Home / Pendekar / Si Buta Dari Sungai Ular / Chapter 971 - Chapter 980

All Chapters of Si Buta Dari Sungai Ular: Chapter 971 - Chapter 980

1284 Chapters

970. Part 16

"Sekarang rasakan bogemku ini, ular Keparat! Heaaah...!"Penghuni Kubur menyentakkan kedua telapak tangannya ke atas. Laksana terdorong oleh satu kekuatan dahsyat luar biasa, tiba-tiba tubuh Garaga terangkat tinggi ke udara. Di saat demikian, tiba-tiba kekuatan dahsyat dari kedua telapak tangan Penghuni Kubur menyentak dahsyat ke bawah.Blammm!Garaga menggeliat hebat saat tubuhnya menghantam tanah yang diatasnya terdapat bongkahan-bongkahan batu. Tulang-tulang tubuhnya seakan mau hancur. Kali ini amarahnya makin berkobar. Kendati tak mengalami cedera sedikit pun, namun sudah cukup membuatnya harus mengadu nyawa terhadap Penghuni Kubur.Manggala sendiri yang melihat keadaan Garaga jadi cemas bukan main. Dengan susah payah pemuda itu melompat bangun. Manggalapun berniat untuk mengadu nyawa dengan Penghuni Kubur. Ilmu Sakti ‘Mata Malaikat’ siap digelar.Saat itu, Garaga tengah mengibas-ngibaskan ekornya beringas. Sepasang matanya yang men
last updateLast Updated : 2024-05-03
Read more

971. Part 17

Sosok tubuh Raja Penyihir dan Penghuni Kubur tampak saling berpentalan beberapa tombak ke belakang,Bukkk! Bukkk!Raja Penyihir terlihat terhuyung-huyung ke belakang. Sosoknya yang tinggi kurus bergoyang-goyang dengan tangan gemetar. Sepasang matanya yang kecil mengerjap-ngerjap penuh kagum menghadapi pukulan milik Penghuni Kubur tadi.Sementara di depan sana, sosok Penghuni Kubur tampak terhuyung-huyung jauh ke belakang, sebelum akhirnya terbanting keras di tanah berbatu. Tapi lelaki tua terbungkus kain kafan itu cepat melompat bangun. Raungannya yang sarat akan kemarahan seolah ingin merobek angkasa."Bajingan tua! Kubunuh kau!"Penghuni Kubur kembali menerjang Raja Penyihir garang dengan kedua telapak tangan segera dihantamkan ke depan. Kejap itu pula melesat dua larik sinar merah menyala dari kedua telapak tangannya disertai suara menggidikkan.Wesss! Wesss!Kening Raja Penyihir berkerut sebentar. Merasa heran dengan pukulan yang
last updateLast Updated : 2024-05-04
Read more

972. Part 18

Namun hal ini bukan berarti harus membiarkan Penghuni Kubur. Pemuda ini bertekad, tetap akan membuat perhitungan dengan tokoh sesat dari Hutan Seruni itu. Dan berhubung Arum Sari saat ini tengah membutuhkan pertolongannya, dengan sangat terpaksa niatnya harus ditunda untuk melabrak Penghuni Kubur.Perlahan-lahan Manggala mendudukkan Arum Sari. Sambil memegangi kedua bahu si gadis, pemuda ini beringsut ke belakang. Segera Si Buta dari Sungai Ular bersila dibelakang Arum Sari. Kedua telapak tangannya segera ditempelkan ke punggung si gadis."Kau sedang terluka, muridku! Jangan paksakan menyalurkan tenaga dalam ke tubuh gadis itu!"Si Buta dari Sungai Ular mendongak. Ternyata, Raja Siluman Ular Putih telah berdiri di belakangnya."Guru...!" Hanya itu yang terucap dari bibir Si Buta dari Sungai Ular.Sementara itu, Raja Penyihir tengah berada di atas angin. Akibat Penghuni Kubur membagi tenaga dalamnya tadi ke arah Arum Sari, kini kedua kakinya telah t
last updateLast Updated : 2024-05-04
Read more

