Home / Pendekar / Si Buta Dari Sungai Ular / Chapter 1131 - Chapter 1140

All Chapters of Si Buta Dari Sungai Ular: Chapter 1131 - Chapter 1140

1284 Chapters

1130. Part 18

Yang melangkah di sebelah kanan ternyata seorang nenek berpakaian panjang warna hitam penuh tambalan. Kedua lengannya yang kurus dipenuhi gelang-gelang warna hitam. Sementara yang melangkah di sebelah kiri si nenek, seorang lelaki yang berusia tak jauh berbeda dengannya. Kendati demikian, tubuhnya tegap dengan kumis putih menjuntai. Dia mengenakan pakaian warna putih agak kusam dengan sebuah angkin warna kuning kehitaman yang melilit di pinggangnya. lelaki tua itu melangkah dengan kedua tangan berada di belakang pinggul.Si Buta dari Sungai Ular membatin sambil pandangi kedua orang itu, "Hmmm... rasanya aku belum pernah berjumpa dengan keduanya. Siapa mereka? Bila menilik apa yang barusan keduanya katakan, tiga buah gelang hitam yang menyerangku pasti dilakukan oleh si nenek yang di kedua lengannya dipenuhi gelang yang sama. Tetapi mengapa dia hendak menguji? Ada urusan apa dengan segala ujian semacam ini? Bila aku tidak sigap, tak mustahil gelang-gelang hitam yang bukan hany
last updateLast Updated : 2024-06-14
Read more

1131. Part 19

Si Buta dari Sungai Ular terdiam sebelum berkata lagi, "Apakah ini bukan menjadi satu masalah yang besar?""Tepat! Kemungkinannya, Seruling Gading milik Raja Seruling yang tewas di tangan Raja Setan Seruling Maut, yang membuat manusia sesat itu menjadi momok yang cukup mengerikan, hanya bisa ditandingi oleh Trisula Mata Empat!""Menilik kata-kata yang kau ucapkan tadi, sepertinya Trisula Mata Empat bukan jatuh ke tangan orang baik-baik!""Tepat lagi! Ini pertanda buruk!"Sebelum Si Buta dari Sungai Ular membuka mulut. Peri Gelang Rantai sudah keluarkan suara, "Dan lelaki tua ini masih bertahan untuk tidak mempergunakan Anting Mustika Ratu untuk menghajar Raja Setan Seruling Maut!"Kali ini Raja Dewa alihkan pandangan pada si nenek yang Nampak menekuk wajah. Lalu tetap dengan suara tak berubah, dia berkata, "Bukankah sudah kukatakan, kalau kita tidak patut mempergunakan sesuatu yang bukan kita punyai kendati orang yang memilikinya telah tewas? Lagi
last updateLast Updated : 2024-06-14
Read more

1132. Part 20

Si Buta dari Sungai Ular tak segera menjawab, justru kedua matanya semakin lekat memandang perempuan bercadar. "Rasa-rasanya... ya! Aku ingat siapa dia! Huh! Tak salah! Dewi Kematian! Perempuan cabul yang menjadi kekasih Manusia Mayat Muka Kuning! Celaka betul Mengapa harus berjumpa dengannya sekarang? Padahal urusanku di Bukit Kalimuntu belum terlaksana sedikit juga!""Pemuda keparat! Aku yakin kau tidak menjadi tuli sekarang! Atau kau memang sudah bersiap untuk mampus!" Membentak perempuan bercadar dengan suara keras.Merasa sudah mengingat siapa perempuan itu, Manggala tertawa. Lalu katanya penuh ejekan, "Wah! Kendati aku tidak tahu seperti apa wajahmu yang kemungkinan bisa jadi seperti gadis remaja malu-malu atau pula seperti nenek-nenek yang siap untuk merat ke akhirat, tetapi bagaimana aku bisa lupa dengan dada montok dan paha, mulusmu yang sudah dijamah banyak orang itu! Apakah sekarang kau masih mengingat Manusia Mayat Muka Kuning yang tewas di tangan guruku, D
last updateLast Updated : 2024-06-14
Read more

