang dengan Gayatri yang tenang."Sini, Zana. Kita photo ala-ala keluarga kecil Barbie," sindir Nara santai. Pak Azwar terdiam sementara Bu Nuraini tampak geram. Namun keduanya tidak bisa mengatakan apa-apa. Saat ini kartu As mereka ada di tangan Nara dan Gayatri. Mereka hanya bisa pasrah dan mengikuti keinginan Nara. Demi mempersingkat waktu, Gayatri segera memasang pose senyum gembira sambil merangkul Zana. Iwas juga memasang pose yang sama. Vira memotret beberapa kali dengan beberapa pose lagi. Dalam hati Gayat
Read more

29. Dan Terjadi Lagi.

Iwas mengelengkan kepala beberapa kali. Sedari tadi matanya terus berkunang-kunang. Ia tidak bisa fokus melihat sesuatu. Selain itu kepalanya juga pusing. Ditambah dengan suara musik dan keriuhan kolega-kolega Vira yang asik bergoyang, kepalanya serasa mau pecah. Iwas membuka dua kancing kemejanya. Sekarang ia merasa kepanasan. Padahal ruangan ini berpendingin udara. "Pak Nara kenapa? Dari tadi saya perhatikan Pak Nara gelisah sekali?" Rudy, staff marketing Wibawa Real Estate mendekati Iwas. "Iya, Rud. Kepala saya pusing sekali. Mungkin karena suasana di sini berisik." Iwas menarik-narik kemejanya. Mencoba mencari angin dengan cara termudah. "Saya rasa sebaiknya Pak Nara istirahat saja. Masalah di sini biar saya yang menghandle." Rudi mencari solusi. Calon suami atasannya ini jelas tidak sehat. Nara terus memijat kening dengan wajah memerah. Keringat tampak bermanik di keningnya. "Baiklah. Saya akan istirahat di kamar saja. Kalau ada apa-apa telepon saya ya, Rud?" Iwas menyerah. I
Read more

30. Memghilangkan Jejak.

"Aku harus melakukan sesuatu agar pernikahan Vira dan Bang Iwas tetap berjalan. Berpikirlah, Tri. Berpikirlah." Gayatri berjalan hilir mudik karena panik. Ia takut kembali disalahkan semua orang. "Baiklah. Mungkin ini adalah satu-satunya jalan agar Mbak Vira dan Iwas bisa tetap bersatu." Gayatri memikirkan sebuah rencana. Dengan cepat ia mengambil tas travelling dan alat-alat mandinya ke kamar Vira. Sebagai gantinya ia membawa pakaian kotor Iwas berupa kemeja dan celana Iwas yang tercecer di kamar Vira. Gayatri membuat kesan seolah-olah dirinya dan Vira berganti kamar. Setelah semuanya selesai, Gayatri menutup connecting door dan menelepon resepsionis."Hallo, Yanti. Tamu room 223 atas nama Savira Wibawa kemarin bertukar kamar dengan saya di room 224. Jadi nanti saat check out, tunangannya akan menyerahkan cardlock 224. Segera ubah nomor room di sistem ya, Yanti?""Baik, Bu Gayatri. Saya akan mengubah nomor roomnya sekarang juga."Setelah memastikan semuanya berjalan sesuai rencana,
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status