973. Laskar Hijau

LAUT SELATAN mulai dibaluri sinar kuning keemasan dari ufuk timur sana. Pantulan cahaya matahari menciptakan pernik-pernik di permukaan air laut bak ribuan permata menghampar. Angkasa raya masih berselimut awan putih yang berarak, hingga membuat udara dingin pagi itu masih terasa.Sebuah perahu Layar kecil bergerak perlahan menuju pantai, membelah ombak-ombak yang kali ini terlihat tenang. Di atasnya, berdiri satu sosok tubuh ramping terbungkus pakaian ketat warna biru. Rambutnya yang panjang digelung ke atas, dihiasi manik-manik permata warna biru pula. Makin mendekati bibir pantai, makin jelas kalau sosok ramping di atas perahu layar itu ternyata wanita cantik dengan tubuh sintal. Sepasang mata cerah dengan hidung mancung. Bibirnya kemerahan, tampak merekah bagai delima masak.Begitu tiba di bibir pantai, si wanita bertubuh sintal ini menyembunyikan perahunya di balik rindangnya pohon bakau. Kemudian dengan satu lompatan yang ringan sekali, tahu-tahu tubuhnya telah m
last updateLast Updated : 2024-05-04
Read more

974. Part 2

MATAHARI MERAH jingga perlahan merangkak naik di garis laut sana, mengusir embun sisa-sisa tadi malam. Sinar matahari menghangati alam mayapada ini, memberi udara baru bagi setiap mahkluk. Ombak pantai Nusa Kambangan berkejaran bak tangan-tangan maut yang menjulur-julur menampar batu karang, menimbulkan suara bergemuruh."Heaaa.... Heaaa...!"Seiring suara angin kencang yang mendesau, terdengar pula suara garang dari seorang gadis cantik yang tengah berlatih silat di tepi pantai. Gerakannya lincah sekali. Kedua tangannya sesekali menyentak ke depan melontarkan jotosan. Seolah, di hadapannya ada seorang musuh yang tengah kewalahan menghadapi jurusnya. Sementara kedua kakinya sesekali berlompatan ringan dari batu karang yang satu ke batu karang lainnya. Seolah, tubuhnya tak berbobot. Padahal jarak antara batu-batu karang itu cukup jauh, hampir mencapai enam sampai tujuh tombak. Sekali saja gadis itu membuat kesalahan, bukan mustahil tubuhnya akan terbanting keras di batu
last updateLast Updated : 2024-05-04
Read more

975. Part 3

"Aku memang sedang gelisah. Kalau tak keberatan, izinkan aku untuk berpetualang. Guru." "Hm...! Jadi, kau sudah tak betah tinggal bersamaku di sini, Yustika?" tanya Ratu Alit, memancing. "Maafkan aku, Guru! Sebenarnya bukan itu maksudku." "Lalu?" "Se... semalam aku bermimpi bertemu kedua orang-tuaku. Kalau saja mimpiku benar, aku ingin sekali bertemu mereka. Maka itulah aku gelisah sekali memikirkannya, Guru." "Hm...! Kau mimpi bertemu kedua orangtuamu, Yustika? Coba ceritakan dengan jelas!" Yustika menghela napasnya sebentar. "Aku bermimpi buruk, Guru. Kulihat, ibuku terjerumus ke dalam lobang yang sangat dalam. Tapi, ayahku malah tertawa-tawa. Te... terus-terang aku jadi ingin sekali bertemu kedua orangtua ku. Apakah Guru dapat membantuku menemukan mereka?" Kini gantian Ratu Alit yang harus menghela napas panjang. Lalu kepalanya menggeleng-geleng. "Ada apa. Guru? Kenapa kau tampak gelisah?" "Aku khawatir kalau
last updateLast Updated : 2024-05-05
Read more

976. Part 4

"Nah, sekarang bersiap-siaplah mempelajari pukulan 'Cakar Naga Samudera', Muridku. Pusatkanlah jalan pikiranmu pada satu titik sasaran. Serta, kendurkanlah semua urat saraf dalam tubuhmu?""Baik, Guru."-o0o-SUNGAI ULAR berselimut awan putih. Matahari yang bersinar keemasan berusaha menyibak kabut yang bagaikan tirai putih di lereng sebelah timur. Sementara hawa dingin yang mengungkungi bumi mulai sirna oleh hangatnya sang mentari. Embun-embun pagi di ranting-ranting dahan maupun di bongkahan-bongkahan batu di sepanjang tepian sungai ular tampak berkilauan bagai permata mutu manikam tertimpa sinar matahari.Di atas sebuah bongkahan batu besar, seorang gadis cantik asyik memandang hamparan lereng-lereng terjal nun jauh di sana. Rambutnya yang hitam lebat sebatas punggung bergerak-gerak tertiup angin pagi. Kulitnya putih bersih. Matanya bulat dan tajam ditingkahi bulu mata panjang serta lentik. Hidungnya mancung. Pas sekali dengan bibir merah yang tipis da
last updateLast Updated : 2024-05-05
Read more