1133. Part 21

"Kini tiba saatnya kau untuk mampus, Si Buta dari Sungai Ular!" serunya keras.Masih melancarkan jurus Tepukan Cabut Sukma' sosok perempuan bercadar yang memperlihatkan bungkahan payudaranya yang montok dan kedua pahanya yang gempal serta putih mulus ini, sudah melesat cepat sambil lepaskan jotosan ke arah kepala Si Buta dari Sungai Ular. Angin deras mengiringi lesatan tubuhnya.Dalam keadaan tersiksa seperti itu, naluri kependekaran Manggala diuji. Begitu mendapati lawan sudah menyerang, dengan susah payah dan menahan sakit pada kedua telinganya, pemuda ini langsung menghempos tubuh dan memapaki dengan jurus 'Terjangan Maut Ular Putih'.Bummmm!Gerak kelebatan kedua orang ini sama-sama tertahan di udara. Kejap kemudian terdengar ledakan dahsyat saat terjadi pertemuan serangan keduanya.Tanah di mana benturan tadi terjadi, langsung rengkah, muncrat di udara menutupi pandangan. Tatkala semuanya sirap, terlihat sosok Si Buta dari Sungai Ular mencelat
last updateLast Updated : 2024-06-15
Read more

1134. Part 22

"Busyet! Apakah kau sudah melihat wajahnya?" tanya Raja Dewa tetap dengan mimik tenang."Mana aku tahu! Tetapi....apakah tidak mungkin orang yang menutupi wajahnya sendiri dikarenakan dia memiliki wajah yang buruk dan menakutkan?" kata Peri Gelang Rantai kembali pada pembicaraan semula.Sebelum Raja Dewa menyahut, terdengar satu suara diiringi tawa yang cukup keras, "Bisa jadi! Karena kau sendiri tanpa menutupi wajahmu dengan cadar saja sudah menakutkan ya, Nek?"Peri Gelang Rantai yang sebelumnya dibuat jengkel karena Si Buta dari Sungai Ular membenarkan kata-kata Raja Dewa tentang persetujuannya untuk tidak mempergunakan Anting Mustika Ratu, palingkan kepala ke kanan. Dilihatnya Si Buta dari Sungai Ular yang sedang nyengir setelah selesai bersemadi. Perlahan-lahan sosok pemuda berpakaian dari kulit ular itu berdiri.Anehnya, bibir si nenek tersenyum."Ah! Kau membuatku tidak enak karena jadi saingan perempuan bercadar itu dalam hal paling jelek!"
last updateLast Updated : 2024-06-15
Read more

1135. Part 23

Entah karena mendengar kata-kata orang atau dikarenakan merasa sia-sia, Dewi Kematian menghentikan serangannya. Dari balik cadar sutera yang dikenakannya, dia masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Celaka betul! Lelaki tua ini ternyata tidak omong kosong! Dia memang bisa mengerahkan tenaga dalam pada indera penciuman dengan cara yang sangat tepat! Tetapi...," mendadak saja Dewi Kematian palingkan kepala pada Peri Gelang Rantai. "Aku tak mau semua ini sia-sia belaka! Kalau lelaki tua itu berhasil mengatasi seranganku, belum tentu dengan si nenek keparat ini! Kalau begitu... biar kuhantam dia!"Namun sebelum Dewi Kematian melakukan maksud. Raja Dewa sudah berkata tetap dengan sikap tak berubah, "Peri Gelang Rantai! Jurus 'Tepukan Cabut Sukma' hanya bisa diatasi dengan cara mengalirkan tenaga dalam pada indera penciuman, bukan pada indra pendengaran! Tetapi perlu kau ketahui, cara pengaliran tenaga dalammu bukan ditahan pada perut, melainkan pada rongga dada sebelah kiri
last updateLast Updated : 2024-06-15
Read more

1136. Ratu Kegelapan

TIGA orang lelaki berpakaian keraton yang masing-masing menunggangi tiga ekor kuda hitam itu menghentikan kuda masing-masing di jalan setapak. Dari mulut ketiga ekor kuda gagah itu keluarkan dengusan napas yang cepat. Salah seorang dari ketiga penunggang kuda itu yang bertubuh besar dengan wajah dipenuhi bulu, melompat dengan gerakan yang ringan."Kita berhenti dulu di sini!" katanya kemudian sambil memandang ke depan. Setelah itu, "Bila yang dikatakan Putri Lebah benar, kemungkinannya bukit yang terlihat di hadapan kita yang kira-kira masih berjarak ratusan tombak itulah yang dimaksud dengan Bukit Kalimuntu!"Dua orang temannya pun melompat turun dan arahkan pandangan yang sama. Ketiga lelaki yang bukan lain adalah orang-orang Keraton Wedok Mulyo itu terdiam. Masing-masing orang untuk beberapa saat tak ada yang membuka mulut.Kebisuan itu dipecahkan oleh suara yang bertubuh kurus, "Gandung Pulungan!" katanya memanggil orang yang bersuara tadi. "Besok adalah har
last updateLast Updated : 2024-06-16
Read more