977. Part 5

Manakala Manggala dan Arum Sari melangkah masuk, Raja Siluman Ular Putih dan Raja Penyihir segera membuka kelopak matanya. Kedua anak muda itu sendiri segera duduk bersimpuh di hadapan mereka."Arum Sari! Mendekatlah! Aku ingin bicara denganmu," ujar Raja Siluman Ular Putih."Baik, Raja Siluman Ular Putih."Arum Sari menggeser duduknya beberapa depa ke depan. Si Buta dari Sungai Ular ikut pula duduk menjejeri. "Muridku sudah bercerita banyak tentang dirimu. Arum Sari. Terus terang, aku turut prihatin. Tak kusangka sobatku Sepasang Pendekar Garuda Emas telah mendahuluiku. Tapi, kuharap kau tak usah terlalu bersedih, Arum. Bukankah orang yang telah membunuh kedua orangtua mu pun telah tewas?""Benar, Raja Siluman Ular Putih. Itu semua tak lepas dari bantuan Manggala dan Raja Penyihir. Cuma terus terang, aku sangat menyayangkan, kenapa aku tak mampu membalaskan sakit hati kedua orangtua ku dengan tanganku sendiri," desah Arum Sari."Aku mengerti. Kepa
last updateLast Updated : 2024-05-05
Read more

978. Part 6

Sesekali penunggang kuda yang berada paling depan memberi aba-aba pada beberapa orang-orang di belakangnya, lelaki berusia empat puluh tahun. Itulah yang menjadi pemimpin pasukan ini. Wajahnya bengis dengan sepasang mata garang berwarna merah menyala. Tubuhnya tinggi kekar berbalut pakaian hijau-hijau terbuat dari sutera. Rambutnya yang hitam panjang dibiarkan tergerai di bahu. Sebuah ikat kepala berwarna hijau tampak melingkari kepala. Sekali lihat, lelaki Pimpinan Pasukan Laskar Hijau yang tak lain Setan Haus Darah itu memang gagah. Namun bila menilik perangai dan sepak terjangnya, tentu saja akan membuat orang lari tunggang langgang. Siapa sudi menghadang langkah mereka, kendati bila ingin mati.Ketika memasuki sebuah kampung, Setan Haus Darah memperlambat lari kudanya. Mereka memandang heran, karena sama sekali tak menemukan apa-apa. Penduduk kampung yang biasanya hilir mudik di mulut desa maupun di pematangpematang sawah, tak kelihatan sama sekali. Bahkan anak-anak yang
last updateLast Updated : 2024-05-05
Read more

979. Part 7

"Jangan, Tuan! Jangan bawa anakku!" jerit seorang perempuan penduduk kampung memelas saat melihat anak gadisnya diseret paksa oleh Setan Haus Darah."Setan! Tua bangka macam kau mana pantas menghiba padaku! Menghibalah pada Raja Akhirat!"Desss!Tanpa mengenal belas kasihan sedikit pun, kaki Setan Haus Darah telah mendarat elak di dada perempuan itu hingga kontan mencelat jauh ke belakang. Tubuhnya terbanting keras dengan darah keluar dari mulut dan lobang hidung."Ibuuu...!" teriak gadis yang paling cantik dari gadis-gadis rampasan itu kalap.Namun ketika tangannya ditekuk gadis cantik itu kembali terkulai dalam pelukan pimpinan rombongan Pasukan Laskar Hijau ini, "Dengar! Buka telinga kalian lebar-lebar! Siapa pun yang berani menentang Setan Haus Darah dan pasukannya, berarti kematianlah yang akan diterima. Jangan sekali-kali berani mempermainkan kami kalau tak ingin mati! Kalian dengar!"Tak ada sahutan dari penduduk Kampung Karangkates y
last updateLast Updated : 2024-05-06
Read more
PREV
1
...
96979899100
...
129
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status