1137. Part 2

"Aku... aku... eh! Apa tadi? Apakah... o iya! Ayo, kita cari orang yang memanggang daging itu!"Dan tanpa menunggu sahutan si gadis, Wulung Seta sudah berkelebat mendahului. Sesaat Sri Kunting mengeryitkan keningnya tak mengerti melihat sikap Wulung Seta. Tetapi di lain saat dia segera berkelebat menyusul.-o0o-Ketiga orang berpakaian keraton yang kini duduk di hadapan daging-daging panggang, tak seorang pun membuka suara. Pun tatkala Mangku Langit yang sibuk memanggang memberikan masing-masing orang satu buah ayam hutan yang telah masak dan menebarkan aroma yang sangat sedap. Namun tatkala masing-masing orang hendak nikmati ayam hutan panggang itu, mendadak saja mereka ka mengalihkan pandangan ke arah kanan. Kendati tak mengubah keadaan, namun ketiganya berwaspada tinggi.Gandung Pulungan membatin, "Menilik sosoknya gadis yang di punggungnya terdapat dua buah pedang bersilangan dan berpakaian biru muda itu bukanlah Ratu Kegelapan. Tetapi... menurut Ki A
last updateLast Updated : 2024-06-16
Read more

1138. Part 3

Tatkala Wulung Seta berpamitan dengan orang-orang Keraton Wedok Mulyo, Sri Kunting memasang wajah cerah dengan senyuman di bibir. Lalu katanya, "Terima kasih atas daging panggangnya. Perutku jadi lumayan kenyang. Dan soal Kakang Wulung Seta... sebenarnya dia bukan bermaksud bertanya tentang Bukit Watu Hatur... tetapi memang ingin diberi daging panggang itu...."Wulung Seta tertawa berderai mendengar selorohan si gadis. Dengan kata lain diyakininya kalau Sri Kunting tidak lagi terbawa arus emosi dalam pikirannya. Kendati tak berani berpikir lebih jauh, namun Wulung Seta sudah cukup puas melihatnya kembali ceria seperti sediakala.Beberapa kejap kemudian, sepasang remaja itu pun segera meninggalkan orang-orang Keraton Wedok Mulyo. Menyusuri malam dan terus melangkah. Dengan harapan, akan berhasil menemukan di mana Bukit Watu Hatur berada.Di sepanjang perjalanan, Wulung Seta tersenyum cerah karena mendapati sikap Sri Kunting yang kembali ceria. Sementara itu, oran
last updateLast Updated : 2024-06-16
Read more

1139. Part 4

"Bila memang batu yang jatuh tadi digulingkan oleh seseorang, sudah tentu orang itu tak ingin diketahui dia sudah berada dan menunggu di Puncak Kalimuntu. Mengingat, tak ada lagi sesuatu yang membahayakan. Dengan kata lain, orang itu tentu berharap agar kami menganggap batu itu jatuh begitu saja. Hmmm... apa akal sekarang?"Gandung Pulungan terdiam beberapa saat. Lalu tampak dia mendekati kedua temannya dan menyampaikan apa yang dipikirkannya. Kemudian sambungnya, "Kita mendaki dengan cara berbaris. Bila ada bahaya yang datang, kita akan bisa mengambil risiko dengan menggabungkan tenaga dalam. Saat kalian mendaki, alirkan tenaga dalam kalian ke dinding bukit ini dengan pergunakan ilmu 'Sungai Mengalir Membedah Diri'. Bila aku sudah tiba di Puncak Kalimuntu, kalian langsung bersalto dengan cara menjadikan tumpuan orang yang berada lebih dulu di atas. Dan langsung menyebar. Paham?"Setelah mendapati anggukan dari Kerta Sedayu dan Mangku Langit, Gandung Pulungan mendaki l
last updateLast Updated : 2024-06-16
Read more
PREV
1
...
112113114115116
...
129
